Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Seri-5): Desa Penglipuran

Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Seri-5): Desa Penglipuran
Dr Muhammad Najib, Duta Besar RI untuk Kerajaan Spanyol dan UN Tourism

Jika merujuk pada Al Qur’an secara benar, maka kita tidak saja menemukan betapa kitab suci ini memberikan penghargaan yang sangat tinggi terhadap akal manusia. Logika dan berfikir menjadi proses untuk memahami ciptaanNya yang akan bermuara pada mengimani keberadaanNya. Dengan kata lain antara hati dan otak atau antara keyakinan dan fikiran bukan saja seharusnya berjalan seiring, lebih dari itu seharusnya saling menopang dan saling melengkapi. Jika muncul ketidak serasian atau ketidak sinkronan diantara keduanya, maka kita harus introspeksi diri, mungkin saja ilmu yang terakumulasi di kepala belum cukup atau perkembangan sain dan teknologi belum menjangkau atau pemahaman kita terhadap ayat-ayat Al Qur’an keliru.

Novel ini berkisah seputar masalah ini.

Karya: Dr Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UN Tourism

================================

SERI-5: DESA PENGLIPURAN

World Tourism day ke-42 disepakati untuk dilaksanakan di Indonesia. Proposal Indonesia sebagai tuan rumah mengalahkan banyak proposal yang masuk yang berasal dari berbagai negara yang juga ingin menjadi tuan rumah. Kementrian Parekraf memilih lokasi acara di Hotel Hyatt Nusa Dua, Bali, untuk melaksanakan hajatan ini. Seperti sudah menjadi kebiasaan Aku dan sejumlah panitia dari kantor UN Tourism di Madrid diminta berangkat lebih awal untuk mempersiapkan segala sesuatunya.

Acara dimulai dengan welcoming diner dengan tari, gamelan, serta berbagai atraksi kesenian Bali baik yang tradisional maupun yang sudah dimodifikasi dan mendapatkan sentuhan pop atau kontemporer. Aku duduk tidak jauh dari meja utama dimana Sekjen UN Tourism duduk bersama Menparekraf, Gubernur Bali, dan beberapa mentri pariwisata yang berasal dari sejumlah negara. Aku perhatikan wajah Sekjen sangat puas dan antusias mengikuti atraksi demi atraksi yang dipentaskan.

Puncak acara berupa penganugrahan Award dari Sekjen UN Tourism kepada Menparekraf atas keberhasilan Desa Nglanggran yang berada di Yogyakarta sebagai pemenang dengan kriteria destinasi wisata yang mengandalkan keunikan alam yang dikembangkan sebagai destinasi wisata dengan memberikan sentuhan budaya serta kearifan lokal yang dimilikinya.

Hari kedua diisi dengan pertemuan dari seluruh peserta dilanjutkan dengan kunjungan ke sejumlah destinasi wisata yang berada di sekitar kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Hari ketiga yang merupakan hari terakhir digunakan untuk mengunjungi Desa Penglipuran yang berada di Kabupaten Bangli. Aku merasa inilah puncak acara dari seluruh rangkaian kegiatan Mr.Zarif yang didampingi istrinya selama berada di Pulau Dewata.

Kedatangan Mr.Zarif dan rombongan disambut dengan prosesi pengalungan bunga yang dirangkai dari bunga kamboja berwarna putih bersih yang dibagian dalamnya kekuning-kuningan yang dilakukan oleh sepasang remaja setempat yang berpakaian adat. Selanjutnya rombongan disambut dengan tarian selamat datang yang dilakukan oleh anak-anak perempuan yang masih duduk di bangku SD, diiringi dengan tabuhan gamelan yang menarik perhatian seluruh delegasi.

Berikutnya sesi foto bersama di depan pura yang menjadi tempat ibadah utama warga setempat. Mereka diatur untuk berdiri di anak tangga pintu masuknya. Setelah itu pemandu dengan menggunakan Bahasa Inggris yang kental dialek setempat menjelaskan berbagai hal terkait desa mereka. Aku berusaha untuk mendekat agar bisa mendengarkan hal-hal penting terkait desa yang unik dan menarik ini.

Rombongan berjalan menelusuri jalan utama desa ini terus diiringi gamelan yang mengikuti di belakangnya, sementara pemandu terus menjelaskan berbagai aspek desa ini seperti, rumah-rumah tradisional yang tetap dipertahankan sebagaimana aslinya. Rumah-rumah penduduk sebagian difungsikan sebagai home stay yang bisa ditempati para tamu yang ingin bermalam di desa ini. Sebagian difungsikan sebagai tempat untuk menjual beraneka macam buah yang tumbuh di sini dan sayur yang ditanam warga. Jalan menurun mengikuti kontur tanahnya yang miring dimana sebagiannya dibuat tangga menambah keindahannya, diikuti dengan penataan lingkungan yang bersih dan hijau membuat para tamu yang datang terus berdecak kagum.

Desa Penglipuran Bali: Tata Ruang Desa Berkonsep Tri Mandala

Acara diakhiri dengan menikmati suguhan di Balai Desa. Selain berbagai macam buah-buahan segar yang baru dipetik juga disajikan ubi jalar yang ditumbuk dan diberi gula aren sebagai pemanis, ditaburi kelapa yang di parut di bagian puncaknya, disajikan di atas anyaman bambu yang diberikan daun pisang di bagian alasnya, masyarakat setempat menyebutnya jaje lempog. Beberapa tamu nampak sangat tertarik dengan suguhan ini baik dari rasa maupun cara menyajikannya.

Aku memanfaatkan kesempatan santai ini untuk mendekati pemandu yang sebelumnya selalu mengambil posisi di sebelah Sekjen UN Tourism. Aku lalu menyapanya: “Bahasa Inggrisnya bagus dan bisa difahami. Bapak belajar dimana ?”, kataku mengapresiasi.

“Saya cuma sempat kursus sebentar di Denpasar, kemudian kerja di losmen kecil sebagai pramusaji, kemudian menikah dengan gadis Australia yang sering datang ke losmen kami”, katanya sambil menundukkan wajahnya dan tampak tidak ingin melanjutkan ceritanya.

“Sempat diajak ke Australia ?”, kejarku penasaran ingin mendengar kelanjutannya.

“Ya saya sempat tinggal di Sydney tetapi tidak lebih dari satu tahun, lalu saya pulang dan mengabdi di desa ini”.

“Istri Bapak ?”.

Sambil tersenyum pahit ia menjawab: “ia tetap tinggal di Sydney”.

“Punya anak ?”.

Ia hanya menggelengkan kepalanya, sambil mengatakan : “Saya sudah menikah lagi dengan gadis setempat yang memberikan dua orang anak yang sekarang sudah duduk di bangku SD, tadi bersama teman-temannya ikut menyambut kedatangan tamu-tamu”.

“Maaf kalau tidak berkenan dengan pertanyaan-pertanyaan saya”, kataku.

“Tidak apa-apa, kita kan dianjurkan untuk berkenalan dengan banyak orang agar rejeki kita murah”, katanya sambil tersenyum.

“Sejak kapan desa ini menjadi destinasi wisata ?”, kataku melanjutkan dialog

“Desa adat ini tidak pernah direncanakan menjadi destinasi wisata. Ceritanya dimulai tahun 1995 saat desa ini mendapatkan penghargaan Kalpataru karena dinilai berhasil menjaga dan melindungi hutan bambu, karena pada saat bersamaan kebanyakan penduduk desa menebang hutan bambunya untuk memenuhi kebutuhan ekonominya”.

Hutan Bambu Desa Penglipuran yang jadi Pelindung Desa

“Di sini bambu dibuat apa ?”, tanyaku ingin tahu.

“Untuk sangkar atau kurungan ayam, untuk pagar rumah yang masyarakat setempat menyebutnya bedek, untuk tangga, lalu yang besar-besar bisa untuk kursi, tempat tidur, lemari, dan macam-macamlah yang penting bisa menghasilkan uang”.

“Adakah keyakinan agama atau nilai-nilai yang melandasinya yang membuat masyarakat di sini bukan saja tidak menebang bambu tetapi juga merawat semua jenis tanaman yang tumbuh sehingga desa ini terasa hijau dan sejuk ?”.

“Dalam ajaran agama Hindu Bali ada yang dikenal dengan istilah: Tri Hita Kirana yaitu bagaimana Kami diharuskan untuk menjaga hubungan yang harmoni dengan Tuhan, manusia, dan lingkungan”, katanya.

“Lalu bagaimana ceritanya sampai menjadi destinasi wisata ?”, tanyaku penasaran.

“Semuanya berproses secara alamiah. Menurut para pakar di Universitas Udayana, katanya turis-turis mulai bosan dengan hiruk-pikuk Kute, Seminyak, Sanur atau tempat-tempat lain yang menjadi andalan wisata di Bali. Selain itu hotel-hotel besar yang mengandalkan kemewahan dirasa sudah mulai monoton. Sejumlah turis kemudian mencari destinasi yang lebih alami, suasana tenang, dan bisa melihat budaya masyarakat yang lebih orisinil. Dulu para turis yang datang tidak banyak tetapi semakin lama semakin banyak. Sejak saat itulah muncul ide-ide untuk menjadikannya sebagai sumber ekonomi warga”.

“Kegiatan masyarakat di sini sebelumnya apa “.

“Sampai sekarang masih bertani, berkebun, dan berternak. Hanya sebagian yang menekuni pariwisata. Akan tetapi semakin lama semakin banyak yang beralih profesi”

“Adakah bantuan pemerintah ?”

“Dari kabupaten maupun dari provinsi berupa bimbingan dan penyuluhan, sekarang mulai ada tawaran modal dengan bunga ringan atau bantuan dana untuk kas desa”.

“Menurut Bapak apa rahasia keberhasilan desa ini sehingga mendapatkan banyak penghargaan di tingkat global?”.

“Disamping alamnya yang indah dan hijau, seni dan budayanya, juga keramahan masyarakatnya”.

“Adakah yang lainnya ?”

“Setelah banyak turis yang datang kesini, kami diajari meningkatkan kebersihan lingkungan termasuk rumah-rumah penduduk, kemasan makanan harus mengikuti standar masyarakat kota khususnya yang berada di luar negri. Sampai saat ini kami terus belajar dan meningkatkannya, termasuk menghindari penggunaan bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan, dan mengutamakan penggunaan bahan-bahan alami yang mudah diserap bumi”.

“Maaf sampai lupa tanya nama”.

“I Nyoman Linggih”

“Sukseme Beli Nyoman !”, kataku berterimakasih dan pamitan bersamaan dengan para rombongan yang sudah mulai bergerak ke Bus untuk kembali ke hotel tempat menginap.

Di dalam bus Aku melamun seandainya Sumbar dengan potensi alamnya dan tradisinya yang unik berbasis pada nilai-nilai kearifan lokal yang kental dengan ajaran Islam dikembangkan, maka bukan mustahil tidak akan kalah dengan Penglipuran. Begitu juga Aceh, Banjarmasin, Samarinda serta wilayah-wilayah lain, sehingga bisa menjadi alternatif destinasi wisata bagi turis-turis asing maupun lokal yang mencari ketenangan alami dan ingin melihat orisinalitas seni dan budaya masyarakat Indonesia yang sangat kaya dan warna-warni.

BERSAMBUNG

EDITOR: REYNA

Baca seri sebelumnya:

SERI-3 Klik : Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Seri 3): Kompromi

SERI-4 Klik : Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Seri-4): Wisata Berwawasan Lingkungan

Baca Juga novel-novel karya Dr Muhammad Najib lainnya:

1) Klik: Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-1): Meraih Mimpi

2) Klik: Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-1): Kembali ke Madrid

3) Bersujud Diatas Bara, Klik: https://www.zonasatunews.com/sosial-budaya/muhammad-najib-bersujud-di-atas-bara-seri-1-dunia-dalam-berita/

4) Di Beranda Istana Alhambra, Klik : https://www.zonasatunews.com/sosial-budaya/di-beranda-istana-alhambra-1-mendapat-beasiswa/

Last Day Views: 26,55 K