Oleh: Sutoyo Abadi
Identik bisa berkonotasi sama dengan Aidit hanya karena beda kecerdasan dan pengalaman jam terbangnya di belantara politik PKI apalagi lahir pada tahun 1961 menjadi berbeda dengan Aidit.
Mantan Presiden Jokowi berjalan hanya berdasarkan remote dari luar dirinya, tetapi tetap saja dari kebijakan dan peraturan yang di lahirnya saat berkuasa identik dengan Aidit.
Info dari anak haram konstitusi dalam keluarga tidak ada tradisi membaca buku sama artinya miskin sejarah. Hanya karena hidup dalam trah PKI berkeinginan menghidupkan kembali PKI di Indonesia.
Saya menduga Jokowi nol besar mengetahui sejarah tentang PKI dari sumber arsipnya baik didalam negeri atau luar negeri (RRC).
Bahwa berdasarkan sumber Arsip Pusat Partai Komunis Tiongkok, telah terjadi Pertemuan Tingkat Tinggi antara delegasi PKC dipimpin oleh Ketua Mao Tse Tung dan delegasi PKI, yang dipimpin oleh DN. Aidit serta isterinya Tanti, dan Yusuf Aji Torop (Wasekjen PKI) pada 5 Agustus 1965.
Dalam pertemuan itu dari Partai Komunis Cina antara lain hadir: Deng Hsiao Ping, Peng Chen, Chenyi, Li Saoqi dan Chou Enlai. Dalam pertemuan tingkat tinggi PKI dan PKC tersebut dibahas antara lain, tentang perkembangan terakhir sakitnya Presiden Sukarno dan cara PKI ambil alih (merebut ) kekuasaan di Indonesia.
Laporan Chou Enlai kepada Mao tentang sakitnya Bung Karno pada 3 Agustus 1965, bahwa di Indonesia ada sayap kanan (Dewan Jenderal) di informasikan akan ambil alih kekuasaan dari Presiden Sukarno, apa yang harus dilakukan PKI setelah Sukarno meninggal dan setelah PKI berkali – kali gagal melakukan kudeta.
Aidit diminta siaga melakukan persiapan kudeta karena PKI pasti akan berhadapan dengan sayap kanan (Dewan Jenderal).
Aidit melaporkan usulan akan melakukan penyesatan politik :
(a) Untuk membuat bingung lawan PKI akan dibentuk sebuah komite militer, yang bagian terbesarnya dari sayap kiri (PKI) dan elemen tengah, (b) PKI pasti berhadapan dengan Nasution, (c) Ketua komite militer harus dari anggota rahasia PKI dan berlagak sebagai orang yang netral, (d) Ketua komite militer keberadaannya tidak boleh terlalu lama, dan (e) setelah komite militer terbentuk buruh dan tani dipersenjatai.
Pimpinan tertinggi RRC di Beijing tidak berkeberatan dengan rencana Aidit tersebut. Munculah angkatan ke 5, persiapan untuk melakukan kudeta.
Menurut catatan pertemuan (5 Agustus 1965) Mao juga memberitahukan pengalamannya tatkala bernegosiasi dengan Kuomintang yang berlatar belakang perang saudara, diduga Mao juga menyampaikan nasihat rahasia agar Aidit siap berjuang dengan berunding maupun dengan senjata.
Simaklah dialog antara Aidit dan Mao Tse Tung tanggal 5 Agustus 1965 di Zhoungnanhai – Peking, menjelang Kudeta G 30 S PKI :
Mao : Kamu harus bertindak cepat.
Aidit : Saya khawatir AD akan menjadi penghalang
Mao : Baiklah, lakukan apa yang saya nasehatkan kepadamu, habisi semua Jenderal dan para perwira reaksioner itu dalam sekali pukul. Angkatan Darat akan menjadi seekor naga yang tidak berkepala dan akan mengikutimu.
Aidit : Itu berarti membunuh beberapa ratus perwira.
Mao : Di Shensi utara saya membunuh 20 000 orang kader dalam sekali pukul saja. (Victor m. Fic : “Kudeta 1 Oktober 1965, Sebuah Studi tentang Konspirasi”, hal. 78. Yayasan Obor Indonesia, 2008)
Jokowi orang yang buta sejarah, ketika sebagai Presiden justru nekad membuat beberapa Keputusan Presiden untuk mengampuni PKI bahkan korban PKI harus mendapatkan santunan. Bahkan ada rekayasa bahwa PKI adalah korban TNI AD.
Adalah kebijakan yang dungu, tolol seorang Presiden trah PKI sedang menjalankan misi remotenya dari RRC.
Menjelang peringatan G 30 S PKI, rakyat harus terus menerus di ingatkan bahwa PKI Gaya Baru telah bangkit di Indonesia. Benteng perlawanan untuk mencegah bangkitnya PKI adalah bersatunya TNI dan rakyat (khususnya Umat Islam).
Sekalipun Jokowi sudah lengser dari kekuasaannya, tetapi Jokowi adalah identik dengan Aidit, akan menjadi ikon atau simbol kebangkitan PKI Gaya Baru di Indonesia.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Ribut Soal Pahlawan, Habib Umar Alhamid: Soeharto Layak dan Pantas Jadi Pahlawan Nasional

Sri Radjasa Chandara Buka Suara: Ada Tekanan Politik di Balik Isu Pergantian Jaksa Agung

Chris Komari: Kegiatan Yang Dilindungi Konstitusi Adalah Hak Konstitusional Yang Tidak Dapat Dipidana Dan Dikriminalisasi

Dijadikan Tersangka Kasus Ijazah Jokowi, Rizal Fadillah: Ini Pemerkosaan Hukum

Diduga Sekongkol Kepala Sekolah dan Komite MAN 3 Kediri Lakukan Pungli, Walimurid Dipaksa Bayar Rp 1.400.000

Kegilaan yang Menyelamatkan Bangsa

Invasi Senyap Tiongkok di Bumi Pertiwi

Tahun 2025 diperkirakan akan menjadi 1 dari 3 tahun terpanas yang pernah tercatat

Rekom Dari Camat Kwadungan Sudah Keluar: Rizky Gugur!

Ketua PKBM Muslimat NU Sumenep Lolos Program Bergengsi YSEALI di Amerika Serikat



No Responses