OPINI – Pergeseran keamanan Turki: Peran baru dalam pertahanan Eropa dimulai di Balkan Barat

OPINI – Pergeseran keamanan Turki: Peran baru dalam pertahanan Eropa dimulai di Balkan Barat
Presiden Turlki Recep Tayyip Erdogan

Oleh: Talha Ozturk
Penulis adalah Manajer Berita BCS di Anadolu.

Erdogan secara konsisten membingkai peran negaranya sebagai mitra yang saling menguntungkan, menawarkan bantuan keamanan dan kerja sama ekonomi sambil menegaskan kebutuhan strategis Turki untuk stabilitas jangka panjang Eropa

Turki sedang menguji tugas keamanan utamanya yang pertama di Balkan Barat — wilayah yang semakin tidak stabil di mana pengaruh eksternal membentuk keseimbangan kekuatan yang rapuh

Turki menegaskan dirinya sebagai pemain keamanan di Eropa, perannya di Balkan Barat telah membentuk dinamika regional. Sementara Turki menampilkan dirinya sebagai penstabil, ketegangan yang mengakar di Kosovo dan Republika Srpska terus menantang masa depan kawasan tersebut

ISTANBUL – Pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan baru-baru ini tentang keamanan Eropa telah memicu diskusi di ibu kota negara-negara Barat, namun implikasinya kurang mendapat perhatian di Balkan. Namun, justru di kawasan yang secara historis diperebutkan ini—di mana Timur dan Barat telah lama berselisih—Turki berupaya mendefinisikan ulang perannya dalam kerangka pertahanan Eropa.

Setelah pengumuman Presiden AS Donald Trump tentang pengurangan jejak militer Amerika di Eropa, Erdogan bergerak cepat untuk membingkai Turki sebagai pilar utama keamanan kontinental, dengan menyatakan bahwa keamanan sejati di Eropa membutuhkan integrasi penuh Turki ke dalam kerangka UE. Jauh dari sekadar retorika, pernyataan ini mencerminkan perubahan yang diperhitungkan dalam kebijakan luar negeri dan pertahanan Turki. Selama beberapa bulan terakhir, Erdogan telah terlibat dalam pertemuan diplomatik tingkat tinggi, termasuk dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk, yang menandakan semakin besarnya kepentingan Turki dalam stabilitas regional. Sebuah foto Erdogan yang beredar luas sambil memegang payung untuk Zelenskyy telah ditafsirkan oleh beberapa pihak sebagai isyarat simbolis dari meningkatnya aspirasi kepemimpinan Turki dalam keamanan regional, yang menggambarkan Turki sebagai pelindung negara-negara yang rentan dalam menghadapi keraguan Eropa.

Sementara itu, ketika Jerman, Prancis, dan Italia terus kurang berinvestasi dalam kapasitas militer mereka, ketergantungan UE pada pasukan NATO dan AS tetap terlihat jelas. Di sinilah Turki turun tangan. Erdogan secara konsisten membingkai peran negaranya sebagai mitra yang “saling menguntungkan”, menawarkan bantuan keamanan dan kerja sama ekonomi sambil menegaskan kebutuhan strategis Turki untuk stabilitas jangka panjang Eropa.

Peran Turki yang semakin meluas di Balkan

Di luar Eropa Barat, Turki tengah menguji tugas keamanan utamanya yang pertama di Balkan Barat—wilayah yang semakin tidak stabil di mana pengaruh eksternal membentuk keseimbangan kekuatan yang rapuh. Turki telah memperluas kehadiran militernya secara signifikan di Kosovo, memperkuat hubungan melalui program pelatihan dan kolaborasi pertahanan. Momen penting dalam hubungan yang semakin berkembang ini datang dengan pendirian pabrik amunisi di Kosovo, yang mengukuhkan Turki sebagai mitra keamanan jangka panjang. Selain itu, akuisisi terbaru Kosovo atas pesawat nirawak buatan Turki—yang sebelumnya digunakan dalam konflik seperti perang Nagorno-Karabakh Azerbaijan dan perlawanan Ukraina terhadap Rusia—menunjukkan keterlibatan Turki yang lebih dalam dalam perencanaan pertahanan di wilayah tersebut.

Serbia telah memperhatikan hal ini. Dalam video TikTok yang viral, Presiden Serbia Aleksandar Vučić bercanda membandingkan kumis tukang cukurnya dengan kumis pengawal Erdogan, sambil tertawa, dan menambahkan bahwa tukang cukur itu selalu bertanya, “Apakah Anda percaya pada saya?” saat ia mencukur kumis di dekat lehernya. “Tentu saja,” jawab Vučić, “Anda mengingatkan saya pada pengawal teman saya—bagaimana mungkin saya tidak percaya pada Anda?” Meskipun lucu, komentar tersebut mencerminkan kenyataan yang lebih dalam: Kehadiran militer dan diplomatik Turki menjadi faktor yang tidak dapat dihindari dalam lanskap politik kawasan tersebut.

Serbia-Kosovo: Garis patahan antara Timur dan Barat

Inti dari keterlibatan Turki di Balkan adalah perselisihan Serbia-Kosovo yang sudah berlangsung lama—salah satu tantangan geopolitik paling persisten di Eropa. Sementara Kosovo mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 2008, Serbia terus menolak kedaulatannya, yang menyebabkan konfrontasi politik yang berulang. Perselisihan ini semakin rumit karena dinamika kekuatan eksternal: Kosovo menikmati dukungan kuat dari AS dan NATO, sementara Serbia mempertahankan hubungan dekat dengan Rusia, memposisikan dirinya sebagai sekutu utama Moskow di Balkan. Hubungan yang semakin erat antara Turki dengan Kosovo menempatkannya pada posisi yang signifikan secara strategis—menjembatani kesenjangan antara kepentingan yang berpihak pada NATO dan masalah keamanan regional. Namun, setiap perubahan dalam keseimbangan kekuatan, baik melalui peningkatan pengaruh Barat di Kosovo atau keberpihakan Serbia yang berkelanjutan dengan Rusia, berpotensi meningkatkan ketegangan regional.

Republika Srpska dan Kosovo: Paradoks strategi politik

Di luar poros Serbia-Kosovo, perkembangan kompleks lain tengah berlangsung di Bosnia dan Herzegovina, khususnya di dalam entitas Republika Srpska (RS) yang mayoritas penduduknya adalah orang Serbia. Di permukaan, RS dan Kosovo mungkin tampak sangat bertolak belakang—yang satu ingin memisahkan diri dari Bosnia, yang lain ingin mendapatkan pengakuan yang lebih luas. Namun, strategi mereka saling mencerminkan satu sama lain dalam cara yang nyata. Pemerintah Kosovo, yang didominasi oleh etnis Albania, telah mengupayakan integrasi yang lebih besar ke dalam lembaga-lembaga Barat sambil secara sistematis mengurangi pengaruh Serbia di dalam perbatasannya. Langkah-langkah seperti membatasi pemerintahan Serbia, meningkatkan kontrol perbatasan, dan menggabungkan wilayah-wilayah yang mayoritas penduduknya adalah orang Serbia ke dalam lembaga-lembaga pusat menggambarkan strategi ini.

Sebaliknya, kepemimpinan RS di Banja Luka telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan otonominya dari Bosnia dan Herzegovina, dengan beberapa pemimpin secara terbuka menganjurkan pemisahan diri dan penyatuan dengan Serbia. Sementara Kosovo berusaha menjauhkan diri dari pengaruh Serbia, RS secara aktif memperkuat hubungannya dengan Beograd, secara terbuka menantang pemerintah pusat Bosnia. Paradoks ini menyoroti keretakan geopolitik yang dalam di Balkan, tempat manuver politik dipengaruhi oleh perebutan kekuasaan global. AS dan UE dengan tegas mendukung kedaulatan Kosovo, sementara Rusia dan Serbia mendukung dorongan RS untuk otonomi yang lebih besar.

Krisis politik yang meningkat di RS

Ketegangan di Bosnia telah mencapai titik puncak baru. Titik api terbaru muncul ketika Presiden RS Dodik mengumumkan pembentukan pasukan polisi perbatasan yang terpisah—sebuah langkah yang ditafsirkan oleh banyak orang sebagai langkah menuju pemisahan diri. Dodik mengklaim tindakan tersebut memulihkan kedaulatan RS atas perbatasannya, yang telah dibatasi oleh perjanjian internasional pada tahun 2000. Pengumuman tersebut menuai peringatan keras dari para pemimpin Eropa yang khawatir tentang integritas teritorial Bosnia. Secara paralel, hukuman Dodik baru-baru ini berupa hukuman penjara satu tahun dan larangan enam tahun untuk memegang jabatan, karena menentang lembaga-lembaga pusat Bosnia, hanya memicu ketidakstabilan lebih lanjut. Sementara itu, pengunduran diri Darko Ćulum, direktur Badan Investigasi dan Perlindungan Negara Bosnia (SIPA), menandakan semakin lebarnya jurang pemisah dalam kerangka keamanan Bosnia.

Langkah diplomatik Turki di Bosnia

Seiring dengan semakin dalamnya krisis politik, Turki telah turun tangan sebagai perantara diplomatik. Dalam perkembangan yang mengejutkan, anggota Kepresidenan Bosnia Denis Bećirović mengunjungi Presiden Erdogan untuk meminta dukungan Ankara dalam melawan agenda separatis Republika Srpska. Kunjungan tersebut memicu kembali perdebatan politik di Sarajevo—terutama di antara faksi-faksi Bosniak—tentang sejauh mana dan sifat peran Turki. Beberapa kritikus berpendapat bahwa jangkauan Bećirović mengikuti warisan mendiang pemimpin Bosniak Alija Izetbegović, yang mempertahankan hubungan dekat dengan Turki. Yang lain melihatnya sebagai pengakuan bahwa stabilitas regional semakin bergantung pada keterlibatan Turki. Pertemuan tersebut juga telah menghidupkan kembali diskusi tentang proposal yang sebelumnya diajukan yang melibatkan Presiden Kroasia Zoran Milanović dan Milorad Dodik, yang menyarankan agar para pemimpin Kroasia, Serbia, dan Turki bertindak sebagai mediator dalam krisis yang sedang berlangsung di Bosnia. Gagasan tersebut sebelumnya ditolak oleh faksi-faksi politik Bosnia, tetapi pendekatan Bećirović menandakan adanya potensi perubahan strategi.

Selama kunjungan tersebut, Erdogan menegaskan kembali dukungan Turki terhadap kedaulatan Bosnia dan integrasi Euro-Atlantiknya. Namun, kebungkamannya terhadap tindakan Vučić dan Dodik menunjukkan bahwa Turki dengan hati-hati menavigasi perannya yang semakin besar di Balkan, menyeimbangkan diplomasi dengan kepentingan strategisnya yang lebih luas. Saat Turki menegaskan dirinya sebagai pemain keamanan di Eropa, peran pertamanya di Balkan Barat telah membentuk dinamika regional. Sementara Ankara menampilkan dirinya sebagai kekuatan yang menstabilkan, ketegangan yang mengakar di Kosovo dan RS terus menantang masa depan kawasan tersebut. Dengan aliansi yang terus berubah dan konflik yang belum terselesaikan, langkah Turki ke pertahanan Eropa dapat berkontribusi pada stabilitas jangka panjang—atau mengurung Balkan dalam siklus persaingan geopolitik lainnya. Pertanyaan utamanya tetap: Akankah integrasi strategis Turki ke dalam arsitektur pertahanan Eropa mendorong stabilitas jangka panjang? Sebuah prospek yang layak direnungkan.

*Pendapat yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis sendiri dan tidak mencerminkan kebijakan editorial Anadolu/Zonasatu

SUMBER: ANADOLU
EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K