Investigatif: Badai Politik Pasca Kerusuhan, Siapa Bertahan, Siapa Tersingkir?

Investigatif: Badai Politik Pasca Kerusuhan, Siapa Bertahan, Siapa Tersingkir?
Istana Negara

JAKARTA – Langit Jakarta siang itu kelabu, seolah ikut menelan riuh suara sirene dan helikopter yang sesekali melintas di atas Kompleks Istana Merdeka. Dua hari pasca aksi demo anarkis yang memporak-porandakan sejumlah titik di ibu kota, suasana di dalam pagar istana jauh dari kata tenang.

Di ruang-ruang rapat yang biasanya diisi pembicaraan terukur, kini suara-suara meninggi. Telepon berdering tak henti. Staf khusus berlarian membawa map merah dan tablet berisi laporan intelijen terbaru. “Kita tidak boleh lengah. Ada yang memanfaatkan kerusuhan ini,” ujar seorang pejabat setingkat menteri yang enggan disebutkan namanya.

Efek Domino Kerusuhan

Kerusuhan besar (25-50 Agustus) bukan hanya meninggalkan kerugian fisik—gedung terbakar, pusat perbelanjaan dijarah, dan kendaraan hangus di pinggir jalan—tetapi juga memantik badai politik. Dari rekaman CCTV dan laporan intelijen, terungkap bahwa massa yang terlibat berasal dari berbagai kelompok: buruh, mahasiswa, hingga preman bayaran.

Namun, yang membuat situasi lebih panas adalah informasi yang beredar di lingkaran elite: beberapa tokoh politik disebut memanfaatkan momentum ini untuk mendesak perombakan kabinet besar-besaran. “Reshuffle ini bukan sekadar mengganti menteri, tapi juga mengubah peta kekuasaan,” kata seorang sumber di lingkaran Istana.

Tanda-Tanda Reshuffle

Bendera reshuffle mulai berkibar ketika Presiden menggelar rapat terbatas mendadak pada Jumat malam. Tidak ada agenda resmi yang diumumkan, tetapi sejumlah menteri terlihat keluar dari istana dengan wajah tegang.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Dr. Rinaldi Adiputra, menilai bahwa reshuffle kali ini memiliki dimensi strategis yang berbeda. “Biasanya reshuffle dilakukan untuk perbaikan kinerja. Kali ini, faktor keamanan dan loyalitas politik menjadi penentu,” ujarnya.

Rumor yang beredar menyebutkan setidaknya lima kementerian akan berganti nakhoda, termasuk pos-pos strategis di bidang keamanan, ekonomi, dan komunikasi publik. Beberapa nama yang disebut-sebut masuk radar penggantian adalah mereka yang dianggap gagal membaca situasi hingga kerusuhan membesar.

Ketegangan di Koridor Kekuasaan

Sumber di internal Istana mengungkapkan, pasca kerusuhan, Presiden lebih sering memanggil Panglima TNI, Kapolri, dan Kepala BIN dibandingkan menteri sipil. Pertemuan-pertemuan kecil diadakan di ruang tertutup, bahkan larut malam.

Di koridor kekuasaan, beredar kabar bahwa Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka juga memberikan masukan khusus kepada Presiden terkait nama-nama menteri yang layak dipertahankan. Gibran, yang beberapa kali absen dari konferensi pers pemerintah, disebut sedang menjaga jarak politik untuk meredam spekulasi.

“Bukan rahasia lagi, hubungan politik di dalam istana tidak selalu seindah yang terlihat di kamera. Ada friksi yang makin kentara setelah demo kemarin,” ungkap seorang mantan staf kepresidenan.

Manuver Partai Politik

Di luar istana, partai-partai politik pendukung pemerintah mulai mengirimkan sinyal kepada Presiden. Beberapa ketua umum partai terang-terangan menawarkan nama kader mereka untuk posisi menteri. “Kalau reshuffle ini jadi, maka partai pendukung harus mendapatkan porsi yang sesuai kontribusinya menjaga stabilitas,” kata seorang politisi senior dari koalisi.

Namun, ada pula partai yang justru mengancam akan mengurangi dukungan di parlemen jika jatah menterinya dicopot. Kondisi ini membuat reshuffle menjadi medan tawar-menawar politik yang panas.

Narasi di Balik Pintu Tertutup

Di balik pintu tertutup ruang kerja Presiden, konon sudah ada daftar dua kolom: bertahan dan diganti. Di antara nama-nama itu, ada yang tak terduga. Beberapa menteri populer di publik justru masuk daftar “diganti” karena dianggap tak sejalan dengan arah politik baru pasca kerusuhan.

Seorang sumber dekat lingkaran Presiden mengatakan, “Beliau ingin kabinet yang tidak hanya pintar di depan kamera, tapi juga sigap di lapangan. Demo kemarin adalah ujian, dan beberapa orang gagal.”

Desas-Desus Kandidat Baru

Meski belum ada konfirmasi resmi, sejumlah nama baru mulai muncul di media sosial dan grup WhatsApp elite politik. Dari kalangan profesional, mantan direktur BUMN hingga tokoh muda dari dunia digital disebut-sebut akan masuk kabinet. Ada pula rumor bahwa satu atau dua posisi akan diisi oleh tokoh militer aktif untuk memperkuat kendali keamanan.

Waktu dan Momentum

Banyak yang bertanya: kapan reshuffle ini akan diumumkan? Beberapa spekulasi menyebutkan minggu depan, setelah Presiden menerima laporan lengkap dari tim keamanan dan ekonomi. Namun, ada juga yang memprediksi reshuffle akan dipercepat sebagai kejutan politik untuk memotong isu liar di publik.

Bagi Presiden, reshuffle kali ini adalah momen krusial untuk memulihkan citra pemerintah yang sempat terguncang akibat kerusuhan. Di tengah sorotan publik dan tekanan politik, satu hal pasti: aroma perubahan sudah terasa kuat di udara istana.

Dan di balik pagar besi istana, setiap langkah, bisikan, dan senyum pejabat kini menjadi bahan tafsir—siapa yang akan bertahan, dan siapa yang akan tersingkir dari lingkaran kekuasaan.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K