Oleh : Agus Mualif Rohadi.
Mengapa Usai ?. Karena ada dua (2) perundingan terpisah.
1. Perundingan Amerika dengan Iran untuk program lanjutan fasilitas nuklir Iran.
2. Perundingan Hamas (baca : palestina barat di Gaza) dengan Israil untuk gencatan senjata (baca : damai sementara). Bukan perundingan antara Pemerintah Palestina dengan Israil. Pemerintah Palestina yg berkedudukan di westbank (baca : Palestina Timur di tepi barat sungai yordan) dalam perang yang baru berlalu itu, tidak pernah menyatakan perang dengan Israil.
Dari dua perundingan tersebut sdh dapat dibaca bahwa yang punya tujuan perang adalah :
1. Hamas di Gaza, dan
2. Iran.
Kalau kita rekonstruksi perang yang baru berlalu itu, kronologi peristiwa perangnya adalah :
1. Dimulai dari pertanyaan, mengapa tiba tiba Hamas menyerang wilayah Israil, mengambil sandera kemudian dibawa masuk ke Gaza. Jelas Hamas mengundang Israil untuk menyerang Gaza, sengaja memancing pasukan Israil masuk ke Gaza.
2. Iran. Ketika Hamas membawa sandera ke Gaza dan Israil mulai menyerang Gaza, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh langsung pergi ke Iran, membuat kerjasama dengan Iran. Sangat mungkin kunjungan itu hanya penegasan dari kerjasama sebelum perang. Terbukti persenjataan Hamas adalah dari Iran.
3. Ketika perang semakin berlanjut, muncul inisiatif dari Qatar untuk melakukan perundingan gencatan senjata. Tetapi perundingan gagal. Bahkan untuk gagal itu Ismail Haniyeh harus meninggal karena di bom di Teheran Iran. Siapa yg ngebom ? Jika Israil yang ngebom, itu adalah suatu hal yang biasa, tetapi koo di bom di Iran ? Apakah Iran bisa kebobolan intelejen Israil ? Koo bisa sampai menanam bon di rumah yang ditempati Ismail Haniyeh ? Big qustion yang hingga saat ini belum terjawab.
4. Ketika perundingan di Qatar gagal, perang semakin besar. Houti dan Hisbullah, dua proxi Iran ikut nimbrung perang. Jelas alasan untuk ikut perang yaitu pengeboman atas Ismail Haniyeh di Iran. Sekaligus Iran punya alasan untuk membantu proxinya.
5. Dalam kecamuknya perang yang semakin ganas dimana Israil menyerang semakin brutal diluar batas kemanusian di gaza itu, menlu Iran berkeliling ke Yordania dan Arab Saudi. Sedang Presiden Iran berunding dgn raja Oman. Tidak pernah terekspos materi perundingannya. Tetapi Iran menegaskan dalam pernyataannya agar Arab Saudi dan Yordan tidak mengganggu perangnya. Artinya perang kali ini adalah perangnya Iran dan Hamas melawan Israil. Bukan Negara negara teluk plus pemerintah Palestina melawan Israil. Negeri negeri ini dilarang Iran nimbrung ikut perang menyerang Israil. Mengapa demikian ?
6. Yang justru semakin intensif menyerang Israil adalah Hisbullah yang menyerang Israil di wilayah galilea dan Libanon Selatan. Houti mengganggu jalur ekonomi dan logistik di teluk Aden. Akibatnya pelabuhan Israil di Eliat di tutup, kapal kapal amerika dan eropa terganggu perjalanannya. Houti bukan Pemerintah Yaman, melakukan perang untuk menghambat dan memperlambat bantuan militer dan bantuan ekonomi untuk Israil. Kapal kapal yg punya kepentingan dengan arab saudi dan afrika timur yang melalui teluk Aden dan masuk laut merah tetap berjalan lancar.
7. Puncak perang Hamas vs Israil adalah ketika Iran melakukan 2 kali serangan. Serangan pertama adalah dengan drone. Serangan yang tidak serius. Serangan kedua adalah menyerang kota di Galilea dan Libanon Selatan dengan rudal balistik. Serangan yang lebih serius. Namun serangan yang tidak langsung membantu Hamas, tetapi lebih membantu Hisbullah. Serangan Iran efektif menurunkan tempo perang, dan akhirnya dicapai kesepakatan untuk melakukan dua (2) perundingan terpisah, perundingan antara Amerika dengan Iran dan Perundingan Hamas dengan Israil.
8. Meskipun perundingan belum selesai, namun perundingan itu telah menunjukkan tujuan perang tersebut
Apa tujuan perangnya ?
1. Bagi Hamas, adalah memperkuat posisi faksinya di Gaza negeri Palestina Barat, yang berbeda dengan posisi faksi Fatah dan lainnya yang posisinya di Palestina Timur di barat sungai Yordan.
Hamas telah muncul menjadi kekuatan tunggal di Gaza, tidak ada kekuatan faksi palestina lainnya di Gaza. Hamas telah memproklamirkan diri bahwa Gaza adalah negerinya Hamas. Sejak saat ini, Fatah dan faksi lainnya tidak akan bisa ikut campur di Gaza, untuk waktu yang panjang. Yang dibutuhkan Gaza adalah apa yg dibutuhkan Hamas. Dan itu didukung penuh oleh rakyat Palestina di Gaza.
2. Bagi Iran, dapat melanjutkan program pengembangan fasilitas nuklirnya yang unsur unsur fasilitas nuklir itu hanya bisa disediakan oleh Amerika, bukan dari Rusia atau negeri lain yang punya teknologi nuklir. Iran akan semakin tumbuh kuat sebagai negara yang sangat berpengaruh di Kawasan. Mulai sekarang, membicarakan nasib Palestina harus mengajak Iran. Tidak akan berguna pembicaraan tentang nasib Palestina ke depan tanpa melibatkan Iran.
Iran dan Hamas, telah mencapai tujuannya dalam perang kali ini, meskipun Hamas harus berkurban nyawa dan materi sangat besar di Gaza.
Bagi Hamas dan Iran, rekonstruksi Gaza dapat minta bantuan negara negara teluk, terutama dari Arab Saudi, UAE dan Qatar. Dan hal itu nampak kelihatan telah ada tanda tanda kesepakatan karena Mesir menjadi lokasi perundingan antara Hamas dengan Israil. Oleh karena itu, ketika berkecamuk perang, Iran minta kepada negara negara teluk agar tidak ikut perang. Bisa menggangu tujuan Iran untuk munculnya kekuatan bipolar pada negeri Palestina. Palestina Barat berafiliasi dengan Iran meskipun ada perbedaan aliran agama. Sedang Palestina Timur berafiliasi dgn Arab Saudi dan negeri teluk lainnya.
Sedang Israil hanya sebagai pihak yang diperalat oleh Hamas dan Iran untuk memperkuat kedudukan mereka baik di Palestina maupun di kawasan dan perundingan perundingan di PBB.
Arab Saudi, meskipun telah bersepakat dengan Iran namun iku dompleng perang untuk memperkuat persenjataannya. Iran telah mempersilahkan karena Menlu Iran telah menyatakan : ” sekarang saatnya negara negara teluk berpartisipiasi di Palestina “.
Arab Saudi perlu menegaskan posisinya sebagai salah satu kekuatan penyokong bipolar di Palestina. Harus berimbang kekuatan militernya dengan Iran yang telah membangun fasilitas nuklir, bahkan mungkin senjata nuklir.
Jadi siapa yang menang perang kali ini ?
Ke depan bagaimana ? Bagaimana prospek kemerdekaan Palestina ? Masih jauh membahas itu.
Jika merdeka, bisa jadi ada dua negera Palestina, yaitu
Palestina Barat (Gaza) dan Palestina Timur (tepi barat sungai Yordan/west bank).
Namun jika ada dua negeri Palestina, yang punya klaim atas Masjidil Aqsha bukanlah Palestina Barat (Gaza) tetapi Palestina Timur (tepi barat sungai Yordan/west bank). Karena letak masjidil Aqsha ada di Yerusalem timur, yang diklaim Palestina Timur sebagai ibu kota negerinya.
Kalau sampai terjadi ada 2 negara palestina, itu seperti mengulang terbentuknya negara Pakistan dan Bangladesh.
Namun hal itu masih sangat jauh. Entah kapan.
amr10052025.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Muhammad Taufiq Buka Siapa Boyamin Sebenarnya: Kalau Siang Dia LSM, Kalau Malam Advokad Profesional

Purbaya Dimakan “Buaya”

Pengakuan Kesalahan Oleh Amien Rais Dalam Amandemen Undang‑Undang Dasar 1945

Menemukan Kembali Arah Negara: Dari Janji Besar ke Bukti Nyata

Informaliti

Pasang Badan

Relawan Sedulur Jokowi Tegaskan Tetap Loyal Kepada Jokowi

Bobibos: Energi Merah Putih Dari Sawah Nusantara Yang Siap Guncang Dunia

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Patianrowo Nganjuk dan Komite Diduga Lakukan Pungli, Terancam Dilaporkan ke Polres Nganjuk



No Responses