Oleh: Sutoyo Abadi
“Mbelgedes”, dalam bahasa keseharian jawa, kata – kata ini sering diucapkan ketika seseorang terdengar seperti “asal bunyi” atau “asal bacot” tanpa ada landasan jelas yang hampir mengarah ke kemustahilan atau kebohongan.
Mbelgedes cafe, judul dari tulisan singkat Prof Daniel M. Rosyid memuat catatan antara lain bahwa Prabowo tahu bahwa setelah kaum reformis palsu mengganti UUD 1945 dengan UUD 2002, tata kelola kehidupan bernegara jadi rumit dan penuh moral hazards.
Setelah parpol menggusur MPR sebagai pemegang kedaulatan rakyat, presiden hanya petugas partai.
Dampak lainnya telah terjadi kerumitan arsitektur kelembagaan negara, bahkan ditengarai negara telah terjadi kritis konstitusi.
Prof Daniel lebih lanjut mengurai bahwa arsitektur kelembagaan telah memberi peluang orang – orang tanpa rekam jejak yang jelas lolos menerobos prosedur sehingga melesat menjadi walikota, gubernur, lalu presiden dalam waktu kurang dari 5 tahun.
Rekrutmen pejabat publik Indonesia paling rumit di dunia, melibatkan 160 juta pemilih, rata – rata tidak lulus SMP. Bahkan Presiden sekalipun, kini ijazahnya bisa diragukan. Jika masih ada yang membanggakan proses _”gigantic ( raksasa ) sekaligus brutal ini, kita harus mempertanyakan keaslian ijazahnya atau kewarasan isi kepalanya, demikian ungkapan santai Daniel M Rosyid, penuh makna.
Saat yang bersamaan Prof Sofyan Efendi ( mantan Rektor UGM ), mengusulkan pendekatan Revolusi, agar digeser pada kembalikan kedaulatan rakyat ke tangan rakyat dengan alasan antara lain
– Amandemen Ps 1 ayat (2) UUD NRI Thn 1945 telah menghapus peran MPR sebagai lembaga pelaksana kedaulatan rakyat
– Sebagai pengganti fungsi MPR sebagai pelaksanaan kedaulatan rakyat dilaksanakan langsung rakyat melalui referendum atau konvensi konstitusi yang dihadiri oleh kelompok masyarakat dan kekuatan bersenjata yang diakui.
– Referendum dilakukan dengan menanyakan pada pemilih apakah setuju membentuk MPR yang keanggotaannya terdiri dari (a) DPR yg dipilih melalui jalur politik, (b) wakil daerah, dan (c) utusan golongan, dengan komposisi keanggotaan jalur politik dan jalur perwakilan daerah dan golongan. Demikian usulan Prof Sofyan Efendi.
Sejalan dengan Maklumat Yogjakarta 12 Mei 2025 , lebih serius, memuat antara lain bahwa :
– Di Indonesia telah terjadi makar ideologi negara, makar konstitusi, inkonsistensi dan inkoherensi UUD NRI thn 1945. Maka Pembukaan UUD 45 yang merupakan ijab qobul pendiri bangsa dengan rakyat kehilangan ruhnya setelah 97 % pasal UUD 45 di ganti ( di amandemen ).
– Dari sinilah negara kehilangan arah, tujuan negara sesuai Pembukaan UUD 45 tidak lagi menjadi kompas penyelenggara negara dan negara menjadi liar.
Untuk menyelamatkan negara dan keselamatan rakyat Indonesia Presiden Prabowo Subianto harus segera ambil tindakan dan keputusan tegas dan cepat negara kembali pada UUD 45 asli.
Kalimat sindiran Prof Daniel menjadi relevan dengan menyebut para penguasa negara saat ini “Mbelgedes Cafe” .
Mungkin bisa ditebak maknanya bawa negara ini hanya tempat berkumpulnya para penguasa negara sekedar bersantai melepas lelah. Mungkin sepadan dengan pendapat _Indonesia chill” ( santai saja ), yang penting saya sudah jadi pengusaha negara.
Negara dalam kondisi gawat, genting dan bahaya pemimpin atau para penguasa hanya bertipe -“mbekgedes Cafe_, ini gila, tapi nyata dan terjadi.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Muhammad Taufiq Buka Siapa Boyamin Sebenarnya: Kalau Siang Dia LSM, Kalau Malam Advokad Profesional

Purbaya Dimakan “Buaya”

Pengakuan Kesalahan Oleh Amien Rais Dalam Amandemen Undang‑Undang Dasar 1945

Menemukan Kembali Arah Negara: Dari Janji Besar ke Bukti Nyata

Informaliti

Pasang Badan

Relawan Sedulur Jokowi Tegaskan Tetap Loyal Kepada Jokowi

Bobibos: Energi Merah Putih Dari Sawah Nusantara Yang Siap Guncang Dunia

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Patianrowo Nganjuk dan Komite Diduga Lakukan Pungli, Terancam Dilaporkan ke Polres Nganjuk



No Responses