JAKARTA — Kritik tajam Menteri Keuangan yang menyebut Pertamina “malas membangun kilang” kembali memicu perdebatan soal ketahanan energi nasional. Faktanya, Pertamina memang sudah memiliki enam kilang minyak eksisting, sebagian sedang dalam tahap revamp atau upgrade, dan hanya satu proyek kilang baru skala besar yang benar-benar sedang dikejar, yakni Kilang Tuban.
Kilang Eksisting
Hingga kini, Pertamina mengoperasikan enam kilang utama yang tersebar di beberapa daerah. Kilang tersebut adalah RU II Dumai, RU III Plaju, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, RU VI Balongan, dan RU VII Kasim. Total kapasitas pengolahan enam kilang ini mencapai lebih dari 1 juta barel per hari. Enam unit inilah yang menjadi tulang punggung pasokan BBM dalam negeri selama puluhan tahun, meski sebagian besar dibangun sejak era 1970–1980-an dan teknologinya relatif tertinggal.
Kilang yang Diupgrade (RDMP)
Untuk mengejar kebutuhan dan standar lingkungan, Pertamina meluncurkan program Refinery Development Master Plan (RDMP). Sejumlah kilang eksisting masuk dalam program ini, antara lain:
Balongan, yang kapasitasnya sudah ditingkatkan sejak 2022.
Balikpapan, yang ditargetkan naik kapasitas hingga sekitar 360 ribu barel per hari setelah rampung.
Cilacap, Dumai, dan Plaju, juga termasuk dalam daftar RDMP guna meningkatkan kapasitas sekaligus kualitas produk BBM.
Upgrade ini menunjukkan adanya upaya nyata modernisasi, meskipun memang berjalan lambat karena kompleksitas teknis dan pembiayaan.
Kilang Baru yang Ditunggu
Di sisi pembangunan kilang baru, hanya proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban yang hingga kini terus diproses. Kilang berkapasitas sekitar 300 ribu barel per hari itu diproyeksikan menelan investasi sekitar USD 15–16 miliar, dan direncanakan beroperasi sekitar 2026. Kilang Tuban berstatus Proyek Strategis Nasional dan diharapkan menjadi kilang tercanggih Pertamina dengan teknologi modern serta integrasi petrokimia.
Selain Tuban, sebenarnya pernah ada wacana pembangunan kilang baru lain seperti Bontang. Namun, hingga kini proyek tersebut belum benar-benar berjalan.
Kesimpulan
Tuduhan bahwa Pertamina “malas” membangun kilang punya dasar dalam hal belum terealisasinya beberapa proyek besar baru dalam waktu yang dijanjikan, meskipun sudah ada rencana dan beberapa proyek sudah disetujui.
Di sisi lain, tidak sepenuhnya benar jika dikatakan tidak ada usaha sama sekali: Pertamina sudah melakukan upgrade kilang-eksisting (RDMP), sudah melakukan persiapan kilang baru seperti Tuban, dan ada peningkatan kapasitas secara bertahap.
Faktor yang mempengaruhi lambatnya realisasi mungkin termasuk: pendanaan, izin lahan, kerja sama investor asing / partner, dan regulasi / skema bisnis.
EDITOR: REYNA
Related Posts

PBB meluncurkan proses formal untuk memilih sekretaris jenderal berikutnya

Kecerdasan Spiritual Fondasi Kebahagiaan

Kubu Jokowi TawarkanMediasi Kepada Roy cs

Bukan Sekadar Layar: Kehadiran yang Membentuk Hati Anak

TNI AL Amankan Dua Kapal Pengangkut Nikel Ilegal di Perairan Morowali–Konut

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (8) : Penghargaan Dunia Dan Jejak Diplomasi Global Indonesia

Apa Mungkin Selama Ini Negara Tidak Tahu?

Buntut Pemusnahan Dokumen, Taufiq Ancam Laporkan Semua Komisioner KPU Surakarta

Kasus Lapangan Terbang Morowali Hanya Kasus Kecil

Habib Umar Alhamid Ingatkan Jangan Ada UU dan Kebijakan “Banci” di Pemerintahan Prabowo



No Responses