Kita Menyaksikan Ribuan Orang Di PHK

Kita Menyaksikan Ribuan Orang Di PHK

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Ahmad Cholis Hamzah

Saya ikut terharu ketika menyaksikan tayangan di TV ribuan orang karyawan PT. Sritex Group di berhentikan dari pekerjaannya alias di PHK. Menurut berbagai media melaporkan bahwa perusahaan tekstil yang besar itu mem-PHK 10.665 orang. Saya terharu melihat ribuan orang itu kelimpungan mencari pekerjaan baru yang semuanya mensyaratkan usia muda, sementara mereka usianya sudah diatas persyaratan itu. Karena itu ada yang mulai mencoba berjualan minuman es dipinggir-dipinggir jalan.

Lalu sekarang menyusul berita ribuan orang di PHK dari perusahaan-perusahan produsen sepatu. Di awal bulan Maret 2025 ini diberitakan ada dua dua pabrik sepatu di Kabupaten Tangerang, yaitu PT Adis Dimension Footwear dan PT Victory Ching Luh, dikabarkan melakukan PHK terhadap ribuan buruhnya. Kabar ini sudah didengar oleh Gubernur Banten Andra Soni. Pemerintah Provinsi Banten akan melakukan berbagai langkah untuk penanganan para buruh yang kena pecat itu. Andra mengatakan PHK yang dilakukan dua perusahaan itu karena situasi ekonomi global terjadi pengurangan pesanan. Salah satu pengurangan adalah terkait order Nike sehingga memengaruhi jumlah tenaga kerja.

Diberitakan sebelumnya, PT Adis Dimension Footwear dan PT Victory Ching Luh melakukan PHK terhadap ribuan karyawannya. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena Wea mengatakan PHK terhadap ribuan karyawan di dua pabrik sepatu itu mayoritas dilakukan kepada anggota KSPSI.
Dalam keterangan yang sama, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Banten Septo Kalnadi mengungkapkan PT Adis Dimension Footwear telah melakukan PHK terhadap 1.500 karyawannya. Sementara itu, PT Victory Ching Luh sedang dalam proses PHK terhadap 2.000 karyawan.

Sebenarnya kejadian PHK ribuan karyawan perusahaan – perusahaan sepatu itu sudah bermunculan di tahun 2023; misalkan PT Dean Shoes yang bergerak di sektor alas kaki berlokasi di Karawang, Jawa Barat memilih melakukan PHK terhadap karyawan kurang lebih 3.500 orang pada Mei 2023. Berdasarkan data dari Dinas Ketenagakerjaan Karawang, sejak pertengahan November 2022 hingga akhir Desember 2022, PT Dean Shoes telah memangkas sebanyak 2.538 karyawan dengan alasan efisiensi perusahaan. Dean Shoes terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja karena lesunya permintaan alas kaki akibat ekonomi global yang lesu.

Kita semua mendengar tahun 2024 lalu PT Sepatu Bata Tbk (BATA) mengatakan terpaksa menghentikan aktivitas pabriknya yang berada di Purwakarta, Jawa Barat per 30 April 2024.

Alasan PHK ribuan karyawan pabrik-pabrik sepatu itu umumnya adalah karena lesunya permintaan, turunnya daya beli masyarakat, perubahan cara pembelian konsumen yang beralih ke outlet online, kacau kondisinya perekonomian global dsb. Namun ada penyebab yang memerlukan perhatian pemerintah secara serius yang adanya praktek-praktek Impor Ilegal. Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri pernah mengungkapkan, banjir impor sepatu ilegal terus menekan industri sepatu di Tanah Air. “Kami ingin mengingatkan pemerintah, pada Lebaran lalu kami sudah mengalami penurunan penjualan karena produk impor ilegal,” kata dia.

Firman menekankan, yang dimaksud ilegal mengacu pada sepatu palsu yang meniru produk aslinya. Kemudian sepatu impor yang tidak membayar pajak karena melewati jalur masuk yang tidak sah, sepatu impor bekas, dan sepatu impor di bawah harga pasar yang kelewat murah (under invoice). Indikasi adanya impor ilegal terlihat dari perbedaan data nilai impor alas kaki yang masuk ke Indonesia, yang direkam International Trade Center (ITC) dengan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018 hingga 2022.

Pemerintahan Pak Prabowo-Gibran ini kalau memang getol ingin pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8% maka pemerintah mesti fokus bagaimana mencegah masuknya praktek-praktek impor illegal itu dan melindungan produksi dalam negeri dari serbuan produk-produk asing (Cina) yang harganya kelewat murah. Pemerintah juga perlu melakukan pengecekan (seperti yang dilakukan negara-negara maju) apakah harga-harga produk Cina yang murah itu memang karena mereka efisien, atau karena pemberian subsidi yang besar kepada produsen dalam negerinya, atau harga produk mereka itu murah karena praktek Dumping yang merugikan negara lain.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K