Misteri Kamar 105 Menteng: Kematian Sang Diplomat Idealistis Arya Daru Pangayunan

Misteri Kamar 105 Menteng: Kematian Sang Diplomat Idealistis Arya Daru Pangayunan
Seorang petugas melakukan olah TKP setelah ditemukannya jenazah diplomat di Jakarta, Selasa, 8 Juli 2025. (Foto: Antara/HUMAS Polda Metro Jaya)

JAKARTA – Diplomat muda Arya Daru Pangayunan (ADP), yang dikenal sebagai sosok idealis dan pintar, ditemukan tewas di kamar kosnya di Menteng, Jakarta pada tanggal 8 Juli 2025 dengan kondisi kepala terlilit lakban. Penemuan ini menimbulkan spekulasi kuat: apakah ini kematian biasa, atau bagian dari skema pembunuhan terencana? Informasi yang berkembang di media sosial dan forum internet menunjukkan dugaan keterlibatan aktor internal Kementerian Luar Negeri (Kemlu) sekaligus agen spionase asing.

Kronologi Singkat Penemuan

Menurut laporan detik.com, sang istri sempat tiga kali meminta penjaga kos mengecek kamar ADP dalam rentang waktu tengah malam hingga pagi hari sebelum tubuhnya ditemukan

Tubuh ADP ditemukan tertutup selimut dan wajahnya dibalut lakban, tanpa tanda kekerasan fisik lain. CCTV dan barang-barang pribadi turut diperiksa polisi sebagai bukti utama.

Dari Media Sosial: Teori Konspirasi Mencuat

Di subreddit r/indonesia, banyak warganet menarik garis antara kasus ini dengan rencana penempatan ADP ke KBRI Helsinki pada akhir Juli 2025, yang terletak di kota penuh kepentingan geopolitik seperti hub Eropa dan lokasi diskusi NATO serta kasus TPPO. Seorang pengguna menulis:

“If it were a thriller or detective movie, they’d definitely ask who benefited the most from the death.” Kalau filmnya thriller atau detektif, pasti mereka akan bertanya siapa yang paling diuntungkan dari kematian itu).

“Arya’s face was covered with tape… The room was locked from the inside.” (Wajah Arya ditutupi lakban… Ruangan itu dikunci dari dalam)

Komentar ini mencerminkan kecurigaan bahwa kematian ADP bukan insiden biasa, melainkan potensi pembunuhan dengan motif tertentu.

Diplomat Idealistis dan Pengungkapan Rahasia

Sejak bergabung dengan Kemlu pada 2014, ADP dikenal sebagai pegawai teladan dan bagian dari Direktorat Perlindungan WNI, aktif membantu WNI yang menghadapi masalah di berbagai negara seperti Taiwan, Turki, dan Iran . Ia seringkali dikagumi publik karena dedikasinya yang tinggi dan akses pengetahuan mendalam tentang jaringan perlindungan WNI di luar negeri.

Beberapa netizen berspekulasi bahwa sikapnya yang vokal dan keterbukaannya terhadap kasus pelindungan menyebabkan beberapa pihak merasa terancam, termasuk oknum dalam Kemlu atau jaringan intelijen asing yang melihatnya sebagai risiko terbuka.

Motif dan Kepentingan Tokoh Gelap?

Dengan penugasan mendatang di Helsinki dan perannya dalam perlindungan WNI di lokasi-lokasi global yang sensitif, masuk akal jika seseorang khawatir informasi yang dimilikinya bisa bocor. Helsinki sebagai kota strategis Eropa dan lokasi pembahasan kemanusiaan serta TPPO (perdagangan orang), membuat posisi ADP menjadi rawan jika terdapat transaksi intelijen tertentu.

Informasi informal dari grup WhatsApp diplomat menyebut adanya ketakutan: ADP “terlalu banyak tahu” dan bisa menjadi bahaya jika tidak “dikandaskan” sebelum bertugas. Meskipun belum ada bukti resmi, isu ini mencuat kuat di platform tertutup.

Penyelidikan Polisi: Banyak Yang Masih Misteri

Menurut Kompas, proses autopsi masih berlangsung, sementara pihak keluarga menunggu hasil dengan penuh kesedihan dan ketidakpastian

Polisi belum menyimpulkan apakah penyebab kematian adalah bunuh diri, kecelakaan medis, atau kejahatan terstruktur. Kapolres Metro Jakarta Pusat menyatakan saat ini belum ada kesimpulan pasti mengenai keterlibatan pihak lain .

Tim forensik juga masih meneliti apakah lakban itu dipasang oleh ADP sendiri atau oleh orang lain. Kondisi kamar yang terkunci dari dalam membuat kasus ini semakin penuh teka-teki.

Spekulasi Sosial: Apa yang Disorot Publik?

Netizen menyoroti aspek simbolik: wajah tertutup lakban dianggap pesan bahwa ADP “dihentikan supaya tidak bicara.” Demikian salah satu komentar reddit yang viral:

“Taped up before the trip to Helsinki…” (Dilakban sebelum perjalanan ke Helsinki…)

Tidak sedikit yang mengaitkan gaya insiden ini dengan “eksekusi simbolik”, bukan kematian alami.

Apakah ini pembunuhan terencana, bagian dari manipulasi internal Kemlu, atau sekadar nasib tragis diplomat pekerja keras? Hingga saat ini, banyak pertanyaan masih belum terjawab. Beberapa poin penting yang harus diperjelas:

Status akhir autopsi dan penyebab kematian resmi dari forensik.

Korelasi antara pengetahuan ADP terhadap konflik perlindungan WNI internasional dan posisinya yang akan ditempatkan di Helsinki.

Adanya indikasi keterlibatan internal Kemlu atau agen asing.

Kisah ini menunjukkan betapa berbahayanya bekerja di lini diplomasi yang mengurus kasus WNI dan terlibat dalam kepentingan geopolitik. ADP yang idealis menjadi simbol komitmen transparan—dan mungkin, identitas yang harus dibayar mahal.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K