ZONASATUNEWS.COM, JAKARTA – Kenapa kecurangan ini terjadi? Karena ada keinginan memaksakan sebuah keinginan agar Pemilu itu dimenangkan ole kontestasi tertentu atau peserta tertentu. Karena itu sudah dirancang misalkan Mahkamah Konstitusi pun sudah mereka kelola dan yang harus dimengerti juga mungkin di dalam perbincangan kita malam in, lagu Pemilihan Umum telah memanggil kita itu sesuatu yang langka apalagi menggunakan tagline kata-kata jujur dan adil.
Hal itu dikatakan oleh Dr Muhammad Taufiq, SH MH, Presiden Asosiasi Ahli Hukum Indonesia (AAPI) dalam channel Youtube Bravos Radio Indonesia..
“Enggak usah kita tutup-tutupi mereka curang juga tidak usah kita tutupi kok dengan menginginkan Prabowo dan Gibran itu naik dan itu sebenarnya sudah dimulai dari awal ya ketika perseteruan antara PDIP dengan Projo (Pro Jokowi) kan awal-awal sudah mendukung Gibran sudah mendukung Prabowo. Sesuatu yang muskil ya karena di periode sebelumnya 2019 mereka ini antipati bahkan orang-orang itu dulu mencaci maki Prabowo. Kenapa mereka menginginkan apa namanya Klen Jokowi tetap berkuasa karena mereka memiliki agenda tersembunyi dan saya meyakini ya di hati bangsa Indonesia bahwa di balik keinginan memaksakan diri supaya Prabowo Gibran ini menjadi capres dan cawapres, saya yakin di antara mereka ada deal-deal tertentu,” kata Muhammad Taufiq.
Kemarin ketika saya mendarat, kata Taufiq, saya ketemu dengan seorang perwira tinggi (diatas Kolonel). Apa yang dia bilang? Mas Anda harus ada di depan dan saya akan ikut bantu untuk turun kalau sampai terjadi seperti rejim ini, jangan kalian biarkan seenaknya. Lalu, perwira itu menjelaskan secara intelijen berbagai kekuatan.
Memang diskenario harus jadi. Mereka menyembunyikan satu agenda. Kita melihat kekuasaan ini di atas hukum, ini satu hal yang sangat berbahaya ketika Gibran didukung oleh Projo pada saat itu belum ada yang namanya Gibran tapi tiba-tiba Projo mendukung apa namanya mendukung Prabowo.
“Saya yakin ini perintahnya Jokowi, karena Pro adalah pro Jokowi jadi tidak mungkin tanpa satu alasan gerbong besar-besaran datang ke situ. Nah di proses-proses inilah yang kemudian dipaksakan dimulai dari pernyataan Ketua Mahkamah Konstitusi yang menginginkan di waktu-waktu mendatang sah kalau tokoh-tokoh muda belum usia 40 menjabat sebagai pimpinan nasional kemudian ini setali tiga uang dan menemukan momentum ketika diajukan permohonan uji materi ke Mahkamah Konstitusi tentang syarat batas usia cawapres dan akhirnya gol,” ungkap Taufiq.
Jadi ini bukan sesuatu yang tiba-tiba, kata Taufiq. Oleh karenanya ketika ada satu pertanyaan bahwa kecurangan itu masif itu bisa kita buktikan misalkan di Boyolali. Jadi negara ini sudah terpolarisasi. Taufiq menegaskan kalau harus curang yang bisa curang itu pasti yang berkuasa.
Siapa yang bisa berkuasa? Yang bisa berkuasa adalah pendukungnya Ganjar dan pendukungnya Prabowo. Kalau pendukungnya Anis enggak mungkin mereka bisa curang, orang tidak berkuasa kok. Dan ini bisa kita lihat misalkan di Jawa Tengah itu lurah-lurah itu dikelola. Bagaimana caranya mendukung Ganjar tapi di sisi lain kepolisian dimanfaatkan oleh Jokowi untuk memanggil lurah-lurah itu.
Menurut Taufiq, kontestasi pemilu yang paling berbahaya yaitu memakan uang negara banyak tetapi tidak menghasilkan pemimpin kredibel.
Dia juga meyorot atuan yang aneh. Ketika seorang Gubernur atau walikota mencalonkan sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah atau DPR dia harus mengundurkan diri, tetapi sebaliknya kalau seorang pejabat negara berkampanye menjadi Capres atau Cawapres, dia tidak perlu mengundurkan diri. Pertanyaannya berarti ini kan sebuah peraturan yang dikangkangi oleh kekuasaan.
Prabowo tidak pernah mengundurkan diri, kemudian bupati-bupati yang menjadi timses tidak mengundurkan diri. Kenapa mereka tidak mundurkan diri? Karena mereka ini sumber keuangan. Jangan lupa Pak Jokowi ini punya Pelaksana Tugas atau pejabat sementara itu sebanyak 222 itu terdiri dari Pj Gubernur, Pj Bupati Pj Walikota/
Bagaimana mungkin kita mendengungkan lagu pemilihan umum memanggil kita, seluruh rakyat menyambut gembira. Ini yang gembira adalah petaruh-petaruh dan saya akan sangat sedih Mas Gigin (reporter Bravos Radio), kalau nanti ditemukan fakta bahwa Pemilu ini juga dibiayai oleh kalangan konglomerat.
Jadi sebenarnya sudah habis tidak mungkin ada lagi pesta demokrasi, tidak mungkin ada lagi kita menyebut tagtline pemilu yang jujur dan adil itu sangat muskil.
“Kadang-kadang saya berpikir lebih baik Pilpres enggak usah diadain deh, langsung aja Jokowi nunjuk siapa penggantinya,” sindir Taufiq.
Selengkapnya saksikan video dibawah ini:
EDITOR: REYNA
Related Posts

Muhammad Taufiq Buka Siapa Boyamin Sebenarnya: Kalau Siang Dia LSM, Kalau Malam Advokad Profesional

Purbaya Dimakan “Buaya”

Pengakuan Kesalahan Oleh Amien Rais Dalam Amandemen Undang‑Undang Dasar 1945

Menemukan Kembali Arah Negara: Dari Janji Besar ke Bukti Nyata

Informaliti

Pasang Badan

Relawan Sedulur Jokowi Tegaskan Tetap Loyal Kepada Jokowi

Bobibos: Energi Merah Putih Dari Sawah Nusantara Yang Siap Guncang Dunia

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Patianrowo Nganjuk dan Komite Diduga Lakukan Pungli, Terancam Dilaporkan ke Polres Nganjuk



No Responses