JAKARTA – Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Yahya Zaini meminta Pemerintah RI melakukan nota protes kepada Pemerintah Malaysia atas kasus penembakan 5 Pekerja Migran Indonesia yang terjadi Jumat (24/01/25). Nota protes diplomatik tersebut penting dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang kembali di masa depan.
“Kita mengetahui 5 Pekerja Migran Indonesia ditembak oleh Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) disekitar Tanjung Rhu, Selangor, karena diduga keluar dari wilayah Malaysia secara ilegal. Akibat kejadian tersebut satu orang PMI meninggal dunia sementara 4 orang lainnya mengalami luka-luka,” ujar Yahya dalam keterangannya, Rabu (29/1/2025).
Menurut Yahya, pengakuan APMM bahwa Pekerja Migran Indonesia melakukan perlawanan tidaklah masuk akal. Mustahil PMI yang hendak pulang ke Indonesia membawa senjata tajam. Itu adalah alibi yang berlebihan dan perlu dibuktikan secara hukum. Pemerintah Indonesia harus tegas mendesak Kerajaan Malaysia untuk mengusut tuntas kasus tersebut secara transparan. Supaya diketahui duduk soal yang sebenarnya dan tidak terulang kembali di masa depan.
“Kasus penembakan serupa bukanlah hal yang pertama kali terjadi, tetapi merupakan yang ketiga kalinya. Pernah juga terjadi kasus serupa pada tahun 2012 dan 2014 terhadap PMI asal Lombok NTB,” terang Yahya.
Yahya juga meminta Kementerian Pekerja Migran Indonesia untuk meningkatkan perlindungan kepada PMI, khususnya yang ada di Malaysia. Karena disamping jumlahnya paling besar, kasus PMI unprosedural ke Malaysia juga paling banyak, mengingat jalan tikus masuk Malaysia pintunya lebih banyak dan lebih mudah. Masih banyaknya kasus unprosedural PMI keluar negeri merupakan bukti lemahnya pengawasan dan perlindungan terhadap mereka.
“Saya mengingatkan dengan peningkatan status menjadi Kementerian, KPMI harus lebih sigap dan waspada terhadap perlindungan PMI diluar negeri. Jadikan perubahan status menjadi Kementerian sebagai momentum untuk berbenah dan memperbaiki diri guna meningkatkan deteksi dini, pengawasan yang lebih terukur dan perlindungan secara lebih ketat. Segera bentuk atase PMI di negara-negara tujuan penempatan sebagai wujud political will untuk memberikan perlindungan yang baik bagi mereka,” tegas Yahya.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Aliansi Masyarakat Tirak Nilai Seleksi Perangkat Desa Cacat Hukum, Akan Bawa ke DPRD dan PN

Isolasi Dalam Sunyi – Gibran Akan Membeku Dengan Sendirinya

Pertalite Brebet di Jawa Timur: Krisis Kepercayaan, Bukan Sekadar Masalah Mesin

Ini 13 Ucapan Kontroversial Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa

Purbaya Yudhi Sadewa: Dari Bogor ke Kursi Keuangan — Jejak Seorang Insinyur yang Menjadi Ekonom Kontroversial

The Guardian: Ketika Bendera One Piece Jadi Lambang Perlawanan Generasi Z Asia

Kolaborasi Manusia Dan AI: Refleksi Era Digital di IdeaFest 2025

Digital Counter-Revolution: Mengapa Pemerintah Indonesia Berbalik Takluk pada Media Sosial?

Otonomi Yang Melayani : Menanggapi Cak Isa Anshori dengan Kacamata Tata Kelola Islam

Komik Edukasi Digital dari ITS Jadi “Senjata” Literasi Anak di Daerah Terpencil”



No Responses