Perempuan Pilar Jagad, Pernah Dipenjara Karena Hutang 4 Miliar

Perempuan Pilar Jagad, Pernah Dipenjara Karena Hutang 4 Miliar
Siti Juriah Purwanti (Bunda Jujuk)

Reportase: Hamka Suyana
Motivator Cahaya Sasyuik

SOLO – Bunda Jujuk, panggilan akrab untuk perempuan bernama asli Siti Juriah Purwanti, SE. Ia kelahiran Solo, 69 tahun silam.

Dulunya, ia perempuan mapan berada di zona nyaman. Karier cemerlang sebagai dosen yang mengajar di Universitas 17 Agustus Semarang. Ia juga pernah meraih penghargaan bergengsi, Dosen Teladan Tingkat Nasional.

Selain itu, Bunda Jujuk sukses pula sebagai pengusaha. Ia memiliki perusahaan yang bergerak di bidang properti, elektronik, mobil, dan segala jenis usaha lainnya. Ia tergolong orang kaya. Hidup di zona nyaman.

Namun, roda kehidupan berputar begitu cepat. Garis nasib berubah 180⁰. Usahanya bangkrut total dengan sisa hutang Rp 4 miliar. Semua aset habis dijual, termasuk 7 buah rumah, 10 unit mobil dan aset lainnya. Namun, hutangnya masih Rp 2 miliar.

Waktu itu, ia sudah tidak memiliki aset untuk dijual. Satu-satunya penghasilan tinggal gajinya sebagai dosen Rp 5 juta per bulan.

Ia menuturkan. Andaikata sisa hutang Rp 2 miliar dibayar dengan dicicil Rp 5 juta per bulan, akan lunas 80 tahun kemudian. Padahal ketika terjerat hutang, usianya sudah 60 tahun. Secara logika, mustahil melunasi hutang. Akibat tidak bisa bayar hutang, ia masuk penjara.

Ilmu Langit

Menurut kalkulasi disiplin ilmu yang dikuasai sebagai Sarjana Ekonomi, tidak mungkin bisa melunasi hutang. Kemudian, ia mencari terobosan pendekatan diri kepada Tuhan. Sebagai seorang mualaf, mulai tertarik mempelajari ajaran Islam, khususnya kandungan Al Qur’an. Waktu pertama kali membuka Al Qur’an terjemah, ketemu dengan surat Ali Imran, ayat 26 dan 27.

Pada ayat 26 ditegaskan bahwa yang memberikan kekuasaan dan yang mencabut kekuasaan Allah. Yang memuliakan dan yang menghinakan Allah. Pada akhir ayat 27 ditegaskan bahwa Allah memberikan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.

Ia terkesima. Inti kedua ayat tersebut membangkitkan semangatnya. Bahwa masih ada harapan ditolong Allah. Masih terbuka peluang untuk bangkit.

Kedua ayat tersebut menjadi spirit semakin bersemangat mempelajari makna Al Qur’an. Hingga suatu hari menemukan Surah Al Baqarah, ayat 176 yang artinya, “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah”

Ayat ini ternyata jawaban penyebab hartanya ludes, kariernya hancur, status kehidupan terjun bebas. Penyebabnya, karena terjerat hutang riba bank.

Ia segera banting stir. Ayat Al Qur’an yang sudah ditemukan dijadikan pedoman dan diamalkan.

1. Ia bertobat dari dosa hutang riba dan tidak akan mengulangi lagi.

2. Berkomitmen melakukan sedekah secara istiqamah, istimewanya sedekah subuh.

Allah Maha Menepati Janji. Setelah Bunda Jujuk istiqamah “ngopeni wong susah” (memelihara orang sengsara), rezeki mengalir dari arah yang tidak disangka-sangka.

Semakin bersemangat “ngopeni wong susah”, rezekinya semakin melimpah dan berkah. Bakti sosial ditingkatkan. Di antaranya melaksanakan program “gerobak” sedekah subuh, “centelan” sedekah subuh berupa berbagai macam sayuran, mie instan, roti, lauk, dan sebagainya yang dicentelkan di gerobak agar dapat diambil oleh orang-orang yang membutuhkan. Serta memberikan layanan warung nasi gratis bagi kaum dhuafa.

Jalan baru yang ditempuh diridhai, ditolong, dan diberi kemudahan oleh Allah. Doa-doanya dikabulkan. Secara kasat mata ia tidak bekerja, kecuali fokus “ngopeni wong susah”. Namun ajaibnya, rezeki mengalir dari arah yang tidak disangka-sangka dan disalurkan kembali seperti yang telah disebutkan di atas.

Amal sosial yang berpedoman pada “ilmu langit” semakin ditingkatkan. Juni 2016 mendirikan komunitas Sedekah Jumat Berjamaah (SJB). Selain itu, membangun Pondok Al Qur’an dan Rumah Singgah An-Nashr yang terkenal bernama Pondok Lunas Hutang.

Bentuk program “ngopeni wong susah” di Pondok Lunas Hutang yakni menampung masyarakat dari berbagai daerah yang sedang menghadapi ujian berat. Umumnya terlilit hutang tak terbayarkan. Di antara mereka hampir putus asa. Bahkan ada yang berniat akan bunuh diri. Namun pertolongan Allah turun tepat waktu. Mereka mendapat informasi solusi tentang eksistensi Pondok Lunas Hutang. Ada yang perantaranya tidak sengaja membuka youtube, konten Bunda Jujuk Lunas Hutang. Ada pula karena putus asa dililit hutang, ia pergi berjalan kaki dari kampung halaman di Jatim ujung timur. Kemudian ketemu dengan seseorang yang baik hati, yang sudah mengetahui komitmen Bunda Jujuk. Pria nyaris putus asa itu diantar ke Pondok Lunas Hutang.

Bagi mereka yang sudah bertekad ingin hijrah dari belenggu dosa hutang riba menuju rahmat Allah wajib mukim di Pondok, menjalani riyadhoh (rehabilitasi spiritual) selama 40 hari tanpa putus. Apabila batal meskipun sudah hampir selesai, maka berkewajiban mengulangi lagi dari awal.

Yang dianggap batal riyadhoh apabila ada salah satu amalan rutin, tidak sempat dilaksanakan. Misalnya, tidak sempat mengikuti shalat 5 waktu berjamaah.

Terapi spiritual riyadhoh 40 hari antara lain wajib shalat 5 waktu berjamaah. Pukul 02.00 wajib bangun shalat taubat, tahajud, hajat. Dilanjutkan baca Al Quran surat tertentu. Kemudian dzikir doa, shalat subuh berjamaah, dzikir doa dan mendapat tausiyah pencerahan dari Bunda Jujuk.

Puasa sunah Senin Kamis termasuk bagian penting riyadhoh. Makan sahur dan buka bersama mewarnai kebersamaan para santri. Mereka mendapat jaminan makan gratis sehari 3 kali.

Bagi yang rindu ingin ke Tanah Suci tapi tidak memiliki biaya, diberi kesempatan mengikuti program bimbingan Riyadhoh Umroh 100 hari.

Sudah banyak yang berhasil melaksanakan ibadah umroh atas pertolongan Allah. Untuk Bunda Jujuk, ia sudah naik haji 1 kali dan umroh 15 kali.

Selama Pondok berdiri, sudah ribuan orang tertolong. Setelah lulus menjalani riyadhoh dan kembali ke tempat masing-masing, pertolongan Allah menjadi sangat dekat. Beban kehidupan menjadi ringan dan mendapat rezeki yang berkah.

Rezeki Datang Tak Disangka-Sangka

Bunda Jujuk menceritakan turunnya pertolongan Allah selalu datang tak terduga dan di luar nalar ilmu ekonomi. Setiap kali persediaan untuk “ngopeni wong susah” hampir habis, ia “lapor” kepada Allah. Ajaibnya, rezeki mengalir sesuai kebutuhan.

Ia menceritakan pertolongan Allah ketika berniat merenovasi dapur dan bangsal ruang makan. Ia cuma memiliki uang Rp 300 ribu. Ia bilang kepada orang kepercayaannya untuk membelanjakan, membeli material bangunan. Yang didapat cuma sejumlah semen. Ajaibnya, bantuan mengalir deras. Ada yang memberikan pasir, kayu, dan material lainnya, serta tenaga tukang yang menyumbangkan tenaganya tanpa minta upah. Setelah bangunan jadi, nilai nominalnya Rp 300 juta.

Tempat Strategis

Pada tanggal 11 Agustus, Penulis menyempatkan berkunjung ke Pondok dan berinteraksi sehari-semalam bersama para santri dari berbagai daerah. Mereka berasal dari ujung barat hingga ujung timur pulau Jawa.

Kisah mereka sampai “terdampar” di Rumah Singgah An-Nashr, berbeda-beda. Memang sebagian besar karena terlilit hutang yang tidak bisa membayar. Ada juga yang mengalami berbagai kegagalan. Serta, ada seorang mantan napi kasus kriminal berat yang ditolak keluarganya.

Masyarakat sekitarnya pernah protes. Karena menampung mantan napi kasus berat. Setelah dijelaskan Bunda Jujuk, akhirnya mengerti. Bahwa hidayah Allah bisa diberikan kepada semua umat manusia, termasuk mantan napi. Banyak kisah terjadi. Penjahat besar bertobat kemudian berubah total menjadi orang baik yang bertakwa.

Rumah Singgah An Nashr yang beralamat di Jl. Semeru 1, Susukan, Penggaron, Kec. Ungaran Timur, Kab. Semarang, Jateng berada di lembah sempit yang diapit 2 bukit kecil, serta dikelilingi hutan pinus menghadirkan suasana senyap dan hening. Sangat cocok untuk membantu hati menjadi lebih khusyuk bagi yang sedang menjalani riyadhoh.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K