Serial Wali Paidi (Bagian 1, Seri 4), Episode: Mengislamkan Jin Gunung Arjuno

Serial Wali Paidi (Bagian 1, Seri 4), Episode: Mengislamkan Jin Gunung Arjuno
Ilustrasi Gunung Arjuno, Jawa Timur

Ditulis Ulang Oleh: Ir. HM Djamil, MT

Larut malam entah jam berapa, andaikan wali Paidi membawa arloji, mungkin saat itu jam dua an tengah malam.

Wali Paidi duduk khusyuk sedang takhiat akhir pada sholat tahajudnya yang entah roka’at keberapa, tiba-tiba Jin ‘korek api’ yang menemaninya berteriak suara batin..”Tuan saya boleh pergi sebelum ayam berkokok ? semuanya sudah saya siapkan untuk tuan.”

Ealau wali Paidi sudah terbiasa sholat khusyuk dan bisa tak mendengar suara apapun, namun karena teriakan ini suara batin maka agak terganggu juga kekhusyukannya.

Baca Juga : Serial Wali Paidi (Bagian 1, Seri 1) Episode: Pertemuan Tahunan

Setelah salam dengan sedikit menahan perasaan agar tidak marah, ia menoleh ke arah Jin dan berkata.

”Apa kamu sengaja menggoda orang sholat?”

“Sholat itu apa toh tuan ?” tanya Jin polos.

“Sholat itu sembahyangnya orang Islam,” jawab wali Paidi.

“Tuan sembahyang kok jungkal-jungkel tidak duduk semedi, jadi saya kira olah-raga, maaf tuan kalau saya tidak tahu, tapi saya boleh pergi ?… Semua kebutuhan tuan telah saya lengkapi, saya boleh pergi ya tuan,” pinta Jin memelas.

“Ya pergi sana..tapi ingat setelah magrib kamu atau temanmu harus sudah di sini.”

”Saya akan kemari lagi setelah matahari terbenam tuan,” jawab Jin, dan plas.. dia telah menghilang.

Gunung Arjuno, Jawa Timur

Wali Paidi melanjutkan beberapa roka’at tahajud dan witir, belum terdengar suara ayam berkokok, mungkin karena terlalu jauh dari perkampungan jadi nggak terdengar suara ayam, apalagi suara Adzan.

Setelah witir, sambil menunggu waktu subuh wali Paidi merenung dan bertanya pada dirinya mengapa ia bertafakur ke gunung Arjuno.

Maka setelah menenangkan fikiran sejenak sambil bersila…sliiut..wali Paidi tertidur dan dalam tidurnya ia bermimpi ketemu Sulthon Auliya di suatu tempat dan suasana yang wali Paidi belum pernah tahu.

Setelah saling uluk salam, Sulthon bertanya, “Bagaimana Rekreasimu di gunung Arjuno?”

”Rekreasi?” batin wali Paidi

“Iya..rekreasi,” jawab Sulthon.

“Maaf senior..saya juga ingin tanya di sana saya tidak melihat keganjilan apapun tapi mengapa senior minta saya kesini?,” ujar wali Paidi yang kurang enak lelakunya ke gunung Arjuno dianggap rekreasi oleh seniornya.

Baca Juga:Serial Wali Paidi (Bagian 1, Seri 2), Episode: Melipat Bumi (Kesasar)  

Sulthonul Auliya (pimpinan para wali) mengulurkan tangan seolah memegang pundak kanan wali Paidi, dan cekekal…wali Paidi terbangun, entah berapa menit dia tertidur tapi badannya sudah terasa segar seolah tidur lebih dari tiga jam.

Di alam sadar wali Paidi masih terngiang kata-kata Shulthon bahwa tugas wali itu adalah da’wah rahmatan lil alamin.Kalau lelaku hanya untuk menyenangkan diri sendiri itu namanya rekreasi.

Mulut Goa di mana wali Paidi menginap ini kebetulan menghadap timur, jadi wali Paidi bisa mengamati dari dalam goa bila sudah terbit nur fajar.

Sambil menunggu nur fajar dia memeriksa panci tempat memasak air untuk kopi dan supermi masih hangat karena mowonya masih ada.

Baca Juga: Serial Wali Paidi (Bagian 1, Seri 3), Episode: Jin Korek Api

Kemudian dia memeriksa tempat supermi, ternyata di sana ada beberapa korek api yang masih baru.

Wali Paidi yakin kalau itu bukan korek yang dia bawa dari rumah. Dia ndak mau memakai barang itu karena merasa bukan miliknya.

Dia kali ini menyalakan rokok dengan memanfaatkan mowo yang masih ada sambil nyruput kopi dan sisa supermi.

Menjelang Maghrib hati wali Paidi gundah ingin segera menanyai Jin yang tadi malam menemaninya tentang dari mana asal korek api yang ada di tempat supermi.

Setelah surup Jin itu datang dengan membawa teman. Tanpa basa-basi wali Paidi langsung tanya perihal korek api.

“Saya mengambilnya dari toko manusia di kampung bawah,” ujar Jin.

“Lho itu namanya mencuri, dan siapa yang mencuri harus dipotong tangannya,” kata wali Paidi.

“Tidak mencuri tuan, pemilik toko itu sering minta tolong bangsa Jin untuk mengganggu toko sebelahnya, jadi anggap saja korek itu sebagai upah saya…jadi saya tidak mencuri lho tuan,” kilah Jin sambil memegang tangannya takut dipotong.

“Ok..sekarang gendong aku ke Rajamu!,” ujar wali Paidi sambil memegang tangan Jin, dan Plass…..Wali Paidi sudah duduk di sebelah Raja Ismoyo. Kali ini Raja Ismoyo tidak meresa takut bahkan merasa lebih bersahabat dengan Wali Paidi.

Tanpa basa-basi wali Paidi berkata, “Saya datang untuk meng-Islamkan sampeyan dan bangsa Jin yang ada di sini.”

”Lho ada perkara apa, sampeyan kesini digendong tentara saya, dan ujuk-ujuk mau meng-Islamkan kami?,” jawab raja Jin itu.

“Saya tahu bangsa sampeyan di sini belum Islam,.. sampeyan sekarang nyembah apa?”

“Kami tidak nyembah apa-apa kami hanya melakukan ritual seperti yang diajarkan Ifrid yang Agung, bahkan manusia ada yang datang bersemedi minta tolong kami.”

“Oh..makanya anak buah sampeyan ndak ngerti orang sholat, ndak ngerti waktu Maghrib, mencuri korek di toko dan tidak merasa salah, berarti sampeyan tidak Islam,” celatu wali Paidi.

Ismoyo mendengarkan dengan serius, kemudian dia bertanya ,“Apakah kalau bangsa Jin menjadi Islam bisa sakti seperti sampeyan?”

”Kalau sampeyan dan pasukan Jin menjadi Islam, nanti kalau mati bisa masuk Surga dan tidak suka mencuri !..Sekarang sampeyan mau masuk Islam apa tidak?,” ujar wali Paidi sambil menatap tajam mata Raja Jin.

Raja Ismoyo terdiam sambil menundukkan kepala entah apa yang terjadi dalam batinnya, kemudian dia mendongak dan bergumam,“Seperti kata Raja-raja laut, kalau kami menjadi Islam, kami tidak perlu takut lagi pada Matahari, juga tidak takut pada kutukan Bulan karena kutukan-kutukan itu tidak mempan pada bangsa Jin dan manusia yang Islam, apakah benar demikian tuan Wali?”

”Benar asalkan mereka mau Sholat dan berbuat baik,” jawab wali Paidi singkat.

“Lalu upacara apa yang harus kami siapkan untuk menjadi Islam?”

”Ndak usah upacara-upacara, nanti saya ajari cara bersuci, bersahadat dan saya akan nginep di sini tiga hari untuk ngajari Sholat, Ok?”

”Bersyahadat itu apa?..”

”Bersyahadat itu Pernyataan untuk memeluk agama Islam,.. sekarang kumpulkan bala tentara dulu, nanti kalau bala tentara sudah Islam, baru mereka mengajari rakyat sampeyan untuk Islam.. tapi sebelumnya suruh anak buah sampeyan untuk mengambil barang-barang saya di goa untuk dibawa ke sini.”

Dalam waktu ndak sampai semenit barang-barang wali Paidi sudah berada di hadapan wali Paidi.

Para tentara Jin sudah pada kumpul di seputar Istana, jumlahnya banyak sekali dan ternyata ada yang masih anak-anak.

Wali Paidi tidak dapat membedakan mana yang tentara dan mana yang rakyat karena selain mereka tak berseragam, wajahnyapun hampir sama.

Wali Paidi bingung juga bagai mana cara ngajari wudhu wong Jin tidak tersentuh air; untung ada cara tayamum hingga Jin bisa bersuci.

Setelah siap, wali Paidi mengajak raja Ismoyo dan dua orang Jendralnya untuk di Islamkan lebih dahulu, agak sulit juga mengajarkan Jin jawa untuk membaca Syahadat, tapi akhirnya bisa.

Setelah mereka bertiga sudah bersyahadat berwudhu tayamum, Raja Ismoyo didampingi dua Jendralnya berdiri di atas batu yang dianggap sebagai Mimbar.

Saat itu Bulan yang lebih dari separo berada tepat di atas kepala, raja Ismoyo memimpin para Jin gunung Arjuno untuk bersyahadat sebagai Pernyataan masuk Islam.

Baca Juga: Agus Mualif: Lahirnya Kristen, Bukan Nasrani (Bagian-1)

Ketika para Jin itu bersyahadat, bumi seakan bergetar.Gemuruh suara binatang sehutan Arjuno mulai dari Jangkrik, belalang, sampai burung burung tidur pun terpaksa bangun untuk sekedar bersiul, kera-kera yang tidur pun terbangun untuk ikut bersyukur, babi hutan malam itu mereka membatalkan merusak kebun dan bersyukur.

Mereka bergembira dan seolah bernyanyi “Jin gunung Arjuno masuk Islam.”

Selama tiga hari wali Paidi tinggal di Istana Jin untuk mengajari kerabat Istana menjalankan Sholat lima waktu dan Sholat-sholat sunnah lainnya. Kali ini wali Paidi tidak hanya makan supermi, tapi juga buah-buahan yang diambil dari hutan itu bukan buah-buahan kebun.

Selesai sholat Isyak berjama’ah dengan para Jin, wali Paidi pamit pulang. Sebelum pamitan turun gunung wali Paidi pesan pada raja Ismoyo.

“Insya Allah saya akan datang lagi kemari untuk mengajarkan tata cara Sholat Jenasah dan Sholat Gerhana, sekarang saya mau pamit dulu…”

“Apa tidak perlu digendong oleh pasukan saya, biar cepet sampai di tujuan sampeyan?…”

”Ndak usah, saya bisa lebih cepat dari Jin, tapi kali ini saya ingin turun jalan kaki sambil olah raga, Assalamu’alaikum..,” pamit wali Paidi sambil nyangklong rangselnya yang sudah agak ringan.

BERSAMBUNG…
Pelajaran apa yang dapat diambil dari Episode ini?

EDITOR : SETYANEGARA 

Last Day Views: 26,55 K