SERANG – Sebuah teka-teki nuklir berbahaya kini menghantui kawasan industri Cikande. Semua bermula ribuan kilometer jauhnya, saat otoritas Bea Cukai Amerika Serikat menemukan sesuatu yang janggal dalam kiriman udang beku asal Indonesia: kadar radioaktif Cesium-137 yang tak seharusnya ada di produk pangan.
Temuan itu mengguncang. Jejak lantas ditelusuri balik ke tanah air. Awalnya kecurigaan jatuh pada satu pabrik pengolahan udang. Namun, ketika Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) turun langsung ke lapangan, fakta yang lebih horor tersibak.
Radiasi Menyebar ke Permukiman
Alih-alih hanya di area pabrik udang, tim menemukan sebaran radiasi di tujuh hingga delapan titik berbeda di Kecamatan Cikande. Bahkan salah satu titik berada di sebuah warung warga—jauh dari kawasan industri resmi.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Polri, BRIN, hingga Bapeten mengerahkan operasi penyisiran besar-besaran. Dan akhirnya, jarum kompas investigasi itu berhenti di satu tempat: PT Peter Metal Technology Indonesia (PMT), sebuah pabrik peleburan baja di kawasan industri Cikande.
Di sanalah, dosis radiasi tertinggi ditemukan.
Pasien Nol: Pabrik Baja
Pabrik PMT segera disegel oleh KLHK. “Ini langkah darurat untuk menghentikan potensi pendarahan radiasi lebih lanjut,” ujar seorang pejabat senior KLHK.
Dugaan awal: sumber radioaktif Cesium-137 ikut terbawa bersama scrap metal atau limbah baja impor yang dilebur oleh PMT.
Dalam industri baja, bahan baku tak selalu berasal dari bijih murni. Sebagian besar pabrik peleburan di Indonesia mengandalkan besi dan baja bekas (scrap) yang diimpor dalam jumlah besar dari luar negeri. Jalur inilah yang kini menjadi sorotan.
Dari Mana Asal Scrap Berbahaya Itu?
Data impor menunjukkan Indonesia rutin mendatangkan scrap metal dari berbagai negara: mulai dari Amerika Serikat, Australia, Jepang, hingga Eropa Timur. Di negara-negara itu, limbah industri kerap bercampur dengan sisa-sisa peralatan kedokteran, perangkat laboratorium, hingga instrumen industri yang menggunakan isotop radioaktif.
“Jika pengawasan lemah, Cesium-137 bisa ikut masuk di antara tumpukan besi tua,” kata seorang sumber di kalangan pengawas limbah berbahaya.
Cesium-137 sendiri merupakan produk samping reaktor nuklir dan meledaknya bom atom. Dalam jumlah kecil, isotop ini pernah dipakai untuk radioterapi medis atau alat ukur industri. Namun, jika salah kelola, ia bisa berubah menjadi racun tak kasat mata dengan efek jangka panjang: kanker, kerusakan genetik, hingga pencemaran tanah dan air.
Misteri yang Belum Terjawab
Yang membuat publik cemas: bagaimana zat seberbahaya ini bisa lolos dari pintu masuk Indonesia? Bukankah setiap impor scrap metal seharusnya melewati detektor radiasi di pelabuhan?
Ada dugaan alat pendeteksi rusak, atau pengawasan longgar karena alasan kelancaran arus logistik. Namun ada juga spekulasi bahwa jalur scrap metal kerap “dimainkan” oleh mafia impor yang memanfaatkan celah di bea masuk.
Kini, Cikande menjadi medan operasi dekontaminasi besar-besaran. Petugas Bapeten dengan pakaian hazmat menyisir tanah, peralatan, hingga dinding pabrik yang terkontaminasi.
Namun pertanyaan besar tetap menggantung di udara:
Dari negara mana scrap metal itu berasal?
Mengapa lolos dari pengawasan di pelabuhan?
Dan berapa lama warga sekitar Cikande sudah terpapar radiasi tanpa sadar?
Dari Udang ke Baja
Ironisnya, kasus ini baru terbongkar bukan karena ada inspeksi di dalam negeri, melainkan karena udang beku Indonesia ditolak di Amerika. Jika tidak, bisa jadi radiasi itu masih tersembunyi di balik dinding pabrik baja dan menyebar diam-diam ke lingkungan sekitar.
Dari balik pintu baja PT PMT, Indonesia kini berhadapan dengan misteri berlapis: rantai impor yang rawan, pengawasan yang bocor, dan ancaman radioaktif yang bisa merusak generasi.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Prabowo Tanpa Jokowers: Lemahkah?

Potret ‘Hutan Ekonomi’ Indonesia

Prof. Djohermansyah Djohan: Biaya Politik Mahal Jadi Akar Korupsi Kepala Daerah

Muhammad Taufiq Buka Siapa Boyamin Sebenarnya: Kalau Siang Dia LSM, Kalau Malam Advokad Profesional

Purbaya Dimakan “Buaya”

Pengakuan Kesalahan Oleh Amien Rais Dalam Amandemen Undang‑Undang Dasar 1945

Menemukan Kembali Arah Negara: Dari Janji Besar ke Bukti Nyata

Informaliti

Pasang Badan

Relawan Sedulur Jokowi Tegaskan Tetap Loyal Kepada Jokowi


No Responses