Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 8)

Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 8)
Ilustrasi: Cindelaras dan ayam jagonya

Oleh: Budi Puryanto

“Baiklah Kanjeng Patih. Rahasia ini akan aku pegang. Ceritakanlah,” jawab Kiageng Ronggo

Ki Patih menceritakan peristiwa yang dialaminya tanpa ada yang tertinggal. Sejak dia diperintahkan oleh Raja untuk membunuh permasuri, karena dituduh melakukan teluh yang menyebabkan selir raja sakit. Padahal permaisuri tidak melakukan apapun. Tetapi raja menurut saja, karena sudah dibutakan oleh kecantikan isteri selirnya.

Ki Patih tidak melaksanakan keputusan raja. Sebaliknya, dia menyelamatkan permaisuri. Dibuatkan rumah ditengah hutan, untuk tempat tinggal permaisuri. Kemudian dia juga mencarikan teman seorang wanita dari desa, yang masih kerabatnya. Tak lupa, Ki Patih juga meninggalkan bekal hidup yang cukup kepada permaisuri dan calon anaknya kelak.

“Sejak itu aku belum pernah berkunjung kesana. Saat aku tinggalkan permaisuri sedang hamil tua. Aku tidak tahu dia melahirkan anak lelaki atau perempuan,” kata Ki Patih.

“Menurut hitunganku, anak permaisuri usianya menginjak 20 tahunan.Kalau lelaki pasti ganteng. Kalau perempuan pasti cantik parasnya,” lanjut Ki Patih.

“Karena itu saya punya keyakinan, Cindelaras adalah anak dari pemaisuri yang aku tinggalkan di hutan itu,” lanjut Ki Patih.

Setelah Ki Patih selesai bercerita, Kiageng Ronggo diam. Meresapi isi cerita itu. Kemudian dia mencoba mangaitkan pertemuannya dengan wanita agung yang memakai mahkota layaknya seorang permaisuri.

“Kanjeng Patih, saya mengalami peristiwa yang sulit saya lupakan hingga sekarang. Saya bertemu dengan sorang wanita agung dan berwibawa. Kesan pertemuan itu begitu membekas dihatiku. Seperti benar-benar terjadi dialam nyata. Padahal terjadi saat saya samadi,” kata Kiageng Ronggo mengawlai ceritanya.

Ki Patih memperhatikan dengan seksama. Dia sungguh-sungguh ingin tahu cerita Kiageng Ronggo. Siapa wanita itu?

“Saat samadi memuji Yang Maha Agung, aku didatangi seorang wanita. Parasnya masih cantik meskipun sudah cukup tua. Memakai baju sutra warna hijau pupus. Diatas kepalanya mengenakan mahkota seperti yang biasa dikenakan para permaisuri. Mahkota itu dihiasi intan berlian yang gemerlapan. Sungguh wibawanya besar sekali wanita itu,” kata Kiageng Ronggo.

“Apa yang dikatakan,” sahut Ki Patih.

“Dia hanya tersenyum kepadaku. Lalu menganggukkan kepala pelan, seperti mengisyaratkan persetujuan atau restu,” sambung Kiageng Ronggo.

“Apalagi,” sahut Ki Patih.

“Tidak ada. Setelah itu dia menghilang. Saking terasa sangat nyata, aku bergegas melangkah ke gerbang, namun tidak aku temukan siapapun. Tapi aku masih bisa merasakan jejak kehadirannya saat itu,” kata Kiageng Ronggo.

“Saya merenungkan, apakah kira-kira ini ada hubungannya dengan Cindelaras yang berniat belajar di padepokan ini? Karena kejadiannya tidak lama setelah Cindelaras tiba di padepokan ini,” kata Kiageng Ronggo.

“Aku tambah yakin. Yang mendatangimu adalah Permasuri sepuh. Baju sutra warna hijau pupus adalah kesukaannya. Mahkota di kepalanya seperti yang Kiageng lihat, itu adalah mahkota Permaisuri Jenggala yang asli. Diwarisi dari permaisuri sebelumnya. Mahkota itu seperti pusaka kerajaan yang diwariskan secara turun-temurun kepada permaisuri berikutnya. Bila mahkota sudah dikenakan, energi kewibawaannya akan memancar ke sekitarnya. Seperti yang Kiageng rasakan,” kata Ki Patih.

“Bagaimana dengan mahkota yang dipakai permaisuri saat ini. Apakah bukan yang asli?”, tanya Kiageng Ronggo penasaran.

“Benar Kiageng. Yang asli tetap dibawa oleh permaisuri. Adapun mahkota yang dipakai permaisuri saat ini memang baru. Meskipun baru tetapi tetap menggunakan batu permatan dan intan berlian yang kualitasnya bagus,” jawab Ki Patih.

Baca Juga:

“Ada lagi yang menguatkan dugaanku. Wawasan pengetahuannya yang luas tentang masa lalu kerajaan-kerajaan di tanah Jawa. Kemampuannya menghafal cerita-cerita dari berbagai sumber dalam negeri maupun manca negara. Kitab-kitab sastra yang dibuat pada masa kerajaan Kahuripan, Kalingga, Medang, Mataram, bahkan pada zaman Salakanagara, beliau pelajari,” kata Ki Patih.

“Menurut berbagai cerita yang aku terima Kanjeng Permaisur Sepuh juga menguasai berbagai kidung, pandai menari, disamping sastra. Dia juga berperan menjadi penasehat raja. Benarkah Kanjeng Patih,” tanya Kiageng Ronggo.

“Benar. Kanjeng Permaisuri juga mempelajari berbagai kidung karya para pujangga. Bahkan dia menulis kidung sendiri. Yang kadang diperdengarkan dalam pisowanan agung kerajaan Jenggala.”

“Kemampuan Kanjeng Permaisuri dalam menari tidak ada duanya di negeri Jenggala ini. Dia yang mengajari menari para selir raja. Juga mengajari mereka berbagai keahlian seni,” kata Ki Patih.

“Luar biasa. Sayang saat saya mengabdi di kerajaan, beliau sudah tidak ada,” kata Kiageng Ronggo.

Baca Juga:

“Kehebatan Kanjeng Permaisuri inilah, yang banyak membantu raja, khususnya dalam membuat keputusan penting bagi masa depan kerajaan,” kata Ki Patih.

“Misalnya saat beberapa adipati di wilayah timur akan mbalelo, ingin memisahkan diri dari kerajaan Jenggala. Raja meminta pandangaan Kanjeng Permaisuri. Saat itu Senopati, Tumeggung, dan sebagin besar pimpinan prajurit menginginkan untuk digempur saja. Sekali serang mereka pasti menyerah. Tetapi Kanjeng Permaisuri punya pandangan lain. Agar dikirim dulu delegasi untuk melihat keadaan sebenarnya di wilayah timur. Mencari sumber masalahnya secara langsung, mengapa mereka berniat memisahkan diri. Bukankah para adipati itu sangat setia sejak jaman Pra Airlangga bertahta. Pandangan Permaisuri mampu membuka pikiran, sekaligus meyakinkan para pimpinan di kerajaan,” lanjut Ki Patih.

“Lalu, bagaimana keputusan sang Raja,” desak Kiageng Ronggo tak sabar. Dia larut mendengarkan cerita Ki Patih.

“Raja mengirimkan delegasi. Saya ditunjuk memimpin delegasi itu. Setelah saya berbicara dengan para adipati, ditemukan pokok persoalannya. Sejak kerajaan Kahuripan dibagi dua, Jenggala dan Daha, mereka para adipati merasa sudah tidak dihargai lagi. Perhatian raja juga menurun, tidak seperti Prabu Airlangga. Yang cepat tanggap bila ada persoalan di bawah,” jawab Ki Patih.

“Hingga persoalan upeti yang harus disetorkan ke bendahara kerajaan. Para adipati di timur minta agar memperhatikan kondisi kehidupan rakyat. Saat paceklik kerajaan jangan menarik pajak. Pajak boleh ditarik  saat panen melimpah,” Terang Ki Patih selanjutnya.

“Sebaliknya para adipati juga mendapatkan penjelasan kondisi kerajaan baru setelah pemisahan dari Kahuripan. Sebagai kerajaan baru, berbagai pranata baru dibuat. Tentu saja, membutuhkan waktu dan juga perhatian yang besar dari sang Raja. Itu sebabnya, perhatian terhadap para adipati berkurang,” jelas Ki Patih.

“Para adipati bisa memahami. Akhirnya mereka tetap tunduk dan setia kepada Kerajaan Jenggala. Seiring waktu pemerintahan di Kerajaan Jenggala juga makin tertata. Keamanan dan ketertiban terjaga. Kehidupan rakyat makin makmur dan sejahtera,” kata Ki Patih.

Ki Patih lalu menceritakan keadaan di istana Jenggala yang berubah setelah Raja mengawini isteri selir baru. Muda, cantik, cerdas, tapi tabiatnya buruk, jahat, dan licik.

Raja sangat mencintai selir baru ini. Bahkan bisa dibilang sudah cinta buta. Apa saja yang diminta selir ini selalu dipenuhi.

“Akhirnya siasat busuk itu memakan korban permaisuri. Selir raja pura-pura sakit, tidak mau makan, sehingga badannya kurus. Berkembang isu sakitnya selir karena guna-guna dan teluh. Tabib yang didatangkan juga mengatakan seperti itu. Jelas saja, wong tabib itu memang selir raja yang ngundang. Dibayar mahal untuk menuruti apa yang diminta selir itu.’

“Akhirnya prahara itu terjadi. Atas permintaan selir raja, permaisuri harus dihukum mati. Raja yang semula menolak akhirnya tak berdaya. Diputuskan, dihukum mati tetapi tidak dilaksanakan di kerajaan. Alasan raja agar rakyat tidak marah. Dibunuh diam-diam diluar kotaraja,” kata Ki Patih.

“Dan Ki Patih yang mendapatkan tugas berat itu,” sela Kiageng Ronggo.

“Awalnya selir raja minta Ki Tumenggung yang mendapat tugas itu. Tapi raja meminta saya. Sejak saat itu selir tidak menyukaiku. Dia tidak percaya saya sudah benar-benar menjalankan tugas itu. Hahaha….” kata Ki Patih.

“Karena itu Kiageng, saat mendengar cerita Kiageng tadi, saya tidak bisa mengendalikan diri. Saya tidak bisa melupakan. Kejadian itu seperti baru saja terjadi kemarin. Padahal sudah duapuluh tahunan yang lalu,” kata Ki Patih.

“Menurut Ki Patih, apakah wanita yang mendatangiku itu adalah Kanjeng Permaisuri Sepuh,” kata Ki Ronggo.

“Aku yakin dia Kanjeng Permaisuri Sepuh. Dia merestui anaknya Cindelaras menimba ilmu disini. Dia setuju dan merasa senang. Makanya dia tersenyum kepada Kiageng,” jawab Ki Patih.

Hati Kiageng Ronggo menjadi lega. Kabut misteri tentang sosok Cindelaras dan sosok wanita agung yang menemuinya, mulai terbuka. Dia tersenyum. Mukanya berseri-seri.

Sebaliknya, Ki Patih justru makin tambah galau. Kalau jatidiri Cindelaras terbuka, dia berada pada pusaran bahaya. Apalagi dengan kondisi istana saat ini. Jiwanya akan terancam.

“Kiageng Ronggo, aku minta kau membantuku. Untuk sementara biarlah Cindelaras berada disini. Didiklah dia sebaik-baiknya. Karena dia harapan Jenggala. Namun jangan dibuka jatidirinya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Tapi firasatku mengatakan, anak muda ini dikirim Yang Maha Kuasa untuk membantu negeri ini keluar dari penderitaan akibat ulah penguasa yang hanya memikirkan diri sendiri. Penguasa yang menindas dan menjajah rakyatnya sendiri,” jawab Ki Patih.

“Cindelaras akan menjadi penentu takdir Jenggala, kelak,” kata Ki Patih dengan tenang dan percaya diri.

Keduanya bicara sampai menjelang pagi. Saat mega merah ditimur mulai muncul, Ki Patih menarik kudanya kembali ke kotaraja.

Ki Ronggo yang waskito itu, setelah mendengar penjelasan Ki Patih, mendapatkan gambaran lebih utuh tentang sosok Cindelaras. Diam-diam hatinya setuju dengan penilaian Ki Patih. Cindelaras akan menjadi penentu takdir Jenggala, kelak.

BERSAMBUNG

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K

6 Responses

  1. F1 shake discountNovember 24, 2024 at 5:27 pm

    … [Trackback]

    […] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-8/ […]

  2. navigate to these guysDecember 1, 2024 at 10:20 pm

    … [Trackback]

    […] Read More on on that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-8/ […]

  3. click over here nowDecember 1, 2024 at 10:52 pm

    … [Trackback]

    […] Read More Info here on that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-8/ […]

  4. บาคาร่าเกาหลีDecember 21, 2024 at 7:41 pm

    … [Trackback]

    […] Info on that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-8/ […]

  5. ทดลองเล่นสล็อตทุกค่าย ฟรีJanuary 19, 2025 at 3:29 pm

    … [Trackback]

    […] Find More on that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-8/ […]

  6. last dealsFebruary 5, 2025 at 5:10 pm

    … [Trackback]

    […] Information to that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-8/ […]

Leave a Reply