Oleh: Muhammad Chirzin
Kita patut merayakan tahun baru, bahkan bulan baru, dan tanggal baru, karena tak ada hari dengan tanggal, dan bulan, maupun tahun yang sama sampai kiamat kelak. Setiap hari merupakan kehidupan baru bagi orang yang bijaksana.
Seribu empat ratus empat enam tahun yang lalu Nabi Muhammad saw berhijrah dari kota kelahiran beliau Mekah menuju kota perantauan Medinah. Di tengah perjalanan Nabi Muhammad saw sempat curhat, “Wahai tanah tumpah darahku, engkau bumi yang sangat aku cintai. Apalah dayaku. Demi kelangsungan amanat risalah ini aku rela meninggalkanmu. Aku yakin suatu hari nanti aku akan kembali.”
Hijrah dalam arti bahasa ialah pindah. Dalam arti istilah perpindahan Rasulullah saw dan kaum Muslimin dari Makkah ke Madinah. Tahun Baru Hijrah adalah momentum untuk melakukan perubahan yang terencana, yakni hijrah jasmani dan rohani; meninggalkan gaya hidup malas, boros, mewah, masa bodoh, dan sebagainya.
Hijrah adalah gerakan dan loncatan besar yang meniupkan semangat perubahan, memindahkan individu dari lingkungan beku menuju kemajuan. Hijrah adalah pemutusan keterikatan masyarakat terhadap tanahnya yang mengubah pandangannya terhadap alam menjadi luas dan menyeluruh.
Tujuan hijrah dalam Islam ialah menyelamatkan kemerdekaan dan kehormatan, tercapainya kemungkinan pendukung perjuangan, menyebarkan akidah di wilayah lain, dan mempelajari alam semesta secara ilmiah.
Ketika beranjak meninggalkan kampung halaman, Nabi Muhammad saw bergumam mencurahkan isi hatinya, “Wahai tanah tumpah darahku, engkau bumi yang sangat aku cintai. Demi kelangsungan amanat risalah ini aku rela meninggalkanmu. Aku yakin suatu hari nanti aku akan kembali.”
Nabi Muhammad saw pun berdoa, “Tuhan, masukkanlah aku ke tempat yang Engkau izinkan aku memasukinya dengan cara masuk yang benar, dan keluarkanlah aku dari mana saja dengan cara keluar yang benar, serta anugerahkanlah kepadaku dari hadirat-Mu kekuasaan yang menolong dan membelaku dari musuh.” (QS Al-Isra`/17:80).
Allah swt berfirman dalam Al-Quran, Siapa yang hijrah di jalan Allah ia menemukan di bumi ini banyak tempat dan rezeki yang melimpah. Orang yang meninggalkan rumahnya berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian maut memburunya, Allah senantiasa memberi pahala. Allah Maha Pengampun, Maha Pengasih (QS An-Nisa`/4:100).
Mereka yang beriman, berhijrah, dan berjuang di jalan Allah, mereka mengharapkan rahmat Allah; dan Allah Maha Pengampun, Maha Pengasih (QS Al-Baqarah/2:218).
Pada kesempatan lain Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya segala amal tergantung pada niat, dan bagi tiap orang apa yang ia niatkan. Siapa berhijrah semata-mata karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang berhijrah untuk keuntungan dunia yang dikejarnya, atau perempuan yang akan dinikahi, maka hijrahnya terhenti pada apa yang ia niatkan berhijrah kepadanya.” (HR Bukhari-Muslim).
Pengalaman hijrah tidak lepas dari bingkai ruang dan waktu. Ketika dakwah Nabi Muhammad saw menghadapi penolakan bahkan ancaman pembunuhan, Allah swt memerintahkannya untuk meninggalkan kampung halaman, menemukan lahan dakwah baru.
Gayung pun bersambut. Dakwah Islam menemukan lahan nan subur. Orang-orang dari berbagai penjuru negeri Arab datang menghampirinya untuk bersyahadat dan menempuh hidup baru.
Allah swt memantau gerak langkah kita hari demi hari. Tak ada perbuatan yang terlewatkan dari pantauan para malaikat-Nya. Pada saatnya kita akan menyaksikan catatan segala amal sepanjang hayat. Allah swt berpesan,
Katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang mengetahui apa yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (At-Taubah/9:105)
Allah swt mengingatkan kita agar tidak menjalani hidup dengan tindakan yang sia-sia, sebagaimana digambarkan dalam Al-Quran,
Janganlah kamu seperti perempuan yang merombak benang pintalannya lepas terurai sesudah dijalin kuat-kuat menjadi cerai-berai kembali… (QS An-Nahl/16:92)
Rasulullah saw bersabda, “Gunakan lima sebelum yang lima: muda sebelum tua; sehat sebelum sakit; kaya sebelum miskin; luang sebelum sibuk; hidup sebelum mati. (Rasulullah Saw)
Rasulullah Saw bersabda, “Orang yang meninggal dunia diikuti tiga hal; yang dua pulang dan yang satu ikut: keluarga dan hartanya pulang, amalnya mengikutinya di alam kubur.”
Migrasi yang dilakukan oleh suku-suku Aria melahirkan peradaban Barat dan Timur yang lebih besar, sedangkan migrasi orang ke wilayah antara Eufrat dan Tigris membentuk peradaban Babilonia. Eksodus Bani Israel dari Mesir ke Palestina dan orang Barbar ke barat dan timur serta bangsa Frank ke Eropa modern merupakan faktor dasar peralihan komunitas nomaden menjadi masyarakat berperadaban.
Migrasi ke berbagai wilayah baru diikuti munculnya peradaban dan bangunan masyarakat besar serta munculnya bangsa, budaya, dan pembangunan di muka bumi. Menurut istilah Al-Quran: ‘diperoleh tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak’.
Arnold Toynbee berteori, “Prinsip Pergi dan Kembali”. Orang-orang besar dalam sejarah pada tahap awal perjuangannya, meninggalkan kehidupan di negerinya dan keluar dari lingkungan masyarakat dan tanah kelahirannya. Sesudah beberapa waktu mempersiapkan diri untuk memikul tanggung jawab misi, dia kembali ke masyarakatnya semula dan memulai kegiatannya. Demikian pengalaman Nabi Ibrahim, Musa, dan Nabi saw.
“Berhenti tak ada tempat di jalan ini. Sikap lamban berarti mati. Siapa bergerak, dialah yang maju ke depan. Siapa berhenti, sejenak sekalipun, pasti tergilas.” (Mohammad Iqbal)
Tak seorang pun mandi dua kali di sungai yang sama. Secara fisik, boleh jadi seseorang mandi di tempat yang sama. Mungkin pula pada waktu yang sama. Akan tetapi air yang membasuh tubuhnya pastilah air yang baru. Setiap hari adalah kehidupan baru bagi orang yang bijaksana.
Sebagaimana setiap gram emas berharga, demikian pula setiap jam waktu kita.
Hidup adalah ujian. Bertambah umur, berkurang kesempatan untuk beramal.
Tahun ini harus lebih baik daripada tahun kemarin.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Tak Kuat Layani Istri Minta Jatah 9 Kali Sehari, Suami Ini Pilih Cerai

Sampah Indonesia: Potensi Energi Terbarukan Masa Depan

Novel: Imperium Tiga Samudra (6) – Kubah Imperium Di Laut Banda

Sebuah Kereta, Cepat Korupsinya

Menata Ulang Otonomi: Saatnya Menghadirkan Keadilan dan Menata Layanan

Gerbang Nusantara: Jatim Kaya Angka, Tapi Rakyat Masih Menderita

Imperium Tiga Samudra (5) — Ratu Gelombang

“Purbayanomics” (3), Tata Kelola Keuangan Negara: Terobosan Purbaya

Seri Novel “Imperium Tiga Samudra” (4) – Pertemuan di Lisbon



No Responses