Oleh : Syahdan Hasan
(Pengurus Pusat JAKER, Lulusan Sastra UGM)
Hormat kami kepada seluruh hadirin yang kami muliakan. Salam Budaya Pembebasan !!
Hari ini, di tengah kemajuan teknologi yang pesat, kami ingin mengajak kita semua untuk merenungkan tentang persoalan yang semakin mendalam antara manusia dan komputer, serta peran kebudayaan rakyat dalam perkembangan teknologi.
Di satu sisi, kita memiliki kemajuan canggih dari era digital yang menyuguhkan kemudahan dan efisiensi, sedangkan di sisi lain, kita juga memiliki kekayaan kebudayaan rakyat yang tak ternilai harganya.
Bagaimana sejarah kebudayaan Timur berperan dalam hal ini? Dan bagaimana kebudayaan Timur akan berkembang di masa depan dalam perspektif negara-negara Barat?
Mari kita mulai dengan sejarah kebudayaan Timur.
Di Timur, kebudayaan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Kebudayaan Timur telah berkembang selama ribuan tahun, dan telah memberikan kontribusi besar bagi peradaban manusia. Ciri khas kebudayaan Timur adalah fokus pada nilai-nilai spiritual, harmoni, dan pemahaman yang mendalam terhadap alam semesta.
Namun, dengan munculnya era digital dan kemajuan teknologi, pertanyaan muncul: apakah kebudayaan Timur akan tergeser oleh dominasi kebudayaan Barat? Apakah manusia akan digantikan oleh komputer. Jawabannya terletak pada kesadaran dan apresiasi kita terhadap kebudayaan rakyat.
Kebudayaan rakyat adalah inti dari identitas suatu bangsa. Ia terdiri dari warisan budaya, tradisi, bahasa, kesenian, dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Dalam konteks perkembangan teknologi, kebudayaan rakyat memainkan peran penting dalam mempertahankan keberagaman dan kemanusiaan. Manusia analog memiliki daya kreativitas, emosi, dan kecerdasan yang tidak bisa direplikasi oleh komputer.
Kita memiliki keunikan dalam memahami seni, mempertahankan tradisi, dan menciptakan karya-karya yang merefleksikan identitas kita sebagai manusia. Kebudayaan rakyat kita adalah pondasi yang kuat untuk menghadapi tantangan perkembangan teknologi.
Seperti diketahui, kemunculan tren terbaru teknologi canggih revolusi industri 4.0 ini ditandai dengan revolusi digital melalui artificial intelligence (AI), e-commerce, big data, dan fintech. Namun salah satu komponen terbesar teknologi ini adalah mesin canggih. Teknologi AI terus dikembangkan melalui sistem cerdas seperti soft computing, sebuah sistem yang memilah keahlian seperti manusia pada domain tertentu namun beradaptasi dan belajar agar dapat bekerja lebih baik jika terjadi perubahan lingkungan.
Prof. Dr. Mukhtasar Guru Besar Filsafat UGM menegaskan kecerdasan buatan tidak akan pernah bisa menyamai kemampuan manusia dalam memahami konteks, situasi atau tujuan secara teratur, kecerdasan dan keahlian manusia bergantung terutama pada insting tidak sadar. Pikiran manusia dan proses pemikirannya merupakan fenomena non reduksionis. Sementara komputer di sisi lain beroperasi menggunakan program reduksi manipulasi simbolik.
Dalam pemikiran filsafat timur, kata Mukhtasar, sudah dilakukan berbagai kajian soal kecerdasan buatan ini, bagi Buddhisme, AI tidak memiliki citta atau memahami penciptaan pikiran dari entitas non-materi sehingga AI dianggap tidak dapat berpikir.
Sementara dalam tradisi Taoisme, orang cerdas akan mampu merespon situasi secara berbeda dan tindakannya tidak bergantung pada standar subjektif tetapi pada situasi objektif karena orang cerdas mampu menyesuaikan diri dengan tubuh yang bergerak.
Sebaliknya dalam tradisi Konfusianisme, kecerdasan dikaitkan dengan kemampuan untuk membuat penilaian moral yang benar. Sehingga kecerdasan sangat menentukan seseorang dalam menilai perilaku benar dan salah.
Namun, tidak bisa diabaikan bahwa negara-negara Barat telah menjadi pusat kemajuan teknologi. Mereka memiliki keunggulan dalam penelitian, inovasi, dan pengembangan teknologi yang telah mengubah cara kita hidup.
Dalam perspektif negara-negara Barat, mereka melihat kebudayaan Timur sebagai salah satu sumber inspirasi yang dapat memperkaya dunia digital.
Mereka mengakui kearifan dan filosofi Timur yang dapat memberikan pemahaman yang lebih holistik dalam penggunaan teknologi. Seiring dengan waktu, kita dapat melihat kolaborasi antara kebudayaan Timur dan Barat dalam menghadapi tantangan teknologi. Kita dapat mempertahankan kearifan Timur yang berpusat pada nilai.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Presiden Pasang Badan Untuk Jakowi Dan Luhud B. Panjaitan

Saya Muslim..

Informaliti

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Tak Kuat Layani Istri Minta Jatah 9 Kali Sehari, Suami Ini Pilih Cerai

Novel Imperium Tiga Samudara (7)- Kapal Tanker di Samudra Hindia

Sampah Indonesia: Potensi Energi Terbarukan Masa Depan

Novel: Imperium Tiga Samudra (6) – Kubah Imperium Di Laut Banda

Sebuah Kereta, Cepat Korupsinya

Menata Ulang Otonomi: Saatnya Menghadirkan Keadilan dan Menata Layanan



No Responses