Oleh: M Arief Pranoto Konstitusi
Hari ini, bangsa kita dihadapkan pada pra-kondisi berupa kompleksitas kemiskinan yang multidimensi. Entah kenapa. Bukan hanya sekadar kemiskinan dari sisi harta akibat sempitnya lapangan kerja —salah satu contoh— tetapi juga miskin mental, miskin moral dan miskin iman. Maka, sebagai konsekuensi atas kompleksitas kondisi tersebut, muncul beberapa potret yang menyesakkan dada, misalnya:
1. Kita nyaris tidak mempunyai pemimpin, yang ada hanya penguasa. Inilah bentuk dan implementasi dari apa yang disebut miskin mental. Diberi jabatan dan amanah bukan untuk mewujudkan kemaslahatan umat, justru sebaliknya — menciptakan kemudaratan di sana-sini. Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 diabaikan. Yang dikerjakan justru ‘karaoke’. Keruk sana keruk sini, OK;
2. Di berbagai lini, hampir tidak ada lagi tokoh, tapi muncul banyak ‘toko’. Tempat jual beli serta pajangan komoditas dagang (pencitraan) agar laku di pasar. Tampak ‘bening sedikit’ langsung ditawar-tawarkan. Inilah bentuk miskin moral. Selain tidak tahu malu, pragmatis, juga sangat transaksional;
3. Hampir tak ada lagi pemuda, yang ada malah pemudi. Inilah miskin iman. Tidak punya pendirian, apalagi jati diri? Kalau dulu pemuda identik dengan ‘gagah perkasa’. Sehingga Bung Karno pernah menyatakan, “Beri aku 10 pemuda maka akan kuguncang dunia!” Namun, apa yang kini terjadi? Bukan gagah, tetapi megagah. “Rela jadi kuli dan budak.” Bukan lagi perkasa, tapi justru minta diperkosa. Diperkuda harkat dan martabatnya.
Inikah yang kini terjadi di Bumi Pertiwi. Lantas, bagaimana dengan bonus demografi yang saat ini tengah melanda negeri ini hingga 2030 nanti?
Bonus demografi adalah berkah. Akan tetapi, tanpa upaya sungguh-sungguh dari segenap bangsa ini terutama kaum mudanya mengkontra tiga kemiskinan (miskin mental, miskin moral, miskin iman), maka berkah bonus demografi bisa berubah menjadi musibah demografi. Sungguh mengerikan.
Ingat! 2045 di depan mata. Tak lama lagi. Dan dalam menuju Indonesia Emas, terbagi dalam beberapa era, yaitu:
Era Babat Alas 2024-2029
Era Kronologis 2029-2034
Era Al Amin alias Dipercaya Dunia 2035
Era Indonesia Emas atau Mercusuar Dunia 2045.
Mengakhiri komtemplasi kecil ini, penulis teringat QS Al Baqarah 259 yang berbunyi:
Atau, seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh menutupi (reruntuhan) atap-atapnya. Dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah kehancurannya?” Lalu, Allah mematikannya selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (kembali). Dia (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Sebenarnya engkau telah tinggal selama seratus tahun.
Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, (tetapi) lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang-belulang) dan Kami akan menjadikanmu sebagai tanda (kekuasaan Kami) bagi manusia. Lihatlah tulang-belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging (sehingga hidup kembali).” Maka, ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Aku mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Hayo, bangkitlah bangsaku!
EDITOR: REYNA
Related Posts

Novel Imperium Tiga Samudra (8) – Horizon 3

Presiden Pasang Badan Untuk Jakowi Dan Luhud B. Panjaitan

Saya Muslim..

Informaliti

Puisi Kholik Anhar: Benih Illahi

Tak Kuat Layani Istri Minta Jatah 9 Kali Sehari, Suami Ini Pilih Cerai

Novel Imperium Tiga Samudara (7)- Kapal Tanker di Samudra Hindia

Sampah Indonesia: Potensi Energi Terbarukan Masa Depan

Novel: Imperium Tiga Samudra (6) – Kubah Imperium Di Laut Banda

Sebuah Kereta, Cepat Korupsinya



No Responses