Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Pemerintah Indonesia harus senantiasa tidak boleh berhenti untuk membantu bangsa Palestina untuk keluar dari penderitaan yang sepertinya tidak ada ujungnya dan memperoleh kemerdekaan negerinya. Kewajiban Indonesia untuk membantu bangsa yang terjajah sudah ada di Mukadimman UUD 1945 kita, dan bangsa Palestinalah yang pertama kali mendukung dan mengakui kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Lagian ini bukan soal agama, tapi ini soal kemanusiaan dan harkat sebuah bangsa. Kita sering membaca tagar antara lain You don’t have to be a Muslim to support Palestine; you just have to be human!
Saat ini seluruh dunia (kecuali Amerika Serikat sebagai sekutu abadi Israel) yang membicarakan situasi yang sangat tragis terjadi di Palestina terutama di Gaza yaitu masalah kelaparan, malnutrisi yang sudah mengambil banyak korban. Israel disamping menggunakan kekuatan militer yang dibantu AS dan sekutunya negara-negara Barat, juga menggunakan cara-cara sadis yaitu kelaparan sebagai senjata dengan satu tujuan memusnahkan bangsa Palestina. Israel memblokade segala bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza bahkan membunuh ratusan orang, anak-anak kecil ketika mengantri mendapatkan bantuan makanan.
Tulisan dalam judul artikel saya adalah penggalan kalimat yang diucapkan oleh mantan Menteri Luar Negeri Indonesia ketika berpamitan di DPR dalam rapat bersama Lemhanas dan Komisi I DPR tanggal 12 September 2024. Persisnya kalimat yang diucapkan Menlu Retno Marsudi itu: “Tadi pimpinan menyatakan mengenai Palestina, jangan tinggalkan bangsa Palestina berjuang sendirian di tengah hak-hak mereka dirampas.”
Di laman Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB tanggal 29 Juli 2025 menyebutkan bahwa menurut platform Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC – Integrated Food Security Phase Classification (IPC) ), dua dari tiga ambang batas kelaparan telah tercapai di Gaza: anjloknya konsumsi makanan dan kekurangan gizi akut. Kelaparan belum dinyatakan sebagai kriteria ketiga, kematian akibat gizi buruk, tidak dapat ditunjukkan. Ada bukti yang meningkat bahwa “kelaparan, kekurangan gizi dan penyakit yang meluas” mendorong peningkatan kematian terkait kelaparan, yang merupakan indikator kelaparan ketiga.
“Ini jelas bencana yang terjadi di depan mata kita, di depan layar televisi kita,” kata Ross Smith, direktur darurat Program Pangan Dunia PBB (WFP). “Ini bukan peringatan, ini adalah ajakan untuk bertindak. Ini tidak seperti apa pun yang pernah kita lihat di abad ini,” katanya kepada wartawan di Jenewa.
Konteks peringatan itu sangat jelas: satu dari tiga orang sekarang tanpa makanan selama berhari-hari, kata IPC. Rumah sakit juga kewalahan dan telah merawat lebih dari 20.000 anak karena kekurangan gizi akut sejak April. Setidaknya 16 anak di bawah lima tahun telah meninggal karena penyebab terkait kelaparan sejak pertengahan Juli.
Peringatan tersebut mengikuti analisis IPC Mei 2025 yang memproyeksikan tingkat kerawanan pangan yang dahsyat bagi seluruh populasi pada bulan September. Menurut para ahli platform, setidaknya setengah juta orang diperkirakan akan berada di IPC Fase 5 – bencana – yang ditandai dengan kelaparan, kemiskinan dan kematian.
Kondisi yang menyedihkan itu akhirnya membuat sekutu AS yang selama ini membantu Israel dengan dana, senjata dan diplomasi mulai gerah dan menyatakan kesediaannya untuk mengakui nagara Palestina nanti di Sidang Umum PBB bulan September 2025. Pengakuan diplomatik mengejutkan karena selama ini mereka mendiamkan apa saja yang dilakukan Israel terutama genosida atau pembunuhan massal di wilayah Palestina.
Negara-negara barat itu antara lain Perancis, Kanada dan Inggris. Kalau tidak salah Norwegia, Spanyol dan Irlandia sudah menyatakan pengakuan negara Palestina tahun 2024 lalu. Pengakuan diplomatik terhadap bangsa Palestina dari negara-negara barat itu tentu membuat marah Amerika Serikat.
Soal krisis kelaparan di Gaza itu ditanyakan oleh seorang wartawan di konferensi Pers Departemen Luar Negeri AS di Washington, dan jawaban juru bicara Deplu AS itu malah menyalahkan Hamas sebagai biang keladi terjadinya krisis di Gaza, dia bahkan mengulang narasi (kebohongan) yang selalu didengung-dengungkan Israel tentang kebiadaban Hamas memperkosa wanita, membunuh dan memasukkan bayi di microwave. Padahal soal ini sudah banyak bantahan dari banyak pihak termasuk wartawan investigasi dari barat bahwa tidak ada bukti tentang tuduhan seperti bayi dibunuh didalam microwave itu.
Indonesia dalam hal ini tidak boleh meninggalkan perjuangan bangsa Palestina seperti yang diingatkan mantan Menlu RI Retno Marsudi itu.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Tak Kuat Layani Istri Minta Jatah 9 Kali Sehari, Suami Ini Pilih Cerai

Sampah Indonesia: Potensi Energi Terbarukan Masa Depan

Novel: Imperium Tiga Samudra (6) – Kubah Imperium Di Laut Banda

Sebuah Kereta, Cepat Korupsinya

Menata Ulang Otonomi: Saatnya Menghadirkan Keadilan dan Menata Layanan

Gerbang Nusantara: Jatim Kaya Angka, Tapi Rakyat Masih Menderita

Imperium Tiga Samudra (5) — Ratu Gelombang

“Purbayanomics” (3), Tata Kelola Keuangan Negara: Terobosan Purbaya

Seri Novel “Imperium Tiga Samudra” (4) – Pertemuan di Lisbon

	
No Responses