Oleh: Soegianto, Fakultas Sain dan Teknologi UNAIR
Kekayaan sejati kita adalah waktu dan kebebasan. Uang hanyalah alat untuk menukar waktu tersebut. Namun, kita sering salah kaprah dan menganggap mata uang sebagai uang sejati. Padahal, mata uang sebenarnya hanya alat tukar yang dapat dicetak tanpa batas oleh Bank Indonesia, yang pada akhirnya merusak nilai kekayaan kita.
Mata Uang vs Uang
Mata uang adalah media pertukaran yang kita gunakan dalam transaksi sehari-hari, seperti rupiah, dolar, atau euro. Mata uang memiliki karakteristik seperti portabilitas, daya tahan, dapat dibagi, dan dapat dipertukarkan. Namun, mata uang tidak memiliki sifat penyimpanan nilai yang baik karena inflasi yang disebabkan oleh pencetakan berlebih oleh Bank Indonesia.
Di sisi lain, uang tidak hanya memiliki semua karakteristik mata uang tetapi juga mampu mempertahankan nilai dari waktu ke waktu. Emas dan perak adalah contoh uang sejati karena sifat-sifatnya yang langka, tidak dapat dirusak, dan memiliki nilai intrinsik yang stabil. Sejak zaman kuno, emas dan perak telah mempertahankan daya beli mereka, sementara ribuan mata uang fiat telah gagal.
Apa Itu Mata Uang Fiat?
Mata uang fiat adalah jenis mata uang yang nilai intrinsiknya tidak didukung oleh komoditas fisik seperti emas atau perak, melainkan oleh kepercayaan dan otoritas Bank Sentral sebuah negara yang menerbitkannya. Kata “fiat” berasal dari bahasa Latin yang berarti “biarlah terjadi,” yang menunjukkan bahwa mata uang ini memiliki nilai hanya karena Bank Sentral sebuah negara menyatakannya demikian.
Sejarah Mata Uang Fiat
Sejarah penggunaan mata uang fiat bisa ditelusuri kembali ke Tiongkok pada abad ke-11, tetapi penerapan yang lebih modern dimulai pada abad ke-20. Sebelum adanya mata uang fiat, banyak negara menggunakan sistem moneter berbasis emas atau perak, di mana nilai mata uang didukung oleh sejumlah tertentu dari logam mulia.
Pada tahun 1971, Presiden Richard Nixon mengakhiri standar emas untuk dolar AS, yang mengakhiri era Bretton Woods. Sejak saat itu, hampir semua mata uang di dunia menjadi fiat.
Karakteristik Mata Uang Fiat
Tidak Didukung oleh Komoditas Fisik: Mata uang fiat tidak didukung oleh cadangan emas atau perak. Nilainya berasal dari kepercayaan dan keyakinan masyarakat terhadap Bank Sentral sebuah negara yang mengeluarkan mata uang tersebut.
Dapat Dicetak Tanpa Batas: Bank Sentral sebuah negara dan bank sentral memiliki kekuasaan untuk mencetak uang fiat sebanyak yang mereka anggap perlu. Hal ini sering digunakan untuk menanggulangi krisis ekonomi atau mendanai pengeluaran Bank Sentral sebuah negara.
Rentan Terhadap Inflasi: Karena dapat dicetak tanpa batas, mata uang fiat rentan terhadap inflasi. Peningkatan jumlah uang yang beredar dapat mengurangi nilai mata uang tersebut, yang mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa.
Kelebihan dan Kekurangan Mata Uang Fiat
Kelebihan:
Fleksibilitas Moneter: Bank Sentral sebuah negara dapat dengan mudah mengatur pasokan uang untuk mengelola ekonomi, seperti menanggulangi resesi atau mengendalikan inflasi.
Stabilitas Ekonomi: Dengan tidak terikat pada cadangan emas, ekonomi dapat lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh fluktuasi harga komoditas.
Penggunaan yang Meluas: Mata uang fiat mudah digunakan dalam transaksi sehari-hari dan diterima secara luas dalam perdagangan internasional.
Kekurangan:
Risiko Inflasi: Pencetakan uang yang berlebihan dapat menyebabkan inflasi yang tinggi, mengurangi daya beli masyarakat.
Kurangnya Nilai Intrinsik: Karena tidak didukung oleh komoditas fisik, nilai mata uang fiat sepenuhnya bergantung pada kepercayaan masyarakat terhadap Bank Sentral sebuah negara dan ekonomi.
Potensi Penyalahgunaan: Bank Sentral sebuah negara yang tidak bertanggung jawab dapat mencetak uang berlebih untuk mendanai defisit anggaran, yang dapat menyebabkan hiperinflasi dan keruntuhan ekonomi.
Contoh Krisis Mata Uang Fiat
Banyak negara telah mengalami krisis mata uang fiat akibat inflasi yang tidak terkendali. Contoh terkenal adalah Jerman pada tahun 1920-an, di mana hiperinflasi menyebabkan nilai mata uang mark jatuh drastis. Contoh lainnya adalah Zimbabwe pada akhir 2000-an, di mana hiperinflasi mencapai tingkat yang sangat tinggi, mengakibatkan runtuhnya ekonomi dan penggunaan mata uang asing sebagai pengganti mata uang lokal.
Mata uang fiat memainkan peran penting dalam ekonomi modern, memberikan fleksibilitas dan stabilitas yang lebih besar dibandingkan dengan sistem moneter berbasis komoditas. Namun, penggunaan mata uang fiat juga membawa risiko inflasi dan ketidakstabilan jika tidak dikelola dengan baik.
Sejarah Penggunaan Emas dan Perak
Emas dan perak telah digunakan sebagai alat tukar sejak zaman Mesir kuno sekitar 5.000 tahun yang lalu. Meski saat itu belum menjadi uang sejati karena ukuran dan kemurniannya yang tidak seragam, emas dan perak mulai membentuk dasar dari sistem moneter. Di masa Yunani kuno, terutama di Athena, sistem moneter mulai lebih terstruktur dengan penggunaan koin yang lebih seragam.
Selama perang Peloponnesian, Athena mulai mencampur emas dan perak dengan logam kurang berharga untuk membiayai perang. Hal ini menyebabkan inflasi dan akhirnya keruntuhan ekonomi mereka. Ini adalah contoh awal dari penurunan kualitas mata uang dan dampak merusaknya.
Krisis Moneter Modern
Sistem Bretton Woods pasca Perang Dunia II mengikat mata uang global ke dolar AS, yang pada gilirannya didukung oleh emas. Ketika AS mencetak lebih banyak dolar daripada yang didukung oleh cadangan emas, negara-negara mulai menuntut emas sebagai ganti dolar, yang menyebabkan runtuhnya sistem ini pada tahun 1971.

Peluang dalam Krisis
Meskipun krisis moneter dapat menakutkan, setiap krisis juga membawa peluang. Mereka yang memahami perbedaan antara mata uang dan uang, dan yang berinvestasi dalam bentuk uang yang lebih stabil seperti emas dan perak, dapat melindungi dan bahkan meningkatkan kekayaan mereka selama masa-masa sulit. Seperti kata Winston Churchill, “semakin jauh Anda melihat ke masa lalu, semakin jauh Anda bisa melihat ke masa depan,” menekankan pentingnya belajar dari sejarah untuk mempersiapkan masa depan.
Analisa
Kita perlu menyadari bahwa mata uang yang kita gunakan sehari-hari sebenarnya tidak memiliki nilai yang bertahan lama dan rentan terhadap manipulasi oleh Bank Sentral sebuah negara. Sebaliknya, bentuk uang sejati seperti emas dan perak menawarkan perlindungan terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang. Dengan memahami sejarah dan mekanisme sistem moneter, kita dapat menempatkan diri di sisi yang benar dari transfer kekayaan yang besar ini.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Potret ‘Hutan Ekonomi’ Indonesia

Prof. Djohermansyah Djohan: Biaya Politik Mahal Jadi Akar Korupsi Kepala Daerah

Muhammad Taufiq Buka Siapa Boyamin Sebenarnya: Kalau Siang Dia LSM, Kalau Malam Advokad Profesional

Purbaya Dimakan “Buaya”

Pengakuan Kesalahan Oleh Amien Rais Dalam Amandemen Undang‑Undang Dasar 1945

Menemukan Kembali Arah Negara: Dari Janji Besar ke Bukti Nyata

Informaliti

Pasang Badan

Relawan Sedulur Jokowi Tegaskan Tetap Loyal Kepada Jokowi

Bobibos: Energi Merah Putih Dari Sawah Nusantara Yang Siap Guncang Dunia



No Responses