Gerakan menghukum Jokowi dan para penjahat negeri semakin masif

Gerakan menghukum Jokowi dan para penjahat negeri semakin masif
M Rizal Fadilah

Oleh: M Rizal Fadillah
Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Penetapan dan proses lanjut kriminalisasi 8 Tersangka oleh Polda Metro Jaya dalam kasus ijazah palsu Jokowi sesungguhnya adalah bentuk kekalutan Jokowi dan Polisi. Pihak Polda yang sebelumnya menyatakan perlu kehati-hatian dalam penanganan tiba-tiba melompat mengambil pilihan Tersangka secara prematur. Ada tekanan politik yang membuat panik. Berjalan oleng pada kasus sederhana yang bergerak meluas dan mendunia.

Penetapan 8 Tersangka sebagai pilihan telah menemukan jalannya. Jalan itu dipastikan memukul Polda dan juga Jokowi, sang raja yang justru terancam penjara. Ia terpaksa bersilat untuk lolos dari nestapa. Bukanlah seorang Jokowi jika langkah-langkahnya tidak dipenuhi dusta. Jalan itu adalah jebakan yang akan memangsa sendiri. Menebar racun mediasi untuk bunuh diri.

8 Tersangka adalah kekuatan yang terbangun dari disain pelemahan. Ketakutan pelaku kejahatan mulai terasa dan menguat. Kepalsuan diri akan terkuak dalam waktu dekat sebagai bukti bahwa Jokowi adalah makhluk alien yang berubah-ubah wujud. Aneh ada pemimpin di negeri Indonesia yang berkarakter seperti ini. Dari ijazah sampai wajah bisa palsu.

Sebagai kekuatan magnetik kedelapannya harus solid, bergerak bersama, mendobrak kejumudan. Polarisasi harus dihindari. Klaster 1 dan 2 yang dibuat Polda tidak boleh menimbulkan ego-sektoral atau ego-personal. Jika itu yang terjadi maka akan rentan konflik dan perpecahan.
Bersama masyarakat cerdas lain berjuang untuk membuktikan dusta Jokowi atas bangsa selama ini.

Analisa dan prediksi bahwa Jokowi akan menjadi mantan Presiden pertama yang beristirahat di balik jeruji besi sangat realistis dan mendekati. Falsafah “mikul duwur mendem jero” tidak berlaku baginya. Terlalu besar kerugian negara oleh ulah Jokowi sekeluarga. Dosa politiknya sulit diampuni. Meskipun ada teriakan histeris “hidup Jokowii..!” namun sayup-sayup teriakan itu akan hilang ditelan realita.

Aktualnya dimulai dari sikap delapan “one for all, all for one” bergabung dalam kebersamaan tokoh, ulama, aktivis, akademisi, mahasiswa, jurnalis, buruh dan ema-emak anti kezaliman dan kemunafikan. Gerakan menghukum Jokowi dan para penjahat negeri semakin masif dan akan segera terealisasi. Tidak ada kebohongan yang abadi.

Mulai dari ijazah palsu menuju nepotisme, lalu korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia Jokowi terus dikejar oleh bayang-bayang dosa penghianatan atas amanat rakyat.

Ijazah palsu bagai palu godam pukulan pertama siksa kubur yang membuatnya menjerit keras. Lalu ia sangat menyesal. Sayangnya sesal itu sama sekali tidak berguna. Tidak berguna.

Bandung, 25 November 2025

Last Day Views: 26,55 K