Kebaikan Yang Ada Maksud Dibelakangnya

Kebaikan Yang Ada Maksud Dibelakangnya

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Masyarakat secara umum haruslah cerdas dan cermat apabila menghadapi kejadian politik baik dalam negeri maupun luar negeri, terutama soal prinsip “tidak ada musuh dan teman yang abadi, yang ada adalah kepentingan abadi” atau “dulu musuh sekarang teman”. Masyarakat tentu ada yang berpendapat prinsip seperti itu secara moral tidak benar, namun begitulah “real politics” itu.

Berita tentang dulu musuh sekarang teman itu ditunjukkan secara jelas oleh keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pencabutan sangsi kepada Suriah dimana pemimpinnya yang sekarang Ahmad Al-Sharaa pernah menjadi musuh utama Amerika Serikat karena terafiliasi dengan jaringan teroris Al-Qaeda yang melawan Amerika Serikat di Irak. Bahkan pemerintah Amerika Serikat pernah mengedarkan selebaran keseluruh dunia bagi siapa saja yang bisa menangkapnya akan diberi hadiah $ 10 juta. Ahmad al-Sharaa adalah mantan pemberontak al-Qaeda yang pernah menjalani hukuman di Abu Ghraib yang penjara AS yang terkenal di Irak.

Seperti diketahui Presiden Donald Trump pada hari Senin tanggal 30 Juni 2025 lalu mencabut sanksi AS terhadap Suriah, menandatangani perintah eksekutif untuk melaksanakan janji yang dia buat pada bulan Mei. Sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan kepada wartawan menjelang penandatanganan bahwa tindakan Trump dirancang untuk “mempromosikan dan mendukung jalan negara menuju stabilitas dan perdamaian.”

Ketika dia bertemu dengan presiden baru Suriah Ahmad al-Sharaa bulan lalu, Trump mengumumkan dia akan mencabut sanksi AS yang melumpuhkan terhadap Suriah.

Tujuan pencabutan sangsi diatas bagi orang yang buta permainan politik seperti tindakan yang “mulia” yang dalam bahasa diplomatiknya bertujuan untuk “mendukung negara Suriah menuju stabilitas dan perdamaian”. Namun pepatah “There is no such thing as a free lunch” atau tidak ada makan siang yang gratis – berlaku dalam keputusan Trump untuk mencabut sangsi atas Suriah itu. Kebaikan Donald Trump itu ada maksudnya atau ada maunya – tidak gratis. Apa maunya Donald Trump it?, sangsi itu dicabut asal pemimpin Suriah Al = Sharaa memenuhi persyaratan tertentu yaitu menormalkan hubungan dengan tetangga Suriah, termasuk Israel.

Nampak jelas keputusan pencabutan sangsi terhadap negara Suriah itu dilakukan demi memenuhi kepentingan Israel termasuk dimana Suriah harus bersedia menyerahkan sebagian wilayahnya yaitu Dataran Tinggi Golan kepada Israel. Untuk diketahi Dataran Tinggi Golan adalah dataran tinggi berbatu di wilayah Levant di Asia Barat yang direbut oleh Israel dari Suriah dalam Perang Enam Hari 1967. Masyarakat internasional, dengan pengecualian Israel dan Amerika Serikat, menganggap Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Suriah yang dikuasai oleh Israel di bawah pendudukan militer.

Namun pencabutan sangsi itu tidak berlaku untuk mantan Presiden Suriah Bashar Al Asaad beserta para pendukungnya dan kekuatan destabilisasi lainnya yang masih bekerja di wilayah tersebut. . Asaad melarikan diri dari negaranya ke Rusia setelah pemerintahannya digulingkan oleh Ahmad Al Sharaa.

Amerika Serikat (dan Israel) perlu “menelan ludah nya sendiri” dengan memberikan “kebaikan” kepada Suriah dibawah kepemimpinan Ahmad Al Sharaa karena Suriah dulu adalah sekutu utama Iran dan Rusia. Karena itu untuk mengucilkan posisi Iran di wilaayah Timur Tengah maka keputusan “berbaik-baik” dengan mantan musuhnya harus dilakukan.

Kejadian politik tentang Kebaikan Yang Ada Maksud Dibelakangnya ini bisa menjadikan pelajaran politik bagi rakyat Indonesia, yakni harus berhati-hati apabila menemui ada organisasi politik atau pejabat yang membagi-bagikan sembako, amplop berisi uang Rp 50.000 dsb – itu sejatinya ada maksud politik dibelakangnya.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K