Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (72): Makna Politik Pertemuan Dasco dengan Megawati, Puan, dan Prananda

Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (72): Makna Politik Pertemuan Dasco dengan Megawati, Puan, dan Prananda
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco AHmad dan Sekretaris Negara Hadi Prasetyo berkunjung ke rumah Megawati, setelah DPR menyetujui pemberian Abolisi untuk Tom Lembong dan Amnesti untuk Hasto Kristianto

Oleh: Budi Puryanto
Pemimpin Redaksi

Sebuah pertemuan politik sering kali menyimpan makna lebih dalam dibandingkan apa yang tampak di permukaan. Itulah yang terjadi ketika Sufmi Dasco Ahmad, Ketua Harian Partai Gerindra, bertemu dengan Megawati Soekarnoputri, Puan Maharani, dan Prananda Prabowo di kediaman Megawati. Di tengah sorotan kamera dan senyum yang mengembang, terselip sinyal politik yang layak dicermati.

Pertemuan itu berlangsung tak lama setelah DPR menyetujui permintaan amnesti dari Presiden Prabowo Subianto kepada sejumlah tokoh, termasuk Hasto Kristiyanto, Sekjen PDIP. Dalam momen penuh simbol itu, Dasco menyebut bahwa pertemuan tersebut adalah bentuk dari “merajut tali persaudaraan kebangsaan” Tapi apakah hanya itu?

Diplomasi Santun dalam Politik Transisi

Dalam lanskap politik Indonesia pasca-Pemilu 2024, banyak hal berubah. Koalisi besar terbentuk, dan partai-partai yang sebelumnya berseberangan mulai mencari titik temu. Gerindra, sebagai pemenang pemilu dan pemegang kekuasaan eksekutif, tengah berada di posisi strategis untuk menentukan arah rekonsiliasi nasional. PDIP, yang sebelumnya menjadi partai penguasa, kini tengah melakukan konsolidasi internal dan eksternal sebagai oposisi terkuat.

Dalam konteks ini, pertemuan antara Dasco dan trio elite PDIP bukanlah sekadar silaturahmi biasa, melainkan bagian dari diplomasi santun politik transisi. Gerindra ingin menunjukkan bahwa kekuasaan tidak membuat mereka jumawa. Sebaliknya, mereka membuka ruang dialog dan rekonsiliasi demi menjaga stabilitas nasional.

Simbol Politik: Antara Lintas Generasi dan Lintas Partai

Menariknya, tokoh-tokoh yang hadir dalam pertemuan tersebut mewakili berbagai spektrum politik dan generasi. Megawati, sebagai negarawan senior dan tokoh sentral PDIP, masih memegang pengaruh besar dalam peta kekuasaan. Puan Maharani, Ketua DPR RI, adalah jembatan antara politik parlemen dan eksekutif. Sementara Prananda Prabowo, meski lebih senyap di publik, kerap disebut sebagai sosok penting dalam strategi internal PDIP.

Kehadiran Dasco dalam forum kecil namun strategis ini adalah simbol pendekatan Gerindra ke jantung PDIP. Di satu sisi, ini bentuk penghormatan kepada kekuatan historis PDIP sebagai pilar demokrasi nasional. Di sisi lain, ini juga bisa dibaca sebagai bentuk ajakan untuk membangun kerja sama lintas partai dalam kerangka yang lebih inklusif dan non-konfrontatif.

Merajut Persaudaraan, Mengelola Perbedaan

Dalam keterangannya, Dasco menyebut bahwa pertemuan ini menjadi ruang untuk “merajut tali persaudaraan kebangsaan.” Kalimat ini penting. Ia tidak memakai istilah “koalisi” atau “kerja sama politik”, tetapi “persaudaraan kebangsaan”—sebuah istilah yang lebih humanis dan kultural.

Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan besar: ketimpangan sosial, beban fiskal, krisis pangan global, dan ancaman geopolitik. Dalam situasi semacam itu, polarisasi politik hanya akan menjadi beban tambahan. Maka, simbol-simbol seperti pertemuan Dasco dan elite PDIP bisa menjadi pesan kepada publik bahwa politik tidak harus selalu keras dan penuh dendam.

Menguji Konsistensi di Balik Gambar

Meski hangat di depan kamera, publik tentu berharap lebih dari sekadar foto-foto pertemuan. Apakah pertemuan ini akan menghasilkan kebijakan konkret? Apakah akan lahir forum lintas partai untuk menjaga demokrasi yang sehat? Atau hanya seremonial belaka?

Namun satu hal pasti: dalam politik, simbol adalah pesan. Dan pertemuan ini adalah simbol dari kesadaran elite bahwa rekonsiliasi nasional adalah keniscayaan, bukan pilihan. Bahwa demokrasi bukan soal menang-kalah semata, tapi soal menjaga rumah bersama yang bernama Indonesia.

Penutup

Di balik senyum yang hangat dan kata-kata yang lembut, politik tetap berjalan dengan hitungan yang tajam. Namun ketika kepentingan nasional ditempatkan di atas ego kekuasaan, maka pertemuan seperti ini bukan sekadar nostalgia politik, tapi sebuah langkah kecil menuju kematangan demokrasi.

EDITOR: REYNA
Baca juga artikel terkait:

Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (71): Pengibaran Bendera Tengkorak Bisa Pecah Belah Bangsa

Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (70): Abolisi dan Amnesti, Strategi Merajut Persaudaraan dan Menjaga Kondusivitas Nasional

Last Day Views: 26,55 K