Oleh: Budi Puryanto
Pemimpin Redaksi
Korupsi minyak dan gas bumi di Indonesia tampaknya tidak hanya soal angka besar—tapi juga soal sistemik. Saat ini, Kejaksaan Agung tengah menangani skandal serius terkait tata kelola migas di Pertamina dan subholdingnya, dengan potensi kerugian negara mencapai Rp193,7 triliun (sekitar USD 12 miliar).
Dalam sorotan tajam ini, CERI, melalui Direktur Eksekutifnya Yusri Usman, menggeber kritik pedas pada aktor-aktor yang masih memegang kendali gelapdalam tata kelola migas di Indonesia.
Modus dan Dampak
Kejagung menetapkan sembilan tersangka dari Pertamina dan swasta, termasuk eksekutif subholding serta pebisnis impor migas. Modus dugaan meliputi:
Minyak mentah dalam negeri dibuang demi impor mahal. Pertalite (RON 90) diblending menjadi Pertamax (RON 92) secara ilegal di depo, bukan kilang. Subsidi dan kompensasi BBM membengkak untuk menutup selisih harga, menambah kerugian negara.
Geledah Salah Fokus
Yusri mempertanyakan langkah Kejagung yang lebih banyak menggeledah kantor Ditjen Migas, sementara SKK Migas, KKKS, serta subholding Pertamina (Patra Niaga, Kilang Internasional) lebih relevan sebagai pusat dugaan korupsi. Menurutnya, Ditjen Migas adalah regulator—seharusnya cukup dipanggil klarifikasi saja.
“Yang layak digeledah itu justru … Pertamina dan SKK Migas, bukan Ditjen Migas… publik curiga, apakah … bagian dari skenario untuk menyingkirkan Achmad Muchtasyar … sesuai order mafia migas,” kata Yusri Usman.
Mafia Kartel Belum Usai
Yusri mengecam keras bahwa dalam tender pengadaan minyak mentah pada Mei 2025, sejumlah vendor yang masuk daftar hitam Kejagung masih diundang. Ini menunjukkan bahwa “mafia BBM belum usai” dan kekuasaannya masih kokoh dalam sistem pengadaan.
“Otak” Di Balik Tangan—ISC, Bukan Petral
Meski Petral menjadi sorotan lama, menurut Yusri, Integrated Supply Chain (ISC) di Jakarta adalah “otak” yang sesungguhnya — dari praktek lama hingga kini, lebih berpengaruh dalam menentukan pemenang tender dan harga estimasi, sementara Petral hanyalah operator lapangan.
“Petral dianggap sebagai ‘tangan’, … sedangkan ‘otak’ pengendali berada di ISC,” tegas Yusri Usman
Ingatkan Kontrak Irak
Yusri juga mendesak penyelidikan lanjutan atas kontrak pengadaan minyak mentah jangka panjang dari BUMN Irak (SOMO). Jika Kejagung gagal menuntaskan investigasi kepada semua pihak, termasuk yang berada di balik kontrak ini, Yusri menyerukan Jaksa Agung untuk “mundur dengan kesatria”
Rekomendasi Yusri
1. Geledah pihak relevan: SKK Migas, KKKS, Pertamina subholding.
2. Bongkar peran ISC—selam itu masih merilis tender, Potensi pengaturan praktis tetap ada.
3. Transparansi kontrak, termasuk dengan SOMO Irak.
4. Bersihkan sistem: vendor hitam dilarang ikut tender.
5. Publikasi penuh pemilik sebenarnya (beneficial ownership).
6. Sanksi berat, termasuk mundur bila gagal ungkap tuntas.
Dampak Publik dan Harapan Reformasi
Dugaan korupsi dalam tata kelola migas ini merugikan bukan hanya secara finansial, tetapi juga integritas negara, subsidi BBM, dan kepercayaan rakyat. Praktik oplosan juga mencederai kualitas BBM dan citra BUMN.
Yusri Usman berharap, reformasi teknis plus penindakan menyeluruh bisa menjadi momentum kebangkitan tata kelola migas nasional—agar meja tender tidak lagi menjadi arena pengkhianatan, tetapi gerbang kedaulatan energi.
EDITOR: REYNA
Baca juga artikel terkait:
Menguak Skandal Kotor Mafia Migas (11): Profil Para “Don” Migas Indonesia, Perampok Berjas Rapi
Menguak Skandal Kotor Mafia Migas (10): Impor Minyak, Sumber Rente Abadi Mafia Migas
Related Posts

Aliansi Masyarakat Tirak Nilai Seleksi Perangkat Desa Cacat Hukum, Akan Bawa ke DPRD dan PN

Isolasi Dalam Sunyi – Gibran Akan Membeku Dengan Sendirinya

Pertalite Brebet di Jawa Timur: Krisis Kepercayaan, Bukan Sekadar Masalah Mesin

Ini 13 Ucapan Kontroversial Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa

Purbaya Yudhi Sadewa: Dari Bogor ke Kursi Keuangan — Jejak Seorang Insinyur yang Menjadi Ekonom Kontroversial

The Guardian: Ketika Bendera One Piece Jadi Lambang Perlawanan Generasi Z Asia

Kolaborasi Manusia Dan AI: Refleksi Era Digital di IdeaFest 2025

Digital Counter-Revolution: Mengapa Pemerintah Indonesia Berbalik Takluk pada Media Sosial?

Otonomi Yang Melayani : Menanggapi Cak Isa Anshori dengan Kacamata Tata Kelola Islam

Komik Edukasi Digital dari ITS Jadi “Senjata” Literasi Anak di Daerah Terpencil”



Menguak Skandal Kotor Mafia Migas (13): Negara Dibawah Bayang-Bayang Kartel Migas - Berita TerbaruAugust 17, 2025 at 8:03 am
[…] Menguak Skandal Kotor Mafia Migas (12): Pengkhianatan di Meja Tender: Siapa yang Menjual Kedaulatan … […]