Oleh: Muhammad Chirzin
Hari-hari ini orang bertanya-tanya apakah Jokowi jadi ngantor di IKN pada bulan ini. Para pengamat pesimis Ibu Kota Negara dapat segera dipindahkan ke IKN. Sementara Warta Ekonomi, Jakarta – Senin, 08 Juli 2024 memberitakan, pengamat politik Rocky Gerung membayangkan Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka mengadu kepada Presiden Joko Widodo bahwa Presiden terpilih Prabowo Subianto menginginkan program makan siang gratis, bukan proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).
Rocky Gerung membaca sinyal yang dikirim Partai Gerindra lewat Soedradjad Djiwandono yang menyatakan lebih memilih program makan siang gartis daripada IKN. Sebelumnya, anggota Dewan Pakar Tim Kemenangan Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming itu menyatakan sebagai seorang ekonom dirinya lebih memilih program makan siang gratis dibanding IKN.
“Sebagai seorang ekonom yang enggak bisa bohong dalam soal ini saya mengatakan ya saya memilih yang makan siang bergizi karena saya tahu bahwa itu akan bisa dilaksanakan segera,” kata Soedradjad Jumat (5/7).
Program makan siang gratis sekarang sudah diubah menjadi program makan bergizi gratis dengan anggaran Rp71 triliun dalam rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau RAPBN 2025. “Kita sudah memperhitungkan secara rinci biayanya. Siapa yang akan menerima dan seterusnya,” kata dia.
Untuk program IKN, perkiraan anggarannya belum jelas, tapi bukan berarti dirinya ingin program tersebut tidak berlanjut. “Air bersih saja belum ada, jadi pembiayaannya jelas luar biasa besarnya.
Ia pun menerima banyak kritikan atas sikapnya yang memilih makan siang gartis daripada IKN. “Mereka bilang seolah-olah saya akan memisahkan antara Prabowo dengan Pak Joko Widodo. Saya enggak pernah tidak setuju dengan pemindahan, hanya mestinya dipikirkan secara matang,” tekannya.
Di samping itu ada manuver politik Kaesang Pangarep menjelang pendaftaran calon pemilihan kepala daerah 2024 bulan depan. TEMPO.CO, Jakarta mengunggah berita – Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional Viva Yoga Mauladi bicara soal usulan pengusungan Jusuf Hamka oleh Partai Golkar di Pemilihan Gubernur atau Pilgub Jakarta. Partainya menyerahkan sepenuhnya ide pencalonan itu kepada Partai Golkar.
Golkar menyodorkan nama kader sekaligus pengusaha Jusuf Hamka sebagai cawagub untuk berpasangan dengan Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep di Pilgub Jakarta. Airlangga Hartarto mengatakan Golkar menyiapkan Jusuf Hamka sebagai calon wakil Kaesang Pangarep, Menurut Airlangga, kemampuan Jusuf Hamka bisa membantu Kaesang mengentaskan kemacetan di Jakarta dan mengalahkan kota pesaingnya, Bangkok, Thailand. Sebab, Jusuf telah mempunyai pengalaman malang melintang dalam pembangunan infrastruktur jalan.
Menurut Jusuf Hamka tidak masalah soal jarak usia antara dirinya yang sudah berusia 66 tahun dengan Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep. Hamka mengutip semboyan pahlawan nasional Raden Mas Suwardi Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantara, sosok Bapak Pendidikan di Indonesia. “Ing Ngarsa Sung Tulada – di depan memberi teladan” dan “Ing Madya Mangun Karsa – di tengah memberi inspirasi.” “Tut Wuri Handayani – dari belakang memberi dorongan).
Semboyan Tut Wuri Handayani berarti seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan kepada muridnya. Hamka menganggap tawaran menjadi pendamping Kaesang merupakan tugas yang diberikan oleh partainya, dan ia loyal kepada Partai Golkar. Hamka juga memperkenalkan jargon usulan Airlangga Hartarto yang akan digunakan jika nanti menjadi pendamping Kaesang Pangarep dalam Pilgub Jakarta, “Ka’bah, Kaesang-Babah.”
Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno melihat upaya Partai Golkar mengusung Jusuf Hamka berhubungan dengan upaya pencalonan Ridwan Kamil di Pilgub Jawa Barat. Golkar lebih menginginkan Ridwan Kamil di Jawa Barat ketimbang Jakarta. Tindak lanjut pengusungan Jusuf Hamka tergantung pada kesepakatan para pimpinan partai yang tergabung dalam KIM. Ada pengaruh Jokowi dan presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto dalam penentuan kandidat di Pilgub Jakarta.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menilai rencana memasangkan Jusuf Hamka dengan Kaesang bisa saja terealisasi dengan perbandingannya 50:50. “Yang satu anak presiden, yang satu pengusaha sukses.”
Pencalonan Kaesang-Hamka harus mempertimbangkan sejumlah faktor, yakni popularitas, elektabilitas, dan akseptabilitas. Selain itu, kemampuan finansial keduanya juga berpengaruh. 
Wakil Ketua Umum PSI Andy Budiman angkat bicara soal wacana duet Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep dengan Jusuf Hamka di Pemilihan Gubernur atau Pilgub Jakarta. Tidak ada kesepakatan antara PSI dan Golkar soal duet itu. Sampai saat ini Ketua Umum DPP PSI Kaesang Pangarep belum mengambil keputusan terkait rencana maju di dalam pilkada.
Jusuf Hamka mengklaim memiliki kelebihan sebagai kandidat yang tak dimiliki sosok lain, yaitu tak bisa disuap. Jusuf menjelaskan harga dirinya lebih besar daripada hartanya itu karena selama ini hidup secara sederhana. Jusuf melepas ikat pinggang alias gesper yang melingkar di perutnya untuk menunjukkan kehidupannya yang sederhana. Ia menaruh ikat pinggang tanpa merek itu di atas meja makan. “Nih, gesper Rp 25 ribu.” Jusuf juga melepas jam tangan, kemudian menunjukkan sepatu berwarna abu-abu yang ia pakai telah meringis bolong di ujungnya.
Pengamat menyatakan, dengan siapa pun Kaesang berpasangan, para pendukung Anies optimis Anies dapat mengalahkannya.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Tak Kuat Layani Istri Minta Jatah 9 Kali Sehari, Suami Ini Pilih Cerai

Sampah Indonesia: Potensi Energi Terbarukan Masa Depan

Novel: Imperium Tiga Samudra (6) – Kubah Imperium Di Laut Banda

Sebuah Kereta, Cepat Korupsinya

Menata Ulang Otonomi: Saatnya Menghadirkan Keadilan dan Menata Layanan

Gerbang Nusantara: Jatim Kaya Angka, Tapi Rakyat Masih Menderita

Imperium Tiga Samudra (5) — Ratu Gelombang

“Purbayanomics” (3), Tata Kelola Keuangan Negara: Terobosan Purbaya

Seri Novel “Imperium Tiga Samudra” (4) – Pertemuan di Lisbon



No Responses