ZONASATUNEWS.COM, MADRID – Dalam Kuliah Al-Quran untuk mahasiswa S3 PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran) Jakarta, yang dilakukan secara online, Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO, Dr Muhammad Najib mengatakan adanya paradigma yang keliru pada sebagaian ulama, bukan saja di Indonesia tetapi juga diberbagai belahan bumi tentang Al-Quran. Yaitu pemilahan antara ilmu agama dan ilmu bukan agama (ilmu umum), ilmu dunia dan ilmu akherat. Ini sama sekali tidak berpijak kepada Al -Quran.
Di Timur Tengah atau di dunia Arab pada umumnya, menyebut ulama itu tidak hanya kepada mereka yang ahli agama, seperti pengertian orang Indonesia pada umumnya. Tetapi mereka yang menekuni ilmu-ilmu ekonomi, politik, dan seterusnya, mereka juga disebut ulama..
Ulama itu berasal dari kata ilm, atau dalam bahasa Indonesia berarti ilmu. Mereka yang menekuni ilmu disebut alim. Sedang jamaknya menjadi ulama.
Dalam ayat-ayat Qauniyah atau tersirat, memicu umat Islam untuk berfikir, untuk mengamati, dan riset secara mendalam.
Dalam satu ayat, Allah seperti menantang manusia, bagaimana unta diciptakan, bagaimana bumi dihamparkan, bagaimana gunung-gunung diletakkan, bagaimana langit ditinggikan.
Untuk bisa memahami ayat-ayat Quaniyah tidak ada jalan lain kecuali melakukan riset, baik riset di lapangan maupun di laboratorium.
Untuk bisa memahami Al Quran, disamping menguasai bahasa Arab, juga harus melakukan riset, khususnya untuk ayat-ayat Qauniyah. Jadi, harus menguasai alat ilmu riset itu sendiri. Baik riset di alam semesta maupun riset di laboratorium.
Karena itu menurut Dubes Muhammad Najib, ilmu tafsir bisa berubah sejalan dengan bertambahnya ilmu pengetahuan. Yang menafsirkan ayat-ayat Quran itu dibatasi oleh ruang dan waktu. Begitu juga ilmu fiqih. Karena itu ilmu fiqih berkembang.
Dalam menafsirkan Al Quran itu sesuai dengan konteks ruang waktu dan perkembangan sain dan teknologi. Oleh karena itu kita meyakini Al Quran itu tidakdibatasi oleh ruang dan waktu, dan relevan sampai akhir zaman.
Ini pijakan awal kita, bagaimana kita melihat perkembangan jaman.
Sejak jaman Rosulullah, Khulafaurosyidin, sampai pada Bani Umayah dan Bani Abasyiah, umat Islam lebih banyak mengkaji, membahas terkait ayat-ayat Qauliyah (tersurat maknanya).
Sejak jaman Bani Abasyiah, khususnya sejak jaman Khalifah Harus Al Rasyid, dan di teruskan oleh anaknya Al Makmun, umat Islam mulai banyak menekuni ilmu-ilmu Qauniyah.
Apa indikasi atau yang bisa dirujuk, sehingga saya mengatakan seperti itu?
Harun Al Rasyid itu gemar mebaca dan mengoleksi banyak buku, sehingga buku-bukunya itu ditata, sehingga kita sering menyebutnya sebagai sebuah perpustakaan. Maka anaknya, Khalifah Al Makmun lebih jauh lagi. Perpustakaan ini dikembangkan dengan cara mengumpulkan buku-buku dari Yunani, dari Romawi, buku-buku Persia, buku-buku China, dan buku-buku India.
Karena dia hanya menguasai bahasa Arab, maka dipanggilah para penterjemah dari berbagai negara untuk menterjemahkan semua buku-buku yang dikumpulkan itu. Nah, lembaganya ini kemudan disebut dengan nama Baitul Hikmah.
Dari lembaga semacam perpustakaa, kemudian berkembang menjadi lembaga penterjemahan, dan lalu berkembang menjadi semacam perguruan tinggi. Karena disitu tidak hanya terjadi penterjemahan saja, tetapi juga ada upaya untuk kait-mengaitkan satu ilm dengan ilmu yang lain. Nah disitulah terjadi integrasi ilmu yang bersumber dari negara-negara yang berbeda yang selama ini tidak saling mempengaruhi, jalan sendiri-sendiri itu lalu diintegrasikan.
“Dari situlah kemudian lahir ilmu-ilmu baru, semacam ilmu optik, astronomi, dan termasuk ilmu kedokteran itu berkembang luar biasa. Salah satu indikator yang bisa dikaji adalah Ibnu Sina, sebagai ahli kedokteran modern, yang ilmunya kemudian diikuti oleh bangsa-bangsa Eropa,” jelas Dubes Najib.
Begitu juga Ibnu Khaldun yang dikenal sebagai bapak ilmu sosiologi, sejarawan modern, dan juga sebagai ahli ekonomi.
Karena awalnya dimulai di Baghdad, karena persamaan bahasa – mereka menggunakan bahasa Arab – kemudian buku-buku ini dikirim ke Cordova, yang waktu itu menjadi ibukota Andalusia, yang dipimpin oleh umat Islam. Dari Cordova kemudian menyebar ke kota-kota yang lainnya seperti Sevila, Malaga, Granada,Toledo, dan sebagainya, disleuruh kawasan itu.
Dubes Najib menerangkan, orang-orang Eropa melihat kemajuan Andalusia waktu itu, kemudian mereka belajar kesini. Menurut Wikipedia, tahun 1000 Masehi ada 3 kota yang paling maju peradabannya, paling maju ilmu pengetahuannya, paling maju sain dan teknologinya, yaitu yang pertama Baghdad, kedua Cordova, dan ketiga Kaifeng (China). Eropa diluar dunia Islam masih tertinggal jauh pada saat itu.
Setelah itu bangsa Eropa datang berduyun-duyun karena kesamaan kawasan, kesamaan wilayah, mereka datang ke Andalusia untuk belajar. I
Ilmu-ilmu yang didapat dari umat Islam, yang disebut ilmu Qauniyah kemudian dibawa ke Eropa. Abad ke-16 dan puncaknya abad ke-17. Artinya kalau dihitung ada sekitar 6-7 abad bangsa Eropa itu belajar dan puncaknya itu dalam bentuk Revolusi Sosial di Perancis dan Revolusi Industri di Inggris. Sejak abad itu bangsa Eropa mengenal apa yang disebut Reanissance, dari bahasa Perancis yang artinya “penemuan kembali atau kebangkitan kembali, atau pencerahan kembali” bangsa Eropa setelah lelap didalam tidur yang panjang sejak runtuhnya Romawi. Sampai sekarang bangsa Eropa terus menguasai dunia, mengendalikan dunia, diikuti bangsa-bangsa lain seperti Jepang, Korea, China dan terakhir India.
Pertanyaannya, dimana umat Islam dalam lomba ini berada paling belakang.
Kita harus manyadari, kejayaan umat Islam dimasa lalu, apakah di Baghdad atau di Timur Tengah secara keseluruhan, atau di Andalusia ini sehingga tahu dimana ruhnya, dimana rahasianya. Sehingga bagaimana Renaissance of Islam itu bisa kembali muncul didunia Islam.
Dr Muhammad Najib mengaku bergembira kalau akhir-akhir ini ditanah air ada perubahan dari IAIN menjadi UIN. Bukan hanya perubahan nama tetapi implikasinya. UIN Syarif Hidayatullah di Ciputat punya jurusan ilmu kedokteran. Mengembangkan juga ilmu informatika. Saya berharap ilmu-ilmu yang masuk kategori Qauniyah tadi bisa dikembangkan, sehingga mahasiswa dan dosen bisa saling berinteraksi melakukan riset bersama, sehingga jembatan atau gap diantara keduanya itu bisa didekatkan.
Dubes Najib menegaskan, harus diakui umat Islam selama ini lebih terfokus ilmu-ilmu Qauliyah sehingga “ilmu-ilmu duniawi” seperti sain dan teknologi menjadi tertinggal. Ini berimplikasi kepada kekalahan umat Islam dibanyak hal, baik dalam ekonomi, sain dna teknologi, maupun dlaam memproduksi persenjataan modern, yang semuanya berbasis pada ilmu-ilmu Qauniyah.
“Saya gembira karena sekarang di Depok sudah didirikan Universitas Islam Internasional Indoesia (UIII/U3I). Saya sering berinteraksi dengan Rektornya Profesor Komarudin Hidayat. Kita harus bangga karena kita menjadi bagian dari dunia Islam yang memancarkan ilmu. Saya harapkan kerangka fikir ini jga bisa berkembang disana. Karena itu tidak ada salahnya kalau PTIQ berkolaborasi dengan UIII atau U3I. Saya juga bergembira kebijakan Menteri Pendidikan kita Mas Nadiem Makarim, yang meggunakan istilah Merdeka Belajar. Ini menyebabkan mahasiswa PTIQ mengambil 1-2 semester di ITB, di UI atau UGM, sehingga membuka pandangan kita, bagaimana orang-orang sain dan teknologi itu berfikir melakukan riset-riset ilmiah,” katanya.
Masuk ke bagian akhir, Islam di Andalusia dulu yang wilayahnya sekarang meliputi Spanyol dan Purtugal itu berkuasa hampir 8 abad (800 tahun). Mulai tahun 711 masehi sampai tahun 1492 Masehi.
Dalam periode yang panjang itu kalau bisa dikelompokkan secara sederhana, maka dalam periode awal itu dipimpin oleh Bani Umayah. Bani Umayah yang banyak mengenalkan ilmu Qauniyah di wilayah ini. Kemudian diakui sebagai bangsa Arab yang mengenalkan peradaban modern ke bangsa Eropa dan mengajarkan bangsa Eropa sehingga bansga Eropa menjadi bangkit dan berjaya hingga kini. Itu diakui.
Tetapi ada dua periode berikutnya yang dipimpin oleh Al Murabitun dari Afrika Utara, suku Ber-Ber yang merupakan suku asli Afrika Utara. Dan kemudian dipimpin oleh Al Muwahiddun.
Kalau Al Murabittun ini semangat purifikasi, yang mengharam-haramkan banyak hal yang sebelumnya dikembangkan Bani Umayah. Tetapi yang lebih dahsyat lagi Al Muwahiddun, lebih fundamentalis sehingga mengkafir-kafirkan.
Sebetulnya mesipun umat Islam berkuasa disini hampir 8 abad lamanya, saat Al Muwahiddun berkuasa kita (umat Islam) sudah kalah. Itu ditandai oleh perang besar (atau kita mengatakan perang bubat), penentuan kemenangan atau kekalahan umat Islam, yang berlangsung pada tahun 1212 M.
Waktu itu umat Islam dipimpin oleh Al Muwahiddun, yang mengkafir-kafirkan, yang mengharam-haramkan, padahal tentaranya jumlahnya antara 22.000-30.000 orang. Sementara tentara Kristen berjumlah 12.000-14.000 orang. Kurang dari separonya, tetapi umat Islam kalah pada perang besar itu.
Sejak itu kemudian muncul alfitnah al kabir (fitnah besar) dalam bentuk Kaifah-Kaifah, propinsi-propinsi yang dulu bersatu dibawah Khalifah, berekmbang menjadi ke-Emiran, terpecah menjadi khilafah-khilafah kecil. Satu dengan yang lainnya saling berkelahi terus-menerus. Sementara tentara Kristiani terus masuk dan menguasai satu per satu ke-Emiran tersebut. Terakhir ke-Emiran Granada.
Yang lebih parah adalah, tidak saja percekcokan antara Emir yang satu dengan Emir yang lain, tetapi mengundnag kekuatan Nasrani dari utara untuk menggebuk saudaranya sendiri.Untuk menghancurkan saudaranya sendiri. Nah, pada gilirannya dirinya sendiri dihancurkan oleh kekuatan Kristiani.
“Nah, tabiat seperti ini masih terus di Timur Tengah. Coba lihat. Ini harus kita sadari, sehingga kita melihat sejarah secara obyektif, rasional, dan kita bisa mengambil pelajaran. Sehingga kita menyikapi situasi saat ini dan kedepan menjadi bijaksana,” ungkapnya.
Kemudian pertanyannya saat ini, bagaimana perkembangan Islam di Spanyol ?
Sejak apa yang disebut Reconquista, Inqiusisi, yang menyebabkan tidak ada umat Islam di Spanyol ini. Nah, sejak tahun 1970-an, ketika era demokrasi muncul, era penghormatan terhadap Hak-Hak Azasi, era toleransi juga muncul di Spanyol. Tahun 1980-an sudah muncul sejumlah masjid. Saat ini umat Islamsudha cukup besar.
Di Spanyol ini kehidupan toleransi beragama berjalan sangat baik sejalan dengan penghormatan kepada hak azasi manusia dan demokrasi. Ini patut disyukuri dan perlu mendapatkan dukungan dalam berbagai bentuk
Perguruan Tinggi-Perguruan Tinggi di Spanyol ini sangat terbuka kepada mahasiswa dari luar negeri, apapun negaranya, apapun agamanya, apapun etnisnya, tidak ada diskrimiinasi. Oleh karena itu suasana keilmuan berkembang luar biasa.
Hanya saja sebagian besar Perguruan Tinggi di Spanyol ini menggunakan bahasa Spanyol, sebagaimana bansga-bansga besar di Eropa lainnya, seperti Jerman, Perancis, mereka menggunakan bahasa Jerman dan Perancis. Tetapi sekarang berbeda, banyak Perguruan Tinggi yang memungkinka kita meggunakan bahasa Inggris, bahkan bahasa Arab.
“Menariknya di Spanyol ini kalau kita mengambil S2 maupun S3 itu by riset. Tidak seperti di Amerika susah sekali untuk meraih master atau doktor. Asal ada 1 dosen yang menyetujui langsung riset, dibimbing beliau, kalau sudah selesai disidangkan, ya sudah lulus menjadi master atau doktor,” ungkap Dubes Najib.
Menurutnya saat ini adalah momentum besar. Apakah ini karena perang Ukraina atau faktor-faktor lain, yang perlu kajian lebih mendalam. Sekarang dunia Eropa termasuk Spanyol ini meloah ke timur. Ada Indo Pacific. Bagaimanapun bangsa Eropa ini untuk bisa menyelamatkan masa depannya dengan menjalin hubugnannya yang lebih erat dengan Asia khususnya yang berada di Asia Timur.
Ada keyakinan dari mayoritas ilmuwan dan pejabat negara dan politisinya, bahwa masa depan duna berada di Asia Timur. Mulai dari Jepang, Korea, Taiwan, China, dan termasuk Asia Tenggara dan Indonesia. Karena itu momentum ini harus dimanfaatkan dengan baik, karena mereka membuka pintu lebar-lebar baik kerjasama antar perguruan tinggi maupun riset bersama, kemudian tukar-menukar mahasiswa dan dosen.
“Atas nama KBRI Madrid secara resmi saya mengundang PTIQ untuk datang Spanyol, termasuk Rektornya Prof Nazarudin Umar,” ungkapnya Dubes Najib mengakhri kuliahnya.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Kemenangan Zohran Mamdani Bukan Simbolis Tapi Transformasional

Laporan rahasia AS menemukan ‘ratusan’ potensi pelanggaran hak asasi manusia Israel di Gaza

Prancis dan Spanyol menuntut pembatasan hak veto PBB untuk memastikan keadilan di Gaza

Mesir sepakat dengan Iran, AS, dan IAEA untuk melanjutkan perundingan guna menemukan solusi bagi isu nuklir Iran

Kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mencalonkan diri sebagai Sekretaris Jenderal PBB

Laporan PBB: Sebagian besar negara gagal dalam rencana iklim yang diperbarui

Rencana Tersembunyi Merobohkan Masjidil Aqsa, Klaim Zionis Menggali Kuil Sulaiman, Bohong!

Umat Islam Jangan Diam, Israel Mulai Menjalankan Rencana Jahatnya: Merobohkan Masjid Al Aqsa

Wakil Ketua Komisi I DPR Sukamta : Mr Trump, Tidak Adil jika Pejuang Palestina Dilucuti Senjatanya Sementara Israel Dibiarkan Menembaki Gaza

AS Tolak Peran Hamas dan UNRWA di Gaza, Blokade Bantuan Israel Berlanjut



No Responses