#Kabur Aja Dulu – Bentuk Protes Anak Muda

#Kabur Aja Dulu – Bentuk Protes  Anak Muda

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Sekarang ramai di dunia maya tagar Kabur Aja Dulu yang dibuat oleh anak-anak muda Indonesia yang menginginkan kehidupan lebih baik diluar negeri daripada hidup susah didalam negeri. Munculnya tagar itu nampaknya disebabkan mereka anak-anak muda itu melihat kondisi bangsa dan negara Indonesia yang tidak baik-baik saja, ribuan pemuda yang lulus Perguruan Tinggi tidak memperoleh pekerjaan atau kalau toh dapat pekerjaan gajinya kecil.

Tagar Kabur Aja Dulu lalu viral dan menarik disebabkan anak-anak muda Indonesia masa kini yang diluar negeri menayangkan kehidupannya yang mapan dengan gaji waah diluar negeri lewat sosial media seperti Tiktok, Facebook dan Instagram. Namun sejatinya sebelum adanya sosial media sudah banyak orang Indonesia yang ingin bekerja di luar negeri untuk mencari penghasilan yang lebih baik. Mereka ini keluar negeri bukan karena protes melihat kondisi negaranya yang tidak mampu memberikan pekerjaan yang layak. Intinya mereka hanya ingin bekerja dengan gaji yang baik. Karena itu bisa kita lihat banyaknya warga negara Indonesia yang menjadi pekerja disektor bawah seperti menjadi pembantu rumah tangga atau supir di Saudi Arabia, Malaysia, Hongkong dan Taiwan.

Ketika saya bekerja di Konsulat Amerika Serikat di Surabaya saya menyaksikan antrian warga kita yang berupaya mendapatkan Visa ke negeri Paman Sam ini dengan cara apapun termasuk dengan cara memalsu dokumen agar bisa bekerja di AS. Saya sendiri sering bertemu warga Indonesia dari berbagai daerah yang berada di California, San Fransisco, Los Angeles, Pennsylvania dan sudah bermukim puluhan tahun dimana diantara mereka ada yang masuk AS secara legal dan ada juga secara illegal.

Dari segi jumlah orang Indonesia yang bekerja (atau bekerja) diluar negeri memang orang Indonesia jumlahnya sedikit, kalah banyak dengan orang-orang dari Cina, Filipina dan Vietnam. Pengalaman saya keliling banyak negara saya menemukan banyak tenaga kerja dari Filipina yang bekerja di restoran, hotel, mall, toko, bandara, rumah sakit dsb seperti di Abu Dhabi, Doha, negara-negara Eropa, Amerika Serikat dsb. Orang-orang Filipina itu memiliki keuntungan bisa berbahasa Inggris dengan fasih.

Sekarang keinginan anak-anak muda Indonesia ingin bekerja diluar negeri lebih meningkat karena sering menonton tayangan sosial media tentang keberhasilan warga Indonesia yang bekerja di luar negeri selama puluhan tahun seperti membuka gerai kuliner di London, New York, Sydney, Mekkah, Madinah, Uni Emirat Arab dsb. Bahkan sudah mulai banyak anak-anak muda Madura yang berhasil membuka restoran di negara-negara maju itu.

Namun anak-anak muda Indonesia masa kini perlu faham bahwa bekerja di luar negeri tidaklah semudah yang dibayangkan, disamping prosesnya yang ketat juga harus memahami budaya negara-negara lain yang berbeda dengan budaya kita. Saya pernah sekolah di Inggris, bekerja di bank-bank asing, di perwakilan diplomatik negara sahabat, pernah keliling ke banyak negara di Eropa, Australia, Amerika Serikat, ASEAN, Jepang, Timur Tengah dan Australia memiliki pengalaman bagaimana perbedaan budaya itu. Misalnya jangan diharapkan ada orang, tetangga yang senyum, menyapa kita seperti yang terjadi di Indonesia. Apalagi bila kalau kita berada ditengah-tengah masyarakat yang rasis, yang anti terhadap pendatang, anti terhadap agama Islam misalnya dsb. Anak-anak muda Indonesia yang ingin bekerja diluar negeri juga harus memahami peraturan atau undang-undang tentang imigrasi di negara lain. Sahabat saya yang sekarang bermukim di Los Angeles AS mengirim saya info kalau ada sekitar 4.000 orang Indonesia yang terancam deportasi akibat kebijakan ketat Presiden AS Donald Trump.

Tagar Kabur Aja Dulu menuai berbagai pendapat ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Misalkan Prof. Mahfud MD menilai kemunculan tagar Kabur Aja Dulu wajar semata jika masyarakat terus-menerus mendapat ketidakadilan di Tanah Air. Sementara Menteri Bahlil Lahadalia berpendapat orang-orang yang meramaikan tagar Kabur Aja Dulu patut dipertanyakan jiwa nasionalisme-nya. Dia menilai, pihak tersebut seolah mencoreng perjuangan pahlawan merebut kemerdekaan RI.

Saya sendiri secara subyektif dan sudah berpengalaman banyak bekerja, sekolah dan tinggal di luar negeri memilih lebih baik berada dan tinggal di negeri sendiri daripada tinggal di negara lain.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K