OVIEDO, SPANYOL – Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell pada hari Jumat (19/1) mengatakan bahwa komunitas internasional harus “mengintervensi secara kuat” dalam konflik Israel-Palestina.
“Jika kita tidak melakukan…benih-benih kebencian yang ditanam di Gaza akan tumbuh dan spiral kebencian dan kekerasan akan terus berlanjut dari generasi ke generasi, pemakaman demi pemakaman,” kata Borrell di Universitas Valladolid, tempat dia diberi kesempatan untuk melakukan hal tersebut, saat menerima gelar doktor kehormatan, seperti dilaporkan Anadolu Agency.
Dia mengatakan upaya perdamaian terakhir yang solid terjadi pada Perjanjian Oslo 30 tahun yang lalu, namun baik Israel maupun Palestina tidak memiliki dukungan yang cukup pada saat itu. Dia menambahkan bahwa ini adalah kesalahan komunitas internasional karena hampir tidak ada tindakan yang dilakukan sejak saat itu.
“Jadi apa yang harus dilakukan? Kapan dan bagaimana melakukannya? Tidak ada yang punya jawabannya. Kami pikir solusi dua negara harus diterapkan dari luar sehingga akan ada perdamaian,” kata Borrell.
Dia juga mengkritik pemerintah Israel dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu karena “secara pribadi memboikot” solusi dua negara selama tiga dekade terakhir.
“Untuk menghentikannya (negara Palestina) mereka sendiri bahkan mendirikan Hamas. Ya, Hamas dibiayai oleh pemerintah Israel untuk mencoba melemahkan Otoritas Palestina dan Fatah,” ujarnya.
Mengakui bahwa UE pun sangat terpecah dalam masalah ini, Borrell mendesak negara-negara yang kurang mendukung solusi dua negara untuk memikirkan kepentingan mereka sendiri.
Awalnya Washington Post menuduh
Bahkan, dalam laporan The Washington Post, Netanyahu dianggap banyak pengamat sengaja “melindungi” Hamas. Netanyahu, memimpin pemerintahan Israel tanpa terputus antara tahun 2009 dan 2020 . Ia kemudian kembali berkuasa pada bulan Desember 2022.
Sebenarnya, ia telah berulang kali bersumpah untuk menghancurkan Hamas selama masa jabatannya. Namun di sisi lain, Netanyahu malah menerapkan kebijakan yang membantu kelompok tersebut mempertahankan cengkeramannya atas Gaza, lapor media AS tersebut.
“Ini adalah aliansi aneh yang telah berakhir,” kata sejarawan Israel Adam Raz, yang telah mempelajari hubungan antara perdana menteri dan kelompok militan tersebut, dimuat media itu, dikutip Senin (27/11/2023).
“Hamas tidak akan menjadi pemerintah Gaza. Dan saya pikir kita dapat berasumsi bahwa Netanyahu mendekati akhir karir politiknya (dengan adanya Hamas),” tambahnya.
Dalam 10 tahun terakhir misalnya, ujar Raz, Netanyahu telah berupaya memblokir segala upaya untuk menghancurkan Hamas di Gaza selama ia memimpin. Padahal, kedua Belah pihak hampir mencapai pemulihan hubungan pada tahun 2018.
Kabinet perdana menteri itu menyetujui transfer uang dari Qatar yang digunakan untuk membayar gaji publik di Gaza. Termasuk memperbaiki infrastruktur lokal, dan bahkan mendanai operasi Hamas.
Tujuan dari kebijakan Netanyahu diduga untuk memecah belah rakyat Palestina. Dengan membiarkan Hamas menguasai Gaza dan membiarkan saingannya dari Otoritas Palestina menguasai Tepi Barat.
Politisi tersebut dilaporkan menganggap Hamas berguna dalam menghentikan proses perdamaian Israel-Palestina. Bahkan, berguna untuk mengganggu pembentukan negara Palestina.
“Tanpa kepemimpinan yang bersatu, Bibi (sebutan Netanyahu) bisa mengatakan bahwa dia tidak bisa melanjutkan perundingan perdamaian,” kata seorang jajak pendapat dan analis politik Israel, Dahlia Scheindlin.
“Hal ini memungkinkan dia untuk berkata, ‘Tidak ada orang yang bisa diajak bicara’,” tegasnya.
Ini pun dilihat oleh penulis biografi Netanyahu, Anshel Pfeffer. Dengan keberadaan Hamas dan situasi Palestina yang pecah belah, ia bisa mengesampingkan “pertanyaan Palestina” sejak ia menjabat
Kantor Netanyahu bantah
Kantor Netanyahu menolak memberikan siapa pun untuk memberikan tanggapan mengenai hal tersebut. Namun seorang pejabat senior pemerintah yang enggan disebutkan namanya membantah bahwa Netanyahu pernah menerapkan kebijakan untuk mempertahankan kekuasaan Hamas.
“Dia adalah perdana menteri yang paling banyak dikutip dalam sejarah, dan saya rasa Anda tidak akan menemukan satu pun pernyataannya yang melobi untuk memperkuat Hamas,” kata pejabat itu.
“Yang terjadi justru sebaliknya. Dia memukul Hamas lebih keras dari perdana menteri mana pun dalam sejarah. Dia memimpin tiga operasi militer skala besar melawan Hamas pada tahun 2012, 2014 dan 2021,” tambahnya.
“Dia memang belum (mampu) menghancurkan Hamas, yang merupakan perintah kabinet perangnya (Pasukan Pertahanan Israel) setelah kekejaman 7 Oktober,” kata pejabat itu merujuk ke serangan balasan Hamas yang menjadi alasan perang baru Israel ke Gaza.
“Itulah yang sedang dilakukan IDF saat ini,” ujarnya meyinggung penghancuran Hamas.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah bersumpah untuk terus berperang di Gaza sampai Hamas hancur. Ia bahkan menentang seruan global untuk melakukan gencatan senjata.
Netanyahu bertekad hancurkan Hamas
Netanyahu (Bibi) yang mengunjungi pasukan Israel di Gaza utara, mengatakan kepada anggota parlemen dari Partai Likud bahwa perang masih jauh dari selesai. Ia menolak apa yang disebut sebagai spekulasi media bahwa pemerintahnya mungkin akan menghentikan pertempuran tersebut.
“Kami tidak akan berhenti. Perang akan terus berlanjut hingga akhir, hingga kami menyelesaikannya, tidak kurang dari itu,” kata Netanyahu, seperti dikutip Reuters.
Netanyahu juga mengatakan Israel tidak akan berhasil membebaskan sisa sandera yang ditahan oleh Hamas tanpa menerapkan tekanan militer.
Dalam sebuah opini di Wall Street Journal pada Senin (25/12/2024) Netanyahu menegaskan kembali tiga prasyarat perdamaian: Hamas harus dihancurkan, Gaza harus didemiliterisasi, dan masyarakat Palestina harus dideradikalisasi.
Editor: Reyna
Related Posts

Laporan rahasia AS menemukan ‘ratusan’ potensi pelanggaran hak asasi manusia Israel di Gaza

Prancis dan Spanyol menuntut pembatasan hak veto PBB untuk memastikan keadilan di Gaza

Mesir sepakat dengan Iran, AS, dan IAEA untuk melanjutkan perundingan guna menemukan solusi bagi isu nuklir Iran

Kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mencalonkan diri sebagai Sekretaris Jenderal PBB

Laporan PBB: Sebagian besar negara gagal dalam rencana iklim yang diperbarui

Rencana Tersembunyi Merobohkan Masjidil Aqsa, Klaim Zionis Menggali Kuil Sulaiman, Bohong!

Umat Islam Jangan Diam, Israel Mulai Menjalankan Rencana Jahatnya: Merobohkan Masjid Al Aqsa

Wakil Ketua Komisi I DPR Sukamta : Mr Trump, Tidak Adil jika Pejuang Palestina Dilucuti Senjatanya Sementara Israel Dibiarkan Menembaki Gaza

AS Tolak Peran Hamas dan UNRWA di Gaza, Blokade Bantuan Israel Berlanjut

Pemerintahan Trump akan membuka suaka margasatwa Alaska untuk pengeboran




No Responses