Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Ser-9): Usaha dan Do’a

Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Ser-9): Usaha dan Do’a
Dr Muhammad Najib, Dubes Indonesia Untuk Spanyol dan UNWTO, bersama isteri

Jika merujuk pada Al Qur’an secara benar, maka kita tidak saja menemukan betapa kitab suci ini memberikan penghargaan yang sangat tinggi terhadap akal manusia. Logika dan berfikir menjadi proses untuk memahami ciptaanNya yang akan bermuara pada mengimani keberadaanNya. Dengan kata lain antara hati dan otak atau antara keyakinan dan fikiran bukan saja seharusnya berjalan seiring, lebih dari itu seharusnya saling menopang dan saling melengkapi. Jika muncul ketidak serasian atau ketidak sinkronan diantara keduanya, maka kita harus introspeksi diri, mungkin saja ilmu yang terakumulasi di kepala belum cukup atau perkembangan sain dan teknologi belum menjangkau atau pemahaman kita terhadap ayat-ayat Al Qur’an keliru.

Novel ini berkisah seputar masalah ini.

Karya: Dr Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UN Tourism

================================

SERI – 9 : USAHA DAN DO’A

Aku memesan tempat di Restoran Pakistan bernama Lahore yang berlokasi di pinggir pantai. Disamping makanannya yang terkenal enak dengan rempah-rempah khas India, suasananya di pinggir pantai juga mendukung untuk ngobrol santai. Aku sengaja datang lebih awal, kemudian memesan tempat duduk di terasnya.

Tampak kapal-kapal kecil mewah yang disebut dengan yach ditambatkan bagai menari digoyang ombak-ombak kecil yang datang silih-berganti berirama tanpa henti. Aku memesan yellow dal, plain nand, dan kare kambing, sementara Adil memesan grill lamb chop dan nasi briani, serta kerupuk khas India bernama paperdam.

“Kita share sehingga kita bisa icip-icip semuanya”, saranku saat Adil membuka-buka menu yang kemudian direspon dengan senyuman tanda setuju.

“Maaf jika istilah yang saya gunakan kurang pas, saya melihat projek di sepanjang Laut Merah yang Anda ceritakan kemarin di mata saya terlalu ambisius”, kataku memulai langsung ke topik pembicaraan yang terputus.

“Ambisius atau realistis tergantung bagaimana melihatnya”, katanya.

“Apakah tidak ada kekhawatiran resiko yang harus ditanggung karena mega projek ini menelan biaya yang sangat besar ?”.

“Resiko dari setiap ikhtiar pasti ada, akan tetapi semua ini bisa diminimalisir dengan kalkuasi dan perencanaan yang matang”.

“Bisa diceritakan lebih detail yang anda maksud ?”, kataku ingin tahu.

“Berangkat dari karakter turis dalam mencari atau memilih tujuan wisata. Mereka yang berada di gunung akan memilih pantai sebagai tujuan wisatanya, mereka yang berada di daerah dingin akan memilih daerah panas sebagai tujuan wisatanya, mereka yang berada di desa memilih kota sebagai tujuan wisatanya, sementara yang tinggal di kota memilih desa sebagai tujuan wisatanya dan seterusnya. Mereka yang berada di daerah subur akan melihat padang pasir sebagai hal yang menarik. Wilayah kami yang gersang, didominasi padang pasir dan bukit batu bila dikemas baik kami yakini akan menjadi daya tarik”.

Pantai Barcelona yang indah, banyak veri dan kapal pesiar bersandar disana

“Adakah negara yang bisa dijadikan rujukan ?”.

“Mesir, Qatar, dan Emirate telah membuktikannya. Apalagi tempat kami memiliki sejumlah situs yang bernilai tinggi secara historis. Hanya saja memang harus ditopang dengan manajemen yang baik, strategi pemasaran yang tepat, serta masuk pada jaringan dunia wisata yang sudah mapan, itulah sebabnya kami sangat aktif di organisasi UN Tourism”.

“Anda memiliki latar belakang dan landasan keagamaan yang kuat, sejauh mana menurut anda jika gagasan ini dilihat dari perspektif Islam khususnya terkait ide, gagasan, atau kreatifitas manusia ?”, kataku dengan maksud untuk mengetahui pandangannya dari perspektif religius.

“Dalam Islam ada istilah ‘ijtihad’ dan ‘taqlid’. Sebagai orang yang berilmu Kita disunnahkan untuk senantiasa berijtihad dalam banyak hal, ‘ijtihad’ dalam bahasa modern tidak lain dari kreatifitas atau inovasi. Bagi saya sebuah prestasi dalam bidang apapun tidak lain dari akumulasi dari Kecerdasan Intelektual yang disingkat dengan IQ, Kecerdasan Emosional disingkat EQ, Kecerdasan Spiritual disingkat SQ, dan kecerdasan-kecerdasan lainnya”.

“Saya masih sulit memahaminya, bisakah dielaborasi ?”, kataku dengan jujur.

“Tidak mudah memang karena hal ini terkait dengan multidisipliner yang tidak mudah ditemukan pada diri satu orang. Menyadari hal inilah kemudian Kami mengatasinya dengan cara membentuk tim, termasuk dengan melibatkan konsultan dari berbagai negara yang sudah memiliki banyak pengalaman. Pasti ada tantangan atau menghadapi kesulitan, karena itu kita tidak boleh mudah menyerah dalam berijtihad karena semua ini bernilai ibadah, karena itulah Tuhan memberikan kedudukan yang tinggi kepada para Mujtahid dan Mujadid”.

“Jadi ijtihad manusia tidak hanya di bidang agama ?”, tanyaku untuk menegaskan.

“Jangan lupa ayat-ayat Allah ada yang diistilahkan dengan ayat Qauliah yang termaktub dalam Al Qur’an, sedangkan ada ayat lain yang dikenal dengan Qauniah yang tersebar di alam semesta, yang semuanya merupakan bagian dari wilayah agama. Jika ayat-ayat Qauliah melahirkan ilmu Fiqih, Tafsir, dan seterusnya, sementara ayat-ayat Qauniah melahirkan ilmu Fisika, Kimia, Matematika, Komputer dan seterusnya. Jadi kewajiban berijtihad bukan hanya untuk ulama fiqih tetapi juga ulama ahli Fisika, Kimia, Komputer dan seterusnya”, katanya sambil mengambil nafas panjang.

“Kalau semuanya disunnahkan untuk berijtihad lalu siapa yang harus Taqlid ?”, kataku.

“Dalam masalah kesehatan maka ulama fiqih harus taqlid kepada dokter, dalam masalah listrik atau komputer maka ulama fiqih dan dokter harus taqlid pada insinyur dan seterusnya. Jadi tidak proporsional jika hanya mendorong ulama fiqih saja untuk melakukan ijtihad sementara ulama lain didorong untuk taqlid disamping masyarakat awam tentunya”.

“Apakah sukses seseorang sepenuhnya ditentukan oleh manusia ?”, kataku untuk mengetahui pandangannya tentang takdir.

“Saya berpendapat kombinasi antara ikhtiar manusia dan ketentuan Tuhan. Itulah sebabnya disamping berusaha secara sungguh-sungguh, Kita juga dianjurkan untuk berdoa, karena Tuhan bisa intervensi dalam berbagai bentuknya, di sinilah letaknya hak prerogatif Tuhan”.

“Saya sebenarnya cukup lama mencari jawaban masalah ini, meskipun isunya berbeda dan lebih banyak berkaitan dengan masalah-masalah keagamaan”, komentarku mengajaknya berfikir ke masalah yang selama ini menggantung di kepalaku.

“Bisa diutarakan lebih konkrit ?”, katanya.

“Sampai dimana sebenarnya batas wilayah ikhtiar manusia ?”, kataku.

“Kalau kita berbicara kemampuan manusia, maka ia bisa berbeda antara satu orang dengan orang lain, juga bisa berbeda dari satu zaman ke zaman yang lain”, katanya.
Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan dengan mengatakan: “Pada diri manusia ada kelebihan sekaligus kekurangan masing-masing. Kelebihan bisa juga diistilahkan dengan potensi diri yang perlu digali secara maksimal agar ia bernilai guna yang kemudian bermuara dengan istilah prestasi”.

“Penjelasan ini baru menjawab masalah perbedaan satu dengan lain orang, lalu bagaimana dengan perbedaan dari satu waktu dengan waktu yang lain antar zaman yang berbeda ?”, kataku.

“Menggali potensi manusia juga dipengaruhi oleh perkembangan atau kemajuan sain dan teknologi. Sebagaimana kita ketahui dunia sain dan teknologi berkembang luar biasa cepat beberapa puluh tahun terakhir. Di era komputer dan internet tentu akan sangat membantu dalam menggali potensi manusia lebih besar dibanding saat belum ditemukannya listrik. Di era komputer dan internet serta big data telah melahirkan banyak sekali instrumen yang dapat membantu manusia menyelesaikan banyak hal, yang sebelumnya sulit menjadi mudah bahkan yang tidak mungkin menjadi mungkin ”, katanya.

“Berarti potensi yang bisa digali pada diri manusia menjadi relatif karena dipengaruhi oleh kemajuan sain dan teknologi”, komentarku.

“Bisa ya bisa juga tidak”, katanya.

“Maksudnya ?”, komentarku mengejar.

“Kalau kita bicara potensi manusia yang dapat digali yang dipengaruhi oleh sain dan teknologi ini sifatnya relatif, tetapi jika kita bicara situasi alamiah yang tidak bisa dijangkau dan tidak mungkin dijangkau manusia sesuai dengan kodratnya maka ia bersifat mutlak”, katanya menjelaskan.

“Bisa diberikan contoh yang tidak mungkin dijangkau manusia ?”, kataku terus mengejar.

“Masalah ruh dan masalah akhirat”.

“Bagaimana cara kita mengetahui sesuatu yang tidak mungkin dijangkau manusia ?”.

“Inilah wilayah yang disebut gaib yang harus kita imani dengan merujuk pada agama, sumbernya ya kitab suci, di luar yang dijelaskan dalam kitab suci harus diyakini bisa dijangkau manusia. Jika saat ini belum bisa karena ilmu pendukung yang ada belum memungkinkan, bukan mustahil suatu saat nanti ketika sain dan teknologi sudah lebih maju lagi”.

“Bisa diberikan contoh ?

“Dulu jenis kelamin bayi laki-laki atau perempuan baru diketahui setelah lahir, sekarang dengan peralatan medis yang ada bisa diketahui selagi dalam kandungan. Dulu bayi hanya mungkin tumbuh dalam kandungan seorang perempuan, sekarang bayi bisa tumbuh dan dibesarkan dalam tabung. Pada saatnya nanti bukan mustahil manusia bisa menentukan anak laki atau perempuan”.

“Kelihatannya rumit sekali untuk membedakan otoritas Tuhan dan otoritas manusia”, komentarku.

“Untuk memudahkan pengertian masalah ini, saya akan gunakan analogi: Seperti rumus dan variabel dalam ilmu matematika atau seperti algoritma atau flowchart dengan variabel dalam ilmu komputer, maka rumus atau algoritma merupakan otoritas Tuhan dengan kata lain Tuhan yang menentukan sementara variabel itu pilihan manusia atau manusia yang menentukannya. Karena itulah nasib manusia ditentukan oleh manusia sendiri sehingga di akhirat nanti manusia harus mempertanggungjawabkan terhadap pilihannya”.

“OK bagi mereka yang mengerti matematika dan komputer dapat memahaminya. Bagaimana orang awam dapat memahami logika ini ?”.

“Bisa dianalogikan dengan jaringan pipa dan cairan yang dialirinya, bentuk jaringan dan variasi diameter pipa yang digunakan merupakan ketentuan Tuhan sedangkan jenis cairan dan volume cairan yang dialirinya merupakan otoritas manusia”.

“Apakah dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Tuhan tidak lagi terlibat terhadap semua urusan manusia setelah semua jaringan pipa terbentuk?”, kataku dengan maksud menegaskan.

“Tuhan punya hak prerogatif untuk intervensi. Apa yang aku sebut sebagai ketentuan Tuhan dapat dikatakan sebagai rumus umum, dalam Islam hal ini dikenal dengan istilah Sunatullah. Sejumlah ulama menempatkannya sebagai Qadar sementara hak prerogatif Tuhan untuk intervensi ditempatkan sebagai Qada’”.

“Maksudnya Qada’ dan Qadar yang merupakan bagian dari Rukun Iman yang harus diimanikan ?”.

“Betul !”.

“Bisa diberikan contoh ?”, kataku untuk lebih memantapkan pemahamanku.

“Nabi Ibrahim dibakar tidak hangus, Nabi Musa bisa membelah lautan, dan Nabi Isa bisa menghidupkan orang mati, semua ini merupakan bagian dari Qada’, sementara Qadarnya tentu api menghanguskan, orang mati tidak bisa hidup kembali, dan manusia tidak bisa membelah lautan”.

“Bagaimana Anda sampai pada kesimpulan seperti ini ?”.

“Bukankah Nabi Ibrahim tidak terbakar api, Nabi Musa bisa membelah lautan, dan Nabi Isa bisa menghidupkan orang mati hanya terjadi satu kali saja ? Semua ini membuktikan adanya interfensi Tuhan”.

“Semua yang anda contohkan terjadi pada para Nabi yang sering disebut dengan Mukjizat, mungkinkah terjadi pada manusia biasa seperti kita ?”.

“Pada manusia intervensi Tuhan bisa terjadi dengan kadar yang lebih rendah seperti yang dikenal dengan istilah Ilham, Hidayah, atau Karomah”.

“Lalu apa rahasia yang bisa disingkap dari semua ini ?”.

“Berikhtiarlah secara maksimal dan berdoalah untuk mendapatkan ridhaNya !”.

BERSAMBUNG

EDITOR: REYNA

Baca seri sebelumnya:

Ser-8 : Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Ser-8): Wisata Islami

Seri-7: Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Seri-7): Kolaborasi Untuk Negeri

Seri-6: Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Seri-6): Harta Karun Yang Belum Digali

Seri-5: Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Seri-5): Desa Penglipuran

Novel karya Dr Muhammad Najib yang lain dapat dibaca dibawah ini:

1) Di Beranda Istana Alhambra (1-Mendapat Beasiswa)

2)Novel Muhammad Najib, “Bersujud di Atas Bara” (Seri-1): Dunia Dalam Berita

3)Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-1): Meraih Mimpi

4)Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-1): Kembali ke Madrid

Last Day Views: 26,55 K