Media Sosial Membuat Kita Brainrot, Hentikan dengan Sholat Khusyuk

Media Sosial Membuat Kita Brainrot, Hentikan dengan Sholat Khusyuk
Soegianto

Oleh: Soegianto, Fakultas Sain dan Teknologi UNAIR

 

Di era digital ini, media sosial seperti Facebook, TikTok, dan Instagram telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Namun, di balik segala hiburan yang ditawarkan, kebiasaan terus-menerus menggulirkan feed atau menonton video singkat dapat menyebabkan fenomena yang disebut brain rot. Brain rot adalah kondisi di mana kemampuan otak kita untuk berpikir mendalam, fokus, dan berinovasi secara perlahan mulai menurun akibat konsumsi berlebihan informasi yang cepat dan dangkal. Efek dari brain rot ini sangat terasa dalam kehidupan sehari-hari, seperti penurunan konsentrasi, kehilangan kreativitas, dan berkurangnya kemampuan berpikir kritis.

TikTok, misalnya, menjadi salah satu platform yang paling memengaruhi pola pikir generasi muda. Konten-konten di TikTok sering kali disajikan dalam bentuk yang cepat dan menghibur, yang membuat kita terjebak dalam kebiasaan menonton tanpa henti. Video singkat yang menyajikan informasi instan dan hiburan semata mempengaruhi otak kita, membuat kita sulit berpikir kritis, menganalisis informasi secara mendalam, atau bahkan berkonsentrasi dalam melakukan aktivitas yang membutuhkan fokus tinggi.

Salah satu faktor utama yang membuat TikTok begitu memikat adalah algoritmanya yang sangat canggih. Algoritma TikTok mempelajari preferensi dan kebiasaan pengguna dengan cepat, menyajikan konten yang disesuaikan dengan minat kita. Setiap kali kita berhenti menonton video atau memberikan “like,” algoritma semakin pintar dalam memilih konten yang lebih relevan dan menarik perhatian kita. Hal ini menciptakan sebuah pola konsumsi yang terus berlanjut, karena kita selalu diberikan rangsangan yang cepat dan menyenangkan, membuat otak kita terjebak dalam kebiasaan mengonsumsi informasi yang dangkal. Ketika algoritma ini terus-menerus memperkuat pola ini, kita menjadi semakin terikat pada hiburan instan, sementara kemampuan berpikir kritis dan mendalam semakin tergerus.

Pengaruh Brain Rot terhadap Masalah Negara

Efek brain rot ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada kemajuan bangsa secara keseluruhan. Ketika generasi muda lebih banyak menghabiskan waktu untuk konsumsi media sosial yang dangkal, mereka kehilangan kesempatan untuk berpikir mendalam dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah besar dalam masyarakat. Pemuda yang terjebak dalam dunia hiburan instan menjadi kurang produktif dan kurang terampil dalam mengelola tantangan yang ada. Mereka cenderung menghindari permasalahan besar yang membutuhkan pemikiran kritis, karena otak mereka telah terbiasa dengan informasi yang serba cepat dan mudah dicerna.

Ketika generasi muda suatu bangsa tidak memiliki kemampuan untuk berpikir kritis dan kreatif, maka masa depan negara tersebut akan terganggu. Negara membutuhkan pemuda yang dapat berpikir dengan jernih, merancang solusi inovatif, dan mengambil keputusan strategis untuk kemajuan bersama. Sebaliknya, jika pemuda lebih terfokus pada hiburan instan yang ditawarkan media sosial, mereka akan menjadi generasi yang lemah dalam menghadapi tantangan global dan tidak dapat memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan negara.

Hentikan Brain Rot dengan Sholat Khusyuk

Namun, ada cara yang jauh lebih dalam dan bermakna untuk mengatasi efek negatif ini. Salah satu cara untuk mengembalikan fokus dan ketenangan batin adalah dengan melakukan shalat khusyuk. Dalam agama Islam, shalat bukan sekadar kewajiban, tetapi juga sarana untuk menenangkan pikiran dan hati. Ketika kita melaksanakan shalat dengan khusyuk, kita sejenak memutuskan diri dari gangguan dunia luar dan fokus sepenuhnya pada Tuhan. Ini memberi kesempatan bagi otak kita untuk beristirahat dari rangsangan digital yang terus-menerus dan melatih kita untuk berpikir lebih jernih dan mendalam.

Pemuda yang rutin melakukan shalat khusyuk memiliki kualitas fokus dan kedamaian batin yang lebih baik. Mereka diajarkan untuk memberi ruang bagi pemikiran mendalam, kesabaran, dan disiplin dalam menghadapi kehidupan. Hal ini sangat berbeda dengan pemuda yang terlalu banyak terjebak dalam dunia media sosial, yang hanya mengarah pada hiburan instan dan perbandingan kehidupan yang tidak realistis. Pemuda yang terbiasa melakukan shalat khusyuk akan memiliki kemampuan untuk berpikir lebih kritis, fokus pada tujuan, dan lebih kreatif dalam menyelesaikan masalah.

Sebagai bangsa, kita tidak bisa hanya bergantung pada hiburan instan yang diberikan oleh media sosial. Untuk mencapai kemajuan, kita perlu mengembalikan kualitas berpikir kita dan memberikan ruang bagi diri kita untuk berkembang secara spiritual dan mental. Dengan mengutamakan shalat khusyuk dan memberi batasan pada konsumsi media sosial, kita dapat meraih kembali fokus, kreativitas, dan ambisi yang selama ini tertunda. Pemuda yang terlatih dengan kebiasaan ini akan menjadi fondasi kuat bagi bangsa yang lebih produktif, berdaya saing, dan penuh kedamaian batin.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K