Oleh: Sutoyo Abadi
Mikul dhuwur mendhem jero” adalah sebuah peribahasa Jawa yang secara harfiah berarti “menjunjung tinggi, mengubur dalam-dalam”.
Secara filosofis, mengandung makna bahwa seseorang harus menjaga dan menjunjung tinggi kehormatan, martabat, serta kebaikan orang lain, terutama orang tua atau leluhur, sementara aib, keburukan, atau kekurangan mereka harus ditutupi dan tidak disebarluaskan.
Elaborasi atas filsafat mikul dhuwur mendam jero ini, harus memuat prinsip ini digunakan dalam posisi situasi atau konteks apa.
Mikul dhuwur mendhem jero, tidak bisa dimanipulasi sekedar untuk berlindung seolah-olah menjadi orang arif dan bijak, justru ketika mereka dalam situasi saling tersandera kejahatan.
Prinsip ini tentu memiliki kebaikan dalam hakikatnya. Tetapi idak bisa dipakai asal-asalan apalagi sekedar untuk melindungi kejahatan.
Kalau benar peribahasa “mikul dhuwur mendhen jero” ini pakai Presiden Prabowo Subianto untuk melindungi Jokowi adalah kesalahan fatal. Bisa terjadi karena yang bersangkutan tidak paham asbabun nuzul peribahasa tersebut.
Ketika masyarakat luas sebagian menduga Presiden Prabowo Subianto tidak bisa melepaskan dari Jokowi “bukan karena kebaikan Jokowi untuk negara tetapi karena jasanya telah membantu menjadi makelar Oligarki untuk kekuatan finansial dan politik meloloskan Prabowo pada Pilpres 2024, bisa naik sebagai presiden”
Penggunaan peribahasa tersebut untuk Jokowi pasti akan memancarkan sinyal buruk, menyala membawa kesan Prabowo Subianto hanya ingin asal jadi Presiden dan sadar kekuatan dan kekuasaannya secara defacto menjadi milik kekuatan di luar dirinya.
Mikul djuwur mendem Jero hanya lamis untuk menutupi konspirasi kekuatan jahat yang sampai saat ini sedang menguasai Indonesia.
Sampai saat ini sejak Prabowo Subianto resmi sebagai presiden belum satu kalipun mengecam kejahatan oligarki. Bahkan terkesan melakukan pembiaran kejahatan oligarki tetap merajalela
Kasus PIK 2, dan kasus di belahan wilayah lainnya, didepan mata aparat keamanan, menjadi bodyguard oligarki menyiksa dan memaksa rakyat harus meyerah kepada oligarki pada setiap kejahatannya. Presiden Prabowo Subianto hanya diam, sesekali untuk menutupi kelemahannya dengan lomba pidato berapi-api seolah olah membela rakyat.
Presiden Prabowo Subianto sesungguhnya memiliki potensi rasa, jiwa dan semangat kebaikan. Sampai saat ini tidak dan belum bisa bangkit tenggelam dengan kekuatan dari luar dirinya.
Sekuat apapun ingin menjadi negarawan dan sebagai pahlawan selama masih memuja muja Jokowi bahkan ikrar ingin meneruskan cara kerja Jokowi, petaka sangat besar pasti akan menimpa Prabowo Subianto.
Indonesia sudah masuk di alam “Kalatidha” , “zaman gila” atau “zaman edan” dalam bahasa Jawa. menggambarkan suatu masa di mana nilai-nilai moral dan sosial mengalami kemerosotan.
Perbedaan benar dan salah, baik dan buruk, adil dan tak adil tidak digubris dan tidak jelas batasnya. Melanda hebat krisis moral adalah buah dari krisis akal sehat. Korupsi merata dan merajalela karena erosi tata nilai terjadi di lapisan atas dan bawah.
Tatarannya otomatis masuk kealam “Kalabendu” adalah terjadinya penindasan, kedzaliman, ketidakadilan dan kekejaman merajalela, rakyat sebagai korbannya.
Penguasa lalim tak bisa ditegur. Korupsi dilindungi. Kemewahan dipamerkan di samping jeritan kaum miskin dan tertindas. Penjahat dipahlawankan, orang jujur ditertawakan dan disingkirkan.
Adalah zaman hancur dan rusaknya kehidupan karena tata nilai dan tata kebenaran dijungkir-balikkan.
Pepatah “mikul duwur mendem jero”, apabila di tempelkan Jokowi itu sudah lepas dari konteks moralnya. Apalagi kalau ada niat digunakan menjadi tameng untuk melindungi kejahatan, itu kedunguan dan ketololan yang nyata.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Potret ‘Hutan Ekonomi’ Indonesia

Prof. Djohermansyah Djohan: Biaya Politik Mahal Jadi Akar Korupsi Kepala Daerah

Muhammad Taufiq Buka Siapa Boyamin Sebenarnya: Kalau Siang Dia LSM, Kalau Malam Advokad Profesional

Purbaya Dimakan “Buaya”

Pengakuan Kesalahan Oleh Amien Rais Dalam Amandemen Undang‑Undang Dasar 1945

Menemukan Kembali Arah Negara: Dari Janji Besar ke Bukti Nyata

Informaliti

Pasang Badan

Relawan Sedulur Jokowi Tegaskan Tetap Loyal Kepada Jokowi

Bobibos: Energi Merah Putih Dari Sawah Nusantara Yang Siap Guncang Dunia



No Responses