Mikroskop Langit
Karya : Suhubdy Yasin
ku letakkan kata-kata puitis di bawah mikroskop untuk mencari makna
Indonesia Merdeka
selaksa bayang refleksi memendar menuju langit
tak sama jualah antara preparatnya dan rekaman retina
Indonesia-ku sedang carut-marut
Indonesia tanah air kita
gemah ripah loh jinawi
tongkat batu jadi tanaman
nadi-nadi bumi mengalir dalam sanubari gunung-gunung yang membiru
menyimpan sejuta mutiara dalam keheningan danau dan samudera
semuanya bias dalam lensa misroskop para penggawa dan petinggi negeri
….di sanalah aku berdiri…..
begitulah secuil bait lagu kebangsaan Indonesia Raya
dalam mikroskop langit terbaca
para tkw dan tki disiksa, disetrika punggungnya
menderita dan sengsara di negeri seberang
diantara mereka, terdapat jenazah yg dipulangkan ke pangkuan ibu pertiwi
tak ada devisa yang diraupnya
jasad tak berdaya kembali berkalang tanah
…..hiduplah tanahku, hiduplah negeriku, bangsaku, rakyatku, semuanya, bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya….
mengapa anak-anak negeri berlomba-lomba mengadu nasibnya di negeri jiran?
benarkah negeri ini, gemah ripah loh jinawi?
kuamati lagi dan kagi
kuletakkan preparat Indonesia di bawah lensa miktoskop langit
kembali terpantul
sinarnya masih saja suram, terbaca:
kemiskinan semakin marak
kriminal semakin membabi buta
petani semakin sulit mendapatkan pupuk
kerbau dan sapi terjangkit penyakit mulut dan kuku
pedagang kakilima tergusur aparat
sungai-sungai tercemar polutan
dan banyak lagi kejanggalan dan masalah anak bangsa yg terungkapkan dan tak tersolusi
itu semua, ternyata, karena mikroskop pemimpin lensanya berkatat dan mati
mikroskop biasanya digunakan unt memindai apa saja yang tak dapat dilihat oleh mata telanjang
di bawah mikroskop langit Indonesia terlihat telanjang bulat:
politik dinasti menggurita
organisasi perpolitikan sudah hilang kewarasannya
penggawa kerajaan mengusir rakyatnya sendiri
ulama dan umara sudah kehilangan nalar sehatnya
orang yang memimpin lembaga otak-waras juga kehilangan kewarasannya
korupsi-kolusi-nepotisme tumbuh subur bagai jamur dalam kelembaban
mikroskop langit tak mampu lagi merekam derita dan keluhan ibu pertiwi
Indonesia-ku
tanah tumpah darahku
aku tdk ingin berdiri di sana, di negeri seberang yang menyilaukan
di mikroskop langit, negeri ini kaya raya
isi perutnya penuh emas, intan dan permata
tidak hanya itu, nikel dan hasil laut juga berlimpah
semuanya berlimpa
sayang seribu sayang
itu semua dikangkangi Jengis Khan dan kapitalis-neolib
tak ada yang tersisa
dalam mikroskop langit Indonesia, yang terekam hanyalah cukong dan oligarki di lensanya!
———-
20 Nov 2023
(Karya Prof Suhubdy dimuat di Group Asosiasi Profesor Indonesia)
EDITOR: REYNA
Related Posts

Hari Pahlawan Diperingati Para Pecundang Negara

Menteri Amran di ITS

Hari Pahlawan dan Krisis Mentalitas Penyelenggara Negara : Sebuah Refleksi

Panitia Dan Kepala Desa Tirak Menolak Rekomendasi Camat Kwadungan, Aliansi Minta Seleksi Diulang

Wakil Ketua Komisi IX Yahya Zaini: Rumah Sakit Tak Boleh Tolak Pasien Darurat, Administrasi Nomor Dua

Viral, Lagi-Lagi Kepala Sekolah MAN 3 Kandangan, Komite dan Humas Diduga Lakukan Pungli, Terancam Dilaporkan ke Polres Kediri

FTA meminta penghentian seluruh proses kriminalisasi dan intimidasi terhadap 8 aktivis dan peneliti

Republik Sandiwara dan Pemimpin Pura-pura Gila

Jokowi Dan Polisi Potret Gagalnya Reformasi

Artikel Investigatif: SMA Negeri 72 Jakarta — Ledakan, Rasa Sakit, dan Isu Kompleks di Balik Tragedi



No Responses