Jika merujuk pada Al Qur’an secara benar, maka kita tidak saja menemukan betapa kitab suci ini memberikan penghargaan yang sangat tinggi terhadap akal manusia. Logika dan berfikir menjadi proses untuk memahami ciptaanNya yang akan bermuara pada mengimani keberadaanNya. Dengan kata lain antara hati dan otak atau antara keyakinan dan fikiran bukan saja seharusnya berjalan seiring, lebih dari itu seharusnya saling menopang dan saling melengkapi. Jika muncul ketidak serasian atau ketidak sinkronan diantara keduanya, maka kita harus introspeksi diri, mungkin saja ilmu yang terakumulasi di kepala belum cukup atau perkembangan sain dan teknologi belum menjangkau atau pemahaman kita terhadap ayat-ayat Al Qur’an keliru.
Novel ini berkisah seputar masalah ini.
Karya: Dr Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UN Tourism
================================
SERI – 8 : Wisata Islami
Usai seremoni penutupan acara aku langsung menuju ke kamar di hotel yang sama dengan tempat diadakannya konferensi yakni di Eurostars Grand Marina Hotel. Setelah Shalat Dzuhur dan Ashar yang aku jamak dan Qasar, aku merebahkan badan ke tempat tidur lalu memejamkan mata untuk melepas lelah setelah mengikuti sidang sehari penuh.
Hanya sempat tertidur sejenak mataku terbuka kembali, aku menoleh ke jendela nampak langit masih terang, aku menoleh ke jam yang ada di dinding waktu menunjukkan pukul 20.00. Karena Spanyol kini memasuki musim panas, jadi siangnya sangat panjang, matahari baru akan terbenam di atas pukul 21.00. Karena rasa ngantuk sudah hilang, lalu aku mengambil HP yang berada di meja kecil di sebelah tempat tidur. Ternyata ada pesan WA dari Adil: “Sekiranya Antum tidak lelah kita bisa ngobrol sambil ngopi”.
“Boleh”, jawabku.
“Bagaimana kalau jam 21.00 ?”.
“Setuju”.
“Tempat menyusul, nanti Saya akan minta staff Kedutaan Saudi mengurusnya”, katanya mengakhiri.
Aku lalu mandi dan memakai pakaian santai sambil menunggu.
HP berkedip, lalu aku buka, pesan dari Adil lagi: “Aku tunggu di Skybar hotel Iberostar, di atas ada café yang menurut Kedutaan cukup cocok untuk nyantai”.
Aku berangkat dari hotel dengan menggunakan taxi. Saat aku tunjukkan nama café dan alamatnya, si sopir langsung menngangguk yakin. Pasti tempat terkenal fikirku. Saat tiba aku langsung bertanya kepada petugas hotel yang berdiri di depan pintu utamanya, ia mengarahkanku untuk menuju lift dimana beberapa orang sudah antre menunggu. Aku berdiri di belakang orang ke-4. Saat lift terbuka aku masuk bersama mereka.
Ternyata ini lift khusus menuju café yang dimaksud yang letaknya di rooftop. Aku perhatikan suasana di sekitar café, ada yang di bagian dalam dan ada yang di luar. Aku lalu bertanya ada booking dari Kedutaan Saudi ? Sang petugas lalu mengantar ke kursi di dekat kolam renang yang menghadap kearah Placa de Catalunya yang terkenal itu.
Sebelum menuju tempat duduk yang sudah disiapkan, aku melongok ke bawah. Tampak banyak orang berlalu-lalang, burung merpati datang dan pergi dengan tenang di bagian sudut plaza, café-café yang berada di sekitar plaza tampak penuh dengan pengunjung. Tidak lebih dari lima menit kemudian Adil datang sambil berkata: “Semoga berkenan atas pilihan teman saya”.
“Wah lebih dari berkenan”, jawabku.
Sambil mengambil tempat duduk lalu ia memberikan isyarat kepada seorang pelayan untuk mendekat: “Saya minta expreso”, katanya sembari memberikan isyarat kepadaku untuk juga memesan minuman.
“Tienes cappuccino ?”, tanyaku dalam Bahasa Spanyol.
“Si ! Tenemos cappuccino y cofé con leche”, tentu, katanya menjelaskan selain Capuchino juga ada pilihan kopi susu.
Aku lalu memilih cappuccino, “Tienes miel ?”, apakah punya madu ?
Aku lebih memilih madu untuk pemanis dari pada gula atau pemanis lain, disamping lebih sehat juga aromanya terasa lebih enak di lidahku.
Adil mengawali pembicaraan dengan mengatakan :”Saya akan memulai ngobrol kita dengan menjawab pertanyaan antum tadi. Ayah saya seorang ulama yang dekat dengan keluarga Kerajaan. Sejak kecil saya mendapatkan pendidikan yang baik di sekolah yang bertarap internasional tetapi dilengkapi dengan pelajaran agama. Sekolah kami menggunakan dua Bahasa : Arab dan Inggris. Ayah saya sebenarnya mengharapkan saya menjadi ulama sebagaimana beliau, sehingga S1 saya jalani di Universitas Madinah. Akan tetapi setelah selesai saya memutuskan untuk mengambil jurusan pariwisata di London, Inggris”.
“Ayah anda tidak kecewa ?”, tanyaku penasaran.
“Pasti kecewa, tetapi ia tidak melarang”.
“Apa alasannya anda sampai senekat itu ?”, tanyaku penasaran.
“Saat itu Aku mendengar dari Ayah bahwa Kerajaan sudah memutuskan akan mengembangkan wilayah bagian Utara yang terletak di sisi Laut Merah untuk dijadikan daerah wisata. Keputusan ini diambil karena menyadari minyak dan gas yang kami miliki walaupun cadangan yang ada masih cukup besar akan tetapi pada saatnya nanti akan habis. Sebelum semuanya terjadi Kami harus membuat sumber devisa baru yang akan bisa menjamin masa depan anak dan cucu”, katanya sambil mengepulkan asap dari bibirnya sembari mengangkat tangan kirinya yang memegang sigar, sementara tangan kanannya dikibaskan agar asap yang muncul tidak bergerak kearahku.
Ia kemudian menyodorkan tas kecil berisi sigar yang dibawanya kearah ku.
“Maaf saya tidak merokok !”, responku.
“Ini bukan rokok tetapi sigar, tidak beresiko terhadap kesehatan”, katanya sambil tersenyum.
“Sementara saya belum ingin mencobanya”, jawabku dengan nada sopan. Melihat responku Adil hanya tersenyum kecil tanda menghargai sikapku.
“Kenapa tidak mengembangkan Makkah dan Madinah sebagai sumber devisa? Bukankah orang yang Haji dan Umrah tidak akan pernah habisnya? Dan sebagai pelayan dua kota suci Anda bukan saja akan mendapatkan devisa tetapi juga pahala kan?”, kataku.
“Sejak beberapa puluh tahun lalu Kerajaan sudah berfikir seperti itu. Itulah sebabnya Masjid Nabawi di Madinah diperluas dan diperindah. Begitu juga Masjidil Haram di Makkah, yang pembangunannya sampai saat ini belum selesai. Tetapi menurut para pakar ekonomi, semua itu tidak cukup karena tuntutan kesejahteraan rakyat akan terus meningkat”, katanya.
“Apakah tidak khawatir dengan dampak negatif dari turis-turis yang akan datang dari berbagai negara tentu akan membawa adat-istiadat dan kebiasaan mereka yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam”, kataku dengan nada khawatir.
“Kami telah belajar banyak dari Uni Emirat Arab dan Qatar yang sudah lebih dahulu membuka diri. Tentu dua kota suci Makkah dan Madinah akan dijaga kesakralannya dengan tidak mengijinkan non-Muslim memasukinya. Kami bahkan sudah berfikir lebih jauh lagi yaitu bagaimana menjadikan dunia wisata sebagai sarana dakwah, sehingga tidak berhenti hanya pada tujuan ekonomi saja”, katanya dengan penuh keyakinan.
“Bagaimana dengan wilayah Al Ula atau yang juga dikenal dengan Madain Saleh warisan Zaman Nabi Saleh yang selama ini terlarang dikunjungi bukan saja oleh non-Muslim, akan tetapi juga bagi ummat Islam ?”, tanyaku lagi.
“Tentu para ulama terus mengkaji, akan tetapi pada saat yang bersamaan mereka juga mulai melihat kembali berbagai rujukan agama disamping meneliti berbagai aspek sejarahnya. Kita seringkali tersesatkan dengan berbagai hadits palsu”, katanya meyakinkan.
“Lalu bagaimana dengan kalkulasi ekonominya ?”, tanyaku lagi.
“Dalam hal ini Kami akan bekerjasama dengan Mesir dan Yordania, dua negara yang sudah cukup sukses mengembangkan wisata di kawasan ini. Sharm El Sheikh milik Mesir dan Aqaba juga Petra milik Yordania, yang sudah dikenal dunia. Selain itu dalam membangun wisata, Kerajaan Saudi menggandeng berbagai perusahan yang berpengalaman disamping memiliki jaringan bisnis ini di tingkat global. Lebih dari itu, kami juga mengundang investor sehingga tidak semuanya menggunakan uang sendiri”.
Salah satu destinasi wisata di kawasan Sharm El Sheikh adalah Biara St. Catherine di Mesir. Terletak di bawah gunung yang diyakini banyak orang sebagai Gunung Sinai, merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO.
“Bisa dijelaskan pola kerjasamanya ?”, kataku penasaran.
“Infra struktur seperti jalan dan pelabuhan termasuk bandara sebagian besar menjadi tanggungjawab kami, sementara yang lainnya bisa investor luar negri bisa juga investor dalam negri karena ia menjanjikan keuntungan. Semua Pembangunan ini diharapkan selesai tahun 2030 yang dikenal dengan istilah ‘Visi 2030’ dan projek fisik di sepanjang Laut Merah ini diberi nama dengan Neom. Kawasan ini diharapkan bukan saja menjadi kawasan wisata, tetapi juga berkembang menjadi smart city yang memanfaatkan kemajuan berbagai produk sain dan teknologi mutakhir dan ramah lingkungan sebagaimana kota-kota modern di negara-negara maju”.
“Bagaimana nasib wilayah Saudi yang berada di Kawasan Teluk ?”, tanyaku.
“Di wilayah itu tetap dikembangkan, akan tetapi sesuai dengan konsepnya yang bertumpu pada sumber daya alam berupa minyak dan gas. Di Kawasan ini Kami bekerjasama dengan tetangga Kami seperti Bahrain, Kuwait, UAE, dan Qatar. Kelihatannya matahari mulai tenggelam, rasanya sudah waktunya kita harus istirahat”, katanya memberikan isyarat untuk mengakhiri obrolan sore itu.
“Jam berapa besok kembali ?”, tanyaku mencari cara untuk menanyakan sejumlah hal yang masih tergantung di kepala.
“Pak Menteri meninggalkan Barcelona langsung ke Riyadh, sedangkan saya bersama Dubes ke Madrid naik kereta cepat. Saya ingin melihat Kota Madrid mumpung sudah di sini, keesokan harinya saya baru balik”, katanya sambil berdiri.
“Bagaimana jika besok saya traktir makan siang di tempat langganan saya yang saya yakin anda akan menyukainya”, kataku merayu.
“Boleh, asal tidak melewati pukul 15.00 karena saya naik kereta yang pukul 18.00”.
BERSAMBUNG
EDITOR: REYNA
Baca seri sebelumnya:
Seri-7: Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Seri-7): Kolaborasi Untuk Negeri
Seri-6: Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Seri-6): Harta Karun Yang Belum Digali
Seri-5: Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Seri-5): Desa Penglipuran
Seri-4: Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Seri-4): Wisata Berwawasan Lingkungan
Novel karya Dr Muhammad Najib yang lain dapat dibaca dibawah ini:
1) Di Beranda Istana Alhambra (1-Mendapat Beasiswa)
2)Novel Muhammad Najib, “Bersujud di Atas Bara” (Seri-1): Dunia Dalam Berita
3)Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-1): Meraih Mimpi
Related Posts

Novel “Imperium Tiga Samudra” (9) – Prometheus

Novel Imperium Tiga Samudra (8) – Horizon 3

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Novel Imperium Tiga Samudara (7)- Kapal Tanker di Samudra Hindia

Novel: Imperium Tiga Samudra (6) – Kubah Imperium Di Laut Banda

Seni Tergores, Komunitas Bangkit: Bagaimana Dunia Seni Indonesia Pulih Usai Protes Nasional

Imperium Tiga Samudra (5) — Ratu Gelombang

Seri Novel “Imperium Tiga Samudra” (4) – Pertemuan di Lisbon

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 3) – Penjajahan Tanpa Senjata

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam




No Responses