Mengembara Didalam Al Quran

Mengembara Didalam Al Quran
Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag., Guru Besar Tafsir Al-Quran UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Oleh: Muhammad Chirzin

Ini adalah sebuah Kitab Kami turunkan kepadamu, penuh berkah, supaya mereka dapat merenungkan dan supaya ingat orang-orang yang arif. (QS 38:29)

Tidakkah mereka mau merenungkan Al-Qur`an? Ataukah hati mereka sudah terkunci mati? (QS 47:24)

Tidakkah mereka memperhatikan firman Kami, ataukah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah dialami leluhur mereka terdahulu? (QS 23:68)

Al-Quran adalah dunia di mana muslim hidup. Manusia adalah alam kecil dan dunia adalah alam besar. Ayat-ayat Al-Quran bagaikan intan. Setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dari apa yang terpancar dari sudut-sudut lain. Tidak mustahil, jika Anda mempersilakan orang lain memandangnya, ia akan melihat lebih banyak ketimbang apa yang Anda lihat. Demikian, kata Abdullah Darraz.

Anatomi Al Quran

Tak seorang pun dalam Islam yang mengklaim sebagai otoritas atas dan penjaga pemahaman yang tepat mengenai Al-Quran. Seluruh umat Islam bertanggung jawab terhadap pengabadian, pengembangan pemahaman, dan implementasi ideal-ideal Al-Quran, tulis Muhammad ‘Ata al-Sid.

Menurut Komaruddin Hidayat Al-Quran memiliki keampuhan bahasa yang tak tertandingi, lebih dari sekadar bentuk atau gayanya, tapi juga karena isi pesan yang dikandungnya. Kekuatan penggerak bahasa Al-Quran terletak pada keampuhannya menghadirkan ide-ide ketuhanan, kemanusiaan dan wawasan kosmik yang sulit diingkari kebenarannya oleh nalar sehat dan hati yang jernih dan terbuka.

Tidakkah mereka menghayati Al-Qur`an? Sekiranya Al-Qur`an itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya. (QS 4:82)

Al-Quran adalah lautan tak bertepi; sumur tanpa dasar. Ia memenuhi keingintahuan segala lapisan kalangan manusia, baik awam, menengah, maupun khawas. Rasulullah saw berpesan kepada umatnya agar berpegang teguh pada Al-Quran, karena bimbingannya akan memuaskan dahaga siapa saja dan tak akan kering ditimba sampai kapan saja.

Al-Quran ibarat seuntai kalung yang terdiri atas 114 butir mutiara (surat). Masing-masing butir memiliki kilauannya tersendiri, tetapi membentuk satu kesatuan yang serasi. Demikian padunya butir-butir mutiara Al-Quran itu, sehingga tak tampak lagi mana ujung dan pangkalnya, mana permulaan dan mana akhirnya. Bahkan tak mengapa bila seseorang membaca Al-Quran mulai mulai bagian paling akhirnya.

Al-Quran mengandung keserasian tiada tara. Antara satu surat dengan surat berikutnya terdapat hubungan demikian erat, walaupun surat-surat itu tidak turun berurutan. Demikian pula ayat-ayatnya yang kadang-kadang tampak tidak berhubungan satu dengan yang lain. Enam ribu sekian ayat Al-Quran terhubung satu dengan yang lain seperti dalam gambar anatomi Al-Quran.

Al-Quran saling menjelaskan ayat-ayatnya satu dengan yang lain. Wajar bila ayat yang turun belakangan memperjelas maksud ayat terdahulu, akan tetapi boleh jadi ayat yang turun terdahulu memperjelas maksud ayat yang turun kemudian. Begitu pula dari sisi letaknya. Sebagian dari ayat-ayat yang terletak di belakang menjelaskan ayat-ayat yang di depan, dan ayat-ayat yang di depan memperjelas maksud ayat-ayat yang di belakang.

Surat pertama, Al-Fatihah, dibuka dengan pujian kepada Allah swt, dan ditutup dengan permohonan petunjuk jalan yang lurus kepada-Nya. Surat kedua, Al-Baqarah, dibuka dengan penegasan bahwa Al-Quran adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, dan ditutup dengan penegasan bahwa Allah swt tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya. Surat ketiga, Ali Imran, dibuka dengan deklarasi bahwa Allah swt tiada Tuhan selain Dia, dan ditutup dengan perintah untuk bertakwa kepada-Nya. Sedangkan awal surat keempat, An-Nisa` dibuka dengan perintah untuk bertakwa kepada Allah swt pula.

Al-Quran berpesan agar manusia mengembara di bumi.

Katakanlah, “Jelajahilah bumi ini kemudian lihatlah bagaimana akibat orang yang mendustakan kebenaran.” (QS 6:11)
Katakanlah, “Jelajahilah bumi ini dan lihatlah bagaimana kesudahan para pelaku dosa.” (QS 27:69)

Katakanlah, “Mengembaralah kamu di muka bumi, dan saksikanlah bagaimana Allah memulai penciptaan, kemudian Allah mewujudkan ciptaan berikutnya. Sungguh Allah Mahakuasa atas segalanya.” (QS 29:20)

Al-Quran berpesan agar manusia memperhatikan segala yang di langit dan di bumi.

Katakanlah, “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi!” Tidaklah bermanfaat tanda-tanda kebesaran Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang yang tidak beriman. (QS 10:101)

Sungguh pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, pelayaran kapal-kapal di lautan dengan segala yang bermanfaat bagi manusia, hujan diturunkan Allah dari langit, serta dihidupkan-Nya bumi setelah mati, pada binatang-binatangdari segala jenis yang ditebarkan-Nya di seluruh bumi, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh semua itu tanda-tanda kebesaran Allah bagi manusia yang mengerti. (QS 2:164)

Dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang sungguh merupakan tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang arif. (QS 3:190)

Di antara tanda-tanda kebesaran-Nya, Ia menciptakan langit dan bumi, dan aneka perbedaan bahasa dan warna kulit. Sungguh, yang demikian ialah tanda-tanda bagi orang yang berpengetahuan. (QS 30:22)

Dalam penciptaan dirimu dan binatang yang ditebarkan-Nya di bumi adalah tanda-tanda kebesaran Allah bagi mereka yang yakin. Dan pada pergantian malam dan siang dan rezeki yang diturunkan Allah dari langit, lalu dengan itu menghidupkan bumi setelah mati, dan pada perkisaran angin,- adalah tanda-tanda kebesaran Allah bagi mereka yang menggunakan akal pikiran. (QS 45:4-5)

Mahasuci Allah yang telah menciptakan segala yang dihasilkan dari bumi berpasang-pasangan, dan dari diri mereka sendiri, juga dari yang tidak mereka ketahui.Dan suatu tanda kebesaran Allah bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka seketika itu mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Allah Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga setelah sampai ke tempat peredaran yang terakhir kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS 36:36-40)

Tidakkah kaulihat bahwa Allah menurunkan air hujan dari langit? Maka dengan air itu Kami hasilkan buah-buahan yang beraneka macam warnanya; dan di antara gunung-gunung ada jalur-jalur putih dan merah warna warni, dan ada yang hitam pekat. Dan demikian pula di antara manusia, binatang melata dan hewan ternak, terdiri atas berbagai warna. Yang benar-benar takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah mereka yang berpengetahuan. Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun. (QS 35:27-28)

Al-Quran berpesan agar manusia merenungkan pengembaraan iman Nabi Ibrahim as.

Demikianlah Kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan Kami di langit dan di bumi, dan agar ia termasuk orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap, ia melihat sebuah bintang, lalu berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka ketika bintang itu terbenam ia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.” Lalu ketika melihat bulan terbit ia berkata, “Inilah Tuhanku.” Tetapi ketika bulan itu terbenam ia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” Kemudian ketika melihat matahari terbit, ia berkata, “Inilah Tuhanku, ini lebih besar.” Tetapi ketika matahari terbenam, ia berkata, “Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Aku hadapkan wajahku kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan mengikuti agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.” (QS 6:75-79)

Al-Quran mengungkapkan pengembaraan Nabi Muhammad saw dalam rangka hijrah dari Mekah ke Madinah.

Jika kamu tidak menolongnya, Allah telah menolongnya ketika orang-orang kafir mengusirnya; dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, dan berkata kepada sahabatnya, “Jangan sedih, Allah bersama kita.” Lalu Allah melimpahkan ketenangan kepadanya dan memberikan kekuatan dengan suatu pasukan yang tidak kamu lihat. Dijadikan-Nya seruan orang-orang kafir menyuruk ke dasar dan firman Allah menjulang tinggi. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. (QS 9:40)

Siapa yang hijrah di jalan Allah ia menemukan di bumi ini banyak tempat dan rezeki yang melimpah. Orang yang meninggalkan rumahnya berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian maut memburunya, Allah senantiasa memberi pahala. Allah Maha Pengampun, Maha Pengasih (QS 4:100).

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya segala amal tergantung pada niat, dan bagi tiap orang apa yang ia niatkan. Siapa berhijrah semata-mata karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang berhijrah untuk keuntungan dunia yang dikejarnya, atau perempuan yang akan dinikahi, maka hijrahnya terhenti pada apa yang ia niatkan berhijrah kepadanya.” (HR Bukhari-Muslim).

Pengembaraan mengantarkan pada kearifan.

Dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang,- sungguh merupakan tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang arif. Orang yang mengingat Allah ketika berdiri, duduk, dan berbaring, dan merenungkan penciptaan langit dan bumi, “Tuhan, tiada sia-sia Kau ciptakan semua ini! Mahasuci Engkau, selamatkanlah kami dari azab api neraka.” (QS 3:190-191)

Tak seorang pun tahu rahasia
Hingga seorang mukmin
Ia tampak sebagai pembaca
Namun Kitab itu ialah dirinya sendiri.
(Mohammad Iqbal)

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K