Oleh: Budi Puryanto
Pemimpin Redaksi
Dalam pusaran politik nasional yang kerap memanas, muncul sosok yang memainkan peran unik dan strategis: Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketua DPR RI. Ia kerap dijuluki sebagai buffer power—sebuah istilah yang menggambarkan dirinya sebagai penyangga, peredam, dan penyeimbang antara Presiden Prabowo Subianto dengan tekanan politik dari berbagai pihak, baik internal maupun eksternal.
Peran ini bukan hanya soal menyampaikan pesan atau menengahi perbedaan pandangan, tetapi juga menjaga jalur komunikasi tetap terbuka dan bersih dari distorsi. Dasco memahami betul bahwa dalam sistem politik Indonesia yang kompleks, stabilitas tidak datang dengan sendirinya. Ada proses negosiasi, diplomasi, dan kompromi yang harus dijalankan di balik layar.
Penyeimbang Yang Tangguh
Sebagai Wakil Ketua DPR, Dasco berada di posisi yang memungkinkan dirinya melihat dan merasakan langsung denyut politik di parlemen, sembari tetap memiliki akses dekat ke lingkaran presiden. Ini menjadikannya titik tumpu yang efektif untuk menyalurkan aspirasi dan kritik dari parlemen kepada pemerintah, sekaligus menerjemahkan arah kebijakan presiden agar dapat dipahami dan diterima oleh berbagai faksi politik.
Posisi “penyeimbang” ini juga membuatnya sering menjadi figur yang menenangkan saat suhu politik memanas. Ketika isu-isu kontroversial mencuat, Dasco memilih jalur komunikasi terbuka ketimbang konfrontasi terbuka. Ia tahu bahwa membangun jembatan jauh lebih produktif daripada memperlebar jurang.
Mediator dalam Tekanan Politik
Prabowo, sebagai presiden, tentu menghadapi beragam tekanan politik—dari partai koalisi, oposisi, hingga kelompok kepentingan di luar parlemen. Dalam konteks inilah Dasco menjadi buffer. Ia mampu menyerap sebagian tekanan itu, mengolahnya menjadi masukan yang konstruktif, lalu menyampaikannya dengan bahasa yang bisa diterima semua pihak.
Dalam beberapa peristiwa politik penting, Dasco terbukti mampu meredam potensi eskalasi konflik. Misalnya, ketika terjadi tarik-ulur pembahasan sejumlah rancangan undang-undang strategis, ia tampil menenangkan, mengajak semua pihak kembali ke meja perundingan. Pendekatan seperti ini membuatnya dipercaya, bahkan oleh pihak-pihak yang secara politik berseberangan.
Sosok Kuat di Balik Layar
Meski sering berperan di belakang layar, peran buffer power menjadikan Dasco sosok yang kuat dalam dinamika politik nasional. Kekuatannya bukan berasal dari retorika lantang di podium, melainkan dari kemampuan membangun konsensus, menjaga hubungan lintas kubu, dan memastikan roda politik tetap berputar tanpa guncangan besar.
Kepercayaan yang ia bangun selama bertahun-tahun—baik di kalangan elit politik maupun birokrasi—membuatnya memiliki ruang gerak yang luas. Ia tidak sekadar menjadi penyampai pesan, tetapi juga “arsitek kompromi” yang merancang strategi penyelesaian konflik politik.
Menjaga Stabilitas Struktural
Dalam struktur ketatanegaraan, peran Dasco mengisi celah yang sering kali tidak terlihat. Stabilitas politik tidak hanya bergantung pada presiden dan para menteri, tetapi juga pada figur-figur seperti dirinya yang memastikan sistem checks and balances berjalan tanpa menciptakan kebuntuan.
Dengan gaya komunikasi yang tegas namun diplomatis, ia mampu mengelola perbedaan kepentingan tanpa menimbulkan gesekan yang merusak. Di saat yang sama, ia memastikan bahwa DPR tetap menjalankan fungsi pengawasan tanpa harus selalu berbenturan dengan pemerintah.
Peran buffer power yang dimainkan Dasco mungkin tidak selalu menjadi sorotan utama publik. Namun, justru di situlah letak nilainya. Ia memilih bekerja dengan tenang, fokus pada hasil, dan menghindari drama politik yang tak perlu.
Jika stabilitas politik Indonesia di era Prabowo dapat terjaga, maka nama Sufmi Dasco Ahmad layak diingat sebagai salah satu faktor kunci. Sebagai penyeimbang, mediator, dan pengendali ketegangan politik, ia menunjukkan bahwa kekuatan sejati tidak selalu tampak di panggung utama, tetapi sering kali berada di balik layar—mengatur irama agar simfoni politik tetap harmonis.
EDITOR: REYNA
Baca juga artikel terkait:
Related Posts
 - Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa menetapkan preseden iklim utama dalam kasus minyak Norwegia
 - Laporan rahasia AS menemukan ‘ratusan’ potensi pelanggaran hak asasi manusia Israel di Gaza
 - DI dan PRRI Adalah Jamu Dosis Tinggi Bagi NKRI
 - Pengamat Kebijakan Publik Ngawi Minta Rizky Mundur, Spanduk Protes Menyebar di Desa Tirak
 - Radhar Tribaskoro: Demokrasi Retorika
 - Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (76 ): Menerima Kunjungan Abu Bakar Ba’asyir
 - Imperium Tiga Samudra (5) — Ratu Gelombang
 - Siapa Yang Gila (2)
 - Kesederhanaan dan Keteladanan Sri Sultan HB X
 - Siapa Yang Gila (1)



Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (74): Kader Gerindra Harus Hindari Kebijakan Tidak Populis - Berita TerbaruAugust 14, 2025 at 10:26 am
[…] Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (73): “Buffer Power” di Tengah Gelombang Politik … […]