Oleh: Bagya Agung Prabowo ARB
Saudaraku,
‘Ali bin Abi Thalib pernah menyampaikan pesan bahwa suatu saat akan didapati ungkapan kalimat yang dikatakan adalah seolah-olah kebenaran padahal di dalamnya terselubung kebathilan,
كَلِمَةُ حَقٍّ أرِيْدَ بِهَا الْبَاطِلُ
“Kalimat yang mengandung kebenaran tetapi ditujukan untuk maksud kebathilan.“
Sejarah masa lalu itu kini terus terjadi berulang-ulang hingga saat sekarang. Betapa kita menjadi terbiasa mendengar propaganda yang sebagian isinya nampak benar, tetapi di celah-celah kebenaran terselip kebathilan-kebathilan dalam bentuk yang sangat halus yang hampir tidak terasa, kecuali bila kita mengamati dan menganalisa dengan jeli dan seksama…
Misalnya dalam panggung politik kerap kita menyaksikan dengan dalih koalisi yang seharusnya dimaksudkan untuk memperkuat pemerintahan supaya roda pembangunan dapat berjalan (kebenaran), tetapi sesungguhnya hanya digunakan untuk berbagi jatah kekuasaan (kebathilan) sebagai “balas jasa” dalam dukungan politik. Bahkan hampir pada semua lini kehidupan, telah demikian merebak baik dalam skala besar maupun dalam skala kecil, ditengarai ada upaya labsul-haq bil-bathil (kebenaran diselubungi dengan kebathilan). Ironisnya, mengatasi persoalan ini sangatlah rumit…
Saudaraku,
Ali bin Abi Thalib saja mengakui cemas dan menemui kesulitan menghadapi persoalan tersebut sebagaimana dinyatakan dalam kitab nahjul balaghah:
فَلَوْ أَنَّ اَلْبَاطِلَ خَلَصَ مِنْ مِزَاجِ اَلْحَقِّ لَمْ يَخْفَ عَلَى اَلْمُرْتَادِينَ ، وَ لَوْ أَنَّ اَلْحَقَّ خَلَصَ مِنْ لَبْسِ اَلْبَاطِلِ اِنْقَطَعَتْ عَنْهُ أَلْسُنُ اَلْمُعَانِدِينَ
Jika bathil ditampilkan 100% sebagai kebatilan, tidaklah mencemaskan. Karena orang-orang yang ingin mencari kebenaran, dengan sendirinya akan menjauh karena tahu bahwa itu adalah kebathilan. Begitupun jika yang haq (benar) ditampilkan 100% sebagai kebenaran, orang-orang akan dengan senang hati mengikuti dan para penentang tidak akan mampu mengomentari. Yang mencemaskan adalah jika kebenaran sudah diselebungi dengan kebathilan. Karena akan menumbuhkan fitnah yang tak berkesudahan…
Saudaraku,
Pertarungan antara yang haq dan yang bathil berikut para pengusung dan pembela masing-masing adalah sebuah keniscayaan hidup. Sebab, keduanya bertolak belakang, tidak mungkin berkumpul satu sama lain melainkan saling berusaha mengenyahkan yang lain. Berpegang kepada salah satunya, mesti akan meninggalkan yang lain, dan itu kepastian. Paling tidak, akan melemahkan yang ditinggalkan atau ditolak…
Seandainya terlihat “kerukunan” antara yang haq dan yang bathil tanpa ada perseteruan dan pertikaian di antara para pembela dan pengusungnya, boleh jadi karena ada sebab tertentu. Di antaranya ialah karena kelemahan para pengusung dan pembela masing-masing ( al-haq dan al-bathil) ini, atau ketidaktahuan para pengikut masing-masing tentang hakikat dari kebenaran atau kebathilan yang mereka perjuangkan, berikut konsekuensinya, sehingga melemahkan pengaruh kebathilan dan kebenaran itu pada pihak yang membela dan mengusungnya…
Walau bagaimanapun al-haq ialah semua bentuk ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla, sedangkan al-bathil adalah semua bentuk ketaatan kepada syaitan. Oleh karena itu, keduanya tidak mungkin dapat bersatu selama-lamanya…
Saudaraku,
Betapapun banyaknya dan menariknya keadaan kebathilan, dia pasti lenyap. Itu semua adalah sunnatullah yang tidak mungkin berubah. Berbagai syubhat dan kerancuan berpikir, seindah apa pun menghiasi sebuah kebathilan, pasti suatu saat akan tersingkap kepalsuannya…
Saudaraku,
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan janganlah kamu mencampur-adukkan kebenaran dengan kebathilan dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.”
(QS. Al-Baqarah: 42)
Larangan ini merupakan larangan yang besar dan serius. Hal ini karena hak menentukan halal dan haram adalah ketentuan Allah Azza wa Jalla dan hak-Nya semata-mata. Karena itu Allah Azza mengecam mereka yang mencampur-adukkan antara yang haq dan yang bathil, antara ketaatan dan kemaksiatan, antara kebenaran dan kebohongan. Sebab dengan cara-cara itulah dan tangan-tangan kotor mereka itulah menyebabkan hukum Allah Azza wa Jalla bercampur aduk antara larangan dan suruhan…
Saudaraku,
Dililihat dari sisi bahasa, kata تَلْبِسُواْ ( talbisuu) bisa berasal dari kata la-bi-sa (memakai) atau la-ba-sa (mengacaukan, menyamarkan) atau al-ba-sa (memakaikan).
Kalau dipadukan bisa menjadi: “Memakai pakaian kebenaran ( al-haq) untuk menutupi tubuh aslinya yang salah ( al-bathil).”
Maka, orang yang membantu, setuju atau membiarkan tindakan ini disebut memakaikan pakaian kebenaran ( al-haq) kepada kebathilan ( al-bathil). Baik yang memakai ataupun yang memakaikan pakaian kebenaran ( al-haq) kepada kebathilan ( al-bathil) punya andil yang sama di dalam mengacaukan pandangan masyarakat tentang yang benar…
Saudaraku,
Sahabat Nabi, bernama Abdullah bin Abbas, yang sangat memahami tafsir Al-Quran, menjelaskan ayat ini dalam kalimat, ”Janganlah kalian menyembunyikan pengetahuan yang kalian miliki mengenai kebenaran Rasul-Ku dan juga apa yang dibawanya. Sedangkan kalian mendapatkannya tertulis dalam kitab-kitab yang berada di tangan kalian.”
Sebab ayat-ayat Allah Azza wa Jalla jelas sangat berarti, sedangkan mereka yang mengetahui lalu menyembunyikan pengetahuan tersebut. Maka akan mengandung bahaya yang sangat besar bagi manusia, yaitu tersesatnya mereka dari petunjuk yang dapat menjerumuskan mereka ke neraka. Namun justru mereka benar-benar mengikuti kebathilan yang dikatakan kepada mereka, yang telah dicampur-adukkan dengan kebenaran…
Semoga kita dapat mengetahui dan mengikuti yang benar adalah benar, dan berlindung dari yang salah adalah salah,
اللهُمَّ أَرِنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا التِبَاعَةَ وَأَرِنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
“Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami yang benar itu benar, dan berikanlah kami kekuatan untuk mengikutinya, serta tunjukkanlah kepada kami yang bathil itu bathil dan berikanlah kami kekuatan untuk menjauhinya.”
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa memegang teguh kebenaran dan menjauhkan diri dari kebathilan untuk meraih ridha-Nya…
Aamiin Ya Rabb.
Wallahua’lam bishawab
EDITOR: REYNA
Related Posts

Penasehat Hukum RRT: Penetapan Tersangka Klien Kami Adalah Perkara Politik Dalam Rangka Melindungi Mantan Presiden Dan Wakil Presiden Incumbent

Negeri di Bawah Bayang Ijazah: Ketika Keadilan Diperintah Dari Bayangan Kekuasaan

Novel “Imperium Tiga Samudra” (11) – Dialog Dibawah Menara Asap

Wawancara Eksklusif Dengan Kol (Purn) Sri Radjasa Chandra (3-Tamat): Korupsi Migas Sudah Darurat, Presiden Prabowo Harus Bertindak!

Wawancara Eksklusif Dengan Kol (Purn) Sri Radjasa Chandra (2): Dari Godfather ke Grand Strategi Mafia Migas

Wawancara Eksklusif dengan Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra (1): “The Gasoline Godfather” Dan Bayangan di Balik Negara

Republik Sandiwara dan Pemimpin Pura-pura Gila

Jokowi Dan Polisi Potret Gagalnya Reformasi

Off The Record

Novel “Imperium Tiga Samudra” (10) – Perang Para Dewa




No Responses