Surabaya Naik Kelas Menuju Kota Bahagia

Surabaya Naik Kelas Menuju Kota Bahagia
Suasana lalu lintas di tengah kota di Jalan Basuki Rahmat Surabaya pada siang hari.

Oleh: Isa Ansori, Kolumnis

Apa sih yang dicari dalam kehidupan manusia? Tentu perasaan bahagia. Setiap orang akan selalu berusaha untuk bisa mendapatkan kebahagiaan diri dan keluarganya.

Berdasarkan KBBI, kebahagiaan merupakan kesenangan dan ketentraman hidup lahir dan batin. Dapat diartikan juga sebagai sebuah konsep berupa hasil evaluasi kehidupan yang menggambarkan kondisi yang Good Life dan Meaningful Life.

Kebahagiaan tidak berbeda dengan life satisfaction, dimana kebahagiaan dapat didefinisikan sebagai “Over Allah appreciation of one’s life as a whole” (Vernhooven, 1988).

Isa Ansori

Di Indonesia, BPS melakukan pengukuran kebahagiaan melalui survei pengukuran tingkat kebahagiaan ( SPTK) yang dilaksanakan setiap 3 tahun sekali. Di tahun 2021, tingkat kebahagiaan penduduk Indonesia diukur dari 3 dimensi, yaitu kepuasan hidup ( life satisfaction), perasaan ( affect) dan makna hidup ( eudaimonia). Kepuaasan hidup dilihat dari suasana personal dan sosial subyek. Sedang perasaan dapat diartikan sebagai apa yang dirasakan oleh subyek dan makna hidup adalah manfaat apa yang didapat oleh subyek.

Dalam perkembangannya, BPS mengikuti diskursus internasional terkait pengukuran kesejahteraan subyektif dengan melaksanakan serangkaian kegiatan pengembangan instrumen pengukuran yang mencakup konsep yang lebih luas, kebahagiaan didefinisikan sebagai kondisi mental yang baik, termasuk evaluasi positif dan negatif yang diambil semasa hidup dan reaksi affect terhadap pengalaman – pengalaman tersebut.

Tahun 2022, kota Surabaya, melalui visi walikota Surabaya, Eri Cahyadi membangun kota dengan bergotong royong untuk mewujudkan kota maju, humanis dan berkelanjutan dengan prioritas menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran khususnya masyarakat berpenghasilan rendah ( MBR) harus bisa dilakukan, karena ini merupakan bagian dari janji politik walikota dan wakil walikota Surabaya.

Dalam rangka itu, Eri Cahyadi meminta kepada seluruh jajarannya mulai dari OPD, Camat dan Lurah untuk bisa berjibaku dan berkolaborasi mewujudkannya.

Dari beberapa program yang ada, Eri berharap semua OPD utama dan supporting untuk merancang program utama di dua hal tersebut, penurunan angka kemiskinan dan pengangguran utamanya dari kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.

Penurunan itu tidak hanya sekedar angka – angka tapi, sejatinya ada nilai lebih dari itu, yaitu nilai keberlanjutan hidup mereka dan perasaan dihargai sebagai seorang manusia.

Tentu dalam membahagiakan warganya akan banyak kendala ditengah terbatasnya waktu yang ada, sehingga sebuah upaya percepatan program dibutuhkan.

Sehingga tak mungkin hal ini dibebankan kepada pemerintah saja, dibutuhkan kesediaan berkolaborasi untuk melahirkan program percepatan tanpa harus merubah program yang selama ini sudah dibuat oleh OPD dan jajaran pemerintahan kota yang lainnya.

Cara berpikir yang out of the box dibutuhkan sebagai payung besar program percepatan. Disinilah diperlukan kesediaan para OPD dan jajaran pemerintah kota yang lainnya untuk membuka diri dan berkolaborasi dengan pihak lain baik itu internal maupun eksternal.

Harus jujur diakui adalah yang paling kebutuhan warga adalah warga itu sendiri, sehingga mendekatkan diri ke warga adalah sebuah keniscayaan agar program layanan yang ada sesuai dengan kebutuhan warga.

Bukankah setiap orang itu punya kebutuhan agar dirinya mendapatkan kebahagiaan. Selain kebutuhan dasar, warga juga kebutuhan lainnya, yaitu kebutuhan akan diakui dan diapresiasi.

Sebagai upaya Surabaya naik kelas untuk membahagiakan warganya, ada baiknya program – program layanan yang lebih banyak mendengarkan aspirasi warga, melibatkan warga dan mengajak warga untuk terlibat mengawalnya.

Sehingga masyarakat akan merasakan kebahagiaan sebagai warga kota, karena gagasannya diapresiasi, diajak terlibat untuk melaksanakannya, mendapatkan sesuatu dari keterlibatannya dan pada akhirnya mereka akan merasa memiliki dan menjaga kotanya.

Program mendengarkan warga dengan meminta seluruh OPD, camat dan lurah membuka ruang dan waktu setiap hari Jum’at jam 13.00 sampai jam 16.00 adalah contoh dari upaya memberi ruang warga untuk ber aktualisasi menyampaikan gagasan, lalu diapresiasi dengan aksi yang sesuai dengan aspirasi warga.

Ada makna dan nilai yang terkandung didalamnya, tidak hanya sekedar menyediakan waktu dan mendengarkan aspirasi lalu dicatat dan selesai, tapi dijalankan yang berdampak pada kepuasan karena masukannya dijalankan. Siapapun yang merasakan bahwa apa yang dia sampaikan didengar dan dijalankan pasti akan merasa senang dan akan merasa memiliki, itulah sesungguhnya kebahagiaan yang hakiki.

Tentu walikota tak bisa bekerja sendirian, walikota butuh tim yang memastikan bahwa seluruh program yang dicanangkan berdampak pada kepuasan dan memastikan dijalankan.

Cukup banyak program yang dibuat yang sejatinya berdampak pada kebahagiaan warga, tinggal sekarang yang dibutuhkan adalah memastikan ketercapaian program bukan sekedar angka angka kuantitatif, tapi juga berdampak pada kualitas yang bisa dirasakan oleh masyarakat.

Sesungguhnya bahagia itu sederhana, yaitu dengan memberi ruang kepada masyarakat untuk beraktualisasi dan mengapresiasinya.

Surabaya wani, Surabaya pasti bisa!

Surabaya, 5 Juli 2022

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K

2 Responses

  1. lost vape grusOctober 24, 2024 at 9:18 am

    … [Trackback]

    […] Here you will find 80842 additional Information on that Topic: zonasatunews.com/terkini/surabaya-naik-kelas-menuju-kota-bahagia/ […]

  2. jebjeed888December 22, 2024 at 7:15 pm

    … [Trackback]

    […] Find More here to that Topic: zonasatunews.com/terkini/surabaya-naik-kelas-menuju-kota-bahagia/ […]

Leave a Reply