Sapi Merah dan Nubuat Akhir Zaman: Benarkah Dunia di Ambang Kehancuran?

Sapi Merah dan Nubuat Akhir Zaman: Benarkah Dunia di Ambang Kehancuran?
Sapi Merah

Oleh: Soegianto
Fakultas Sain dan Teknologi UNAIR

Bagaimana jika dikatakan bahwa dunia akan berakhir dan semuanya disebabkan oleh seekor sapi merah? Mungkin terdengar gila, meskipun terdengar aneh. Pada 14 Januari, tepat 100 hari setelah perang dimulai, juru bicara Hamas, Abu Ubaida, merilis pernyataan yang menegaskan kembali alasan serangan 7 Oktober terhadap Israel. Dalam pidatonya, ia menyebut kedatangan sapi merah di Palestina yang diduduki dan menggambarkannya sebagai provokasi. Ini mungkin terdengar aneh, terutama di tengah alasan-alasan lain seperti pendudukan yang terus berlangsung, perluasan permukiman ilegal di tanah Palestina, ribuan tahanan Palestina yang ditahan secara ilegal di penjara Israel, blokade dan pengepungan Gaza, serta kesepakatan normalisasi antara Israel dan negara-negara Arab. Namun, setelah dipahami lebih dalam, kedatangan sapi merah ini adalah peristiwa penting, tidak hanya bagi Israel dan Palestina, tetapi juga bagi dunia.

Sapi merah ini berperan dalam nubuat besar yang mempengaruhi banyak orang di seluruh dunia. Ini bukan sekadar sapi, melainkan sebuah tanda dalam rangkaian kejadian yang dianggap sebagai tanda akhir zaman. Banyak agama di dunia percaya pada konsep eskatologi, atau akhir dari dunia, dan semua keyakinan ini sedang menuju satu titik yang sama. Dan semuanya dimulai dengan seekor sapi merah.

Hal penting yang perlu dipahami adalah bahwa keyakinan ini nyata bagi banyak kelompok yang berpengaruh, meskipun keyakinan pribadi berbeda. Tindakan yang didasarkan pada keyakinan ini bisa berdampak besar, tidak hanya bagi Timur Tengah, tetapi juga bagi dunia secara keseluruhan.

Konflik Palestina-Israel sering dianggap sebagai masalah politik dan kolonialisme, tetapi tidak bisa dipisahkan dari unsur agama. Yerusalem adalah salah satu kota paling suci di dunia, dihormati oleh tiga agama besar: Yudaisme, Kristen, dan Islam. Di pusat Yerusalem, terdapat kompleks Masjid Al-Aqsa dengan Kubah Emas yang menjadi simbol penting. Bagi umat Islam, kompleks ini adalah situs suci ketiga setelah Mekkah dan Madinah. Sedangkan bagi umat Yahudi, ini diyakini sebagai lokasi Bait Suci yang dulu berdiri, tempat pertama dan kedua bait Allah.

Bait Suci pertama dibangun oleh Raja Sulaiman, namun dihancurkan oleh Babilonia. Kemudian dibangun kembali oleh Raja Herodes, namun dihancurkan lagi oleh Romawi pada abad pertama. Bait ini sangat penting dalam keyakinan Yahudi, dan pembangunan kembali bait ini diyakini akan terjadi di masa depan, bersama dengan kedatangan Mesias. Ini bukan sekadar angan-angan, melainkan nubuat yang akan terwujud.

Namun, ada masalah besar. Untuk membangun Bait Suci di lokasi yang diyakini umat Yahudi, situs Masjid Al-Aqsa harus dihancurkan. Hal ini jelas akan memicu perang besar antara Israel dan dunia Muslim. Meski Israel telah menguasai Yerusalem selama lebih dari 60 tahun, mereka tidak pernah secara terbuka menyatakan niat untuk membangun kembali Bait Suci, karena akan dilihat sebagai provokasi besar. Namun, di balik layar, ada kelompok-kelompok yang berusaha untuk mewujudkannya.

Menurut kepercayaan Yahudi, Bait Suci tidak bisa dibangun kembali sampai umat Yahudi disucikan. Proses penyucian ini melibatkan pengorbanan seekor sapi merah yang langka. Sapi ini harus benar-benar sempurna, tanpa cacat, dan tidak pernah digunakan untuk pekerjaan apa pun. Sapi merah yang sempurna sangat sulit ditemukan, bahkan dengan bantuan teknologi modern. Pada tahun 2022, lima sapi merah yang sempurna ditemukan di Texas dan dibawa ke Israel untuk dipersiapkan.

Jika pengorbanan sapi merah ini terjadi, dunia mungkin akan menyaksikan konflik yang lebih besar. Meski terdengar seperti ritual kuno, dampaknya bisa sangat serius dan nyata.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K