Oleh: Budi Puryanto
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, Cindelaras sudah bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan padepokan. Teman-teman barunya senang, karena Cindelaras anak yang baik, rendah hati, ceria, dan mudah bergaul. Meskipun namanya terkenal, Cindelaras sama sekali tidak terbebani. Itu juga yang membuat dia disenangi dan dihormati temannya di padepokan.
Mendapatkan berbagai pelajaran ilmu, Cindelaras seperti orang kelaparan. Semua pelajaran dilahapnya dengan nikmat. Semua pelajaran yang disajikan para guru, dengan cepat dapat dicerna olehnya. Tidak jarang dia bertanya, bila ada yang belum diketahuinya. Atau menjawab berbagai pertanyaan yang diberikan guru.
Sikap Cindelaras yang demikian membuat dia cepat dikenal dikalangan siswa. Para guru mengagumi sikapnya, kecerdasannya, dan keberaniannya menyatakan pendapat. Tak jarang hal itu membuat guru kaget. Karena diluar kebiasaan siswa pada umumnya.
Tak ayal, nama Cindelaras segera menjadi perbincangan para guru dan para siswa di padepokan itu. Salah seorang siswa yang mengagumi Cindelaras itu adalah Dewi Candra Kirana. Dia seorang putri dari kerajaan Daha. Sebagai putri kerajaan, dia didampingi oleh beberapa emban yang menemani, yang usianya sepantaran dengannya.
Padepokan ini memang menerima siswa putra maupun putri. Awalnya hanya untuk siswa putra. Tetapi karena banyak permintaan khususnya dari kalangan keluarga kerajaan agar putrinya dididik dipadepokan itu, akhirnya Kiageng Sepuh Mpu Bharadah mengijinkan adanya siswa putri.
Dewi Candra Kirana belum pernah melihat siswa cerdas dan berani seperti Cindelaras. Tapi juga sopan dalam pergaulan.
Pada saat mendapat giliran untuk mengulang pelajaran kasusastran, Cindelaras tampil mengesankan. Tanpa ada rasa ragu sedikitpun, kepercayaan dirinya begitu besar.
Dia tidak hanya bisa mengulangi pelajaran itu dengan sempurna, tapi juga mampu mengembangkan dengan caranya sendiri yang sangat menarik. Dia menampilkan beberapa contoh Kidung dan Kakawin yang tidak diberikan dalam pelajaran. Bahkan dia juga bisa melantunkan Kidung itu dengan cara yang luar biasa.Bukan hanya siswa yang takjub, juga para guru.
“Darimana Cindelaras mendapatkan bait-bait kidung itu. Padahal aku tidak mengajarkannya sama sekali. Aku bahkan belum pernah mendengar bait-bait kidung itu,” pikir seorang guru senior di padepokan itu.
Pembicaraan tentang Cindelaras pada saatnya didengar juga oleh Kiageng Ronggo. Namun sebenarnya dia tidak begitu kaget mengingat ibundanya bukan orang biasa.
Menurut pengakuannya, dia sering mendengar ibundanya melantunkan kidung dan menceritakan banya hal waktu kecil, meskipun dia tidak paham sama sekali waktu itu.
Cindelaras baru menyadari saat belajar di padepokan itu, ibundanya ternyata mengajarkan banyak pengetahuan kepadanya dimasa kecil. Anehnya, semua yang diajarkan ibundanya sekarang dia pahami. Bahkan banyak pelajaran di padepokan ini, seperti mengulang saja dari yang dikatakan ibundanya.
Berbagai pengetahuan diajarkan di padepokan itu. Namun pada dasarnya bisa dipilah menjadi tiga pengetahuan. Pengetahuan nalar, yaitu pengetahuan yang sumbernya berada di otak manusia Pengetahuan ini untuk mengenal alam benda. Kegiatannya disebut olah nalar.
Baca Juga:
- Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 10)
- Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 11)
Kedua yang disebut pengetahuan kawruh dari kata weruh, yaitu pengetahuan yang sumbernya berada di hati manusia atau manah. Ini pengetahuan yang bersifat intuitif, untuk mengetahui segala sesuatu yang bersifat bukan materi atau tidak tersentuh panca indera. Kegiatannya disebut olah manah atau olah roso.
Pengetahuan nalar dan kawruh ini diseimbangkan begitu rupa sehingga akan mampu melahirkan manusia-manusia unggul, dan membentuk peradaban unggul yang tak tertandingi didunia.
Pengetahuan yang ketiga, yang bersifat ketangkasan tubuh, yaitu untuk menjaga agar tubuh sehat, tangkas, dan membentuk pertahanan diri. Kegiatannya disebut olah rogo. Para cantrik dilatih berkuda, memanah, dan seni olah kanuragan.
Untuk mengembangkan nalar para siswa atau disebut juga cantrik diajarkan berbagai ilmu yang saat itu hidup dan dipraktekkan dalam masyarakat, seperti misalnya ilmu hukum yang bersumber kitab hukum bernama Kalingga Dharmasatra, yang memuat aturan hukum pidana maupun perdata. Kitab ini berasal dari kerajaan Kalingga. Selain kitab hukum tersebut Kerajaan Kalingga juga dilengkapi dengan penegak hukum atau hakim (paningkah) dan jaksa (adyaksa)
Kitab hukum Kalingga Dharmasastra awalnya dipakai sebagai sumber hukum di kerajaan Kalingga tahun 570 Saka (648 Masehi). Namun masih digunakan oleh kerajaan-kerajaan di Jawa. Baru kemudian Wisnu Wardhana raja Singosari nantinya menyempurnakannya menjadi Purwadigama Darmasastra. Kemudian pada jaman Majapahit dikembangkan lagi oleh Patih Gajahmada menajdi Kutaramanawa.
Diajarkan pula sistem kalender berdasarkan musim (pranata mangsa). Juga sistem Kalender Pawukon yang menggunakan perhitungan astronomi. Saat itu dikenal ada tiga sistem hari, yaitu Hari Tujuh (Saptawara): Aditya, Soma, Anggara, Budha,Wrhaspati, Sukro, Saniscara. Sistem Hari Enam (Sadwara): Tunglai, Haryang, Wurukung, Paniruan, Was, Mawulu. Kmeudian Sistem Hari Lima (Pancawara): Umanis, Paing, Pon, Wagai, Kaliwuan.
Pada masa sekarang mengalami perubahan sedikit. Hari Tujuh: Radite (Ngahad), Soma (Senen), Anggara (Selasa), Buda (Rebo), Respati (Kemis), Sukra (Jemuwah), Tumpak (Setu). Sistem Hari Enam: Tungle, Aryang, Wurukung, Paningron, Uwas, Mawulu. Dan Sistem Hari Lima (Pasaran): Legi, Paing, Pon Wage, Kliwon.
Sistem Hari Lima dan Hari Enam asli berasal dari peradaban Jawa, sedangkan Sistem Hari Tujuh asalnya dari Sanskerta (India Kuno). Perhitungan Hari Tujuh dan Hari Lima di masyarakat Jawa masih digunakan sampai sekarang. Mislanya: Senen Lagi, Selasa Paing, Rebo Pon, Kemis Wage, Jemuwah Kliwon, Setu Legi, Ngahad Paing.
Baca Juga:
- Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 8)
- Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 7)
Suatu hari, Kiageng Ronggo sedang mengajar murid-muridnya kisah berbagai kerajaan di Tanah Jawa. Sejak Kerajaan Salakanagara, Medang, Mataram, Kalingga, hingga Kahuripan. Bahkan juga diajarkan kisah kerajaan Baruna Dwipa di seberang Nusa Jawa, yang mengalami kejajayaan pada ribuan tahun yang lalu. Hingga kerajaaan mancanegara takut dan tunduk kepadanya.
Tiba-tiba Cindelaras bertanya kepada Kiageng Ronggo.
“Mohon maaf Kiageng. Apakah saya diperbolehkan bertanya?” kata Cindelaras.
“Ya silakan, anakmas Cindelaras,” jawab Kiageng Ronggo.
“Apakah didalam memerintah para raja dan nayaka kerajaan itu meggunakan etika atau tatakrama tertentu,” tanya Cindelaras.
Kiageng termenung sebentar. Karena mendapat pertanyaan yang tidak pernah diduga sebelumnya. Dan yang bertanya adalah Cindelaras, murid paling cerdas di padepokan itu.
“Benar, Cindelaras. Para raja, menteri, dan nayaka praja hingga tingkat desa, mereka diikat dengan etika dalam memerintah. Jadi tidak bisa seenaknya sendiri. Ada banyak kitab yang menjadi pedoman dalam memerintah. Seperti kitab nitisruti, kitab nitipraja, dan kitab panitisastra. Kitab-kitab itu berisi tentang etika memerintah. Bagiamana raja harus memerintah yang bisa dipertanggung-jawabkan secara moral. Bagaimana seorang menteri menjalankan pemerintahan. Sampai pada tingkat pemerintahan paling bawah, bagaimana kepala desa harus memerintah. Semua ada aturannya. Memerintah itu ada etikanya,” jelas Kiageng Ronggo, yang membuat Cindelaras kelihatan sangat puas.
Saat para siswa baru masuk padepokan, mereka diajarkan etika dalam menunut ilmu, yang berpedoman pada Kitab Silakramaning Wiku. Kitab ini intinya mengajari bagaimana etika seorang siswa didalam belajar atau menuntut ilmu.
Dalam pelajaran seni sastra diajarkan berbagai kitab diantaranya kitab Kakawin Arjuna Wiwaha. Karya sastra ini ditulis oleh Mpu Kanwa pada masa pemerintahan Prabu Airlangga. Kitab Baratayuda, yang ditulis oleh Mpu Sedah atas perintah Prabu Jayabaya, Raja kerajaaan Daha Kediri. Kitab Baratayuda itu untuk simbolisme keadaan perang saudara antara Kerajaan Kediri dan Jenggala yang sama-sama merupakan keturunan Raja Airlangga.
Kitab Serat Calon Arang, yang mengisahkan pertarungan Prabu Airlangga dengan seorang janda ahli sihir, Calon Arang. Dikisahkan, kesaktian Calon Arang sulit dikalahkan, sehingga akhrinya Prabu Airlangga memerintahkan Mpu Bharadah yang terkenal bijak untuk menundukkan ratu sihir itu.
Suatu hari, Ki Ronggo memberikan pelajaran kisah Calon Arang yang hidup pada masa pemerintahan Prabu Airlangga itu.
Calon Arang, seorang rangda atau janda, yang mempunyai anak cantik bernama Retno Manggali. Meskipun cantik, tetapi tidak ada yang mau menikahi anaknya. Calon Arang sedih, karena takut anaknya menjadi perawan tua.
Kesedihan Calon Arang akhirnya berubah menjadi kemarahan tak terkira, setelah tahu bahwa para pemuda takut menikahi Retno Manggali karena takut dengan ibunya. Ibunya tukang sihir, pasti anaknya juga akan jadi tukang sihir. Begitu gunjingan yang beredar.
Mendengar hal itu Calon Arang marah dan membunuh orang-orang di desa. Banyak terjadi korban jiwa. Banyak rumah-rumah warga dibakar. Kehebohan melanda Kahuripan.
Kemampuan Calon Arang dalam ilmu sihir, teluh, maupun santet, tidak ada duanya di negeri Kahuripan masa itu. Bisa dikatakan dia adalah ratunya sihir pada saat itu. Muridnya banyak, semuanya perempuan. Tetapi ada tujuh yang menonjol. Yaitu Nyi Lenda, Nyi Lendi, Nyi Gandi, Nyi Guyang, Nyi Waksirsa, Nyi Mahesa Wedana, dan Nyi Rarung.
“Ketujuh muridnya itu punya kelebihan sendiri-sendiri. Dengan ilmu yang diajarkan Calon Arab muriid-muridnya itu bisa merubah wujudnya menjadi wujud yang aneh-aneh. Kesaktian ketujuh murid-muridnya itu sungguh nggegirisi. Menakutkan sekali,” terang Kiageng Ronggo.
Saat itu seorang murid perempuan yang terkenal cerdas, Dewi Candra Kirana mengajukan pertanyaan.
“Kiageng, saya pernah mendengar cerita tujuh murid Calon Arang itu sangat sakti dan memiliki ilmu bermacam-macam. Maaf Kiageng, kalau diperbolehkan, mohon Kiageng menjelaskan seperti apa kemampuan para murid Calon Arang itu,” tanya Dewa Candra Kirana.
“Baiklah anakmas putri Candara Kirana, saya akan jelaskan,” jawab Kiageng.
BERSAMBUNG
EDITOR: REYNA
Related Posts

Imperium Tiga Samudra (5) — Ratu Gelombang

Seri Novel “Imperium Tiga Samudra” (4) – Pertemuan di Lisbon

Misteri Pesta Sabu Perangkat Desa Yang Sunyi di Ngawi: Rizky Diam Membisu Saat Dikonfirmasi

Umat Islam Jangan Diam, Israel Mulai Menjalankan Rencana Jahatnya: Merobohkan Masjid Al Aqsa

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 3) – Penjajahan Tanpa Senjata

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (1) – Peta Baru di Samudra Pasifik

Api di Ujung Agustus (Seri 34) – Gelombang Balik

Api di Ujung Agustus (Seri 33) – Pengkhianat Didalam Istana

Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum



coupon codesOctober 26, 2024 at 6:22 am
… [Trackback]
[…] Read More to that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-9/ […]
Phim Hanh DongOctober 28, 2024 at 9:18 am
… [Trackback]
[…] There you will find 94261 more Information to that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-9/ […]
free chat roomsNovember 19, 2024 at 4:25 am
… [Trackback]
[…] Read More to that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-9/ […]
my webcamsDecember 7, 2024 at 2:57 am
… [Trackback]
[…] Info on that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-9/ […]
DiyalaaJanuary 3, 2025 at 5:14 am
… [Trackback]
[…] Read More on to that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-9/ […]
ทดลองเล่นสล็อต PG SLOTJanuary 17, 2025 at 12:00 pm
… [Trackback]
[…] Info on that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-9/ […]
สล็อตเกาหลีJanuary 22, 2025 at 5:26 pm
… [Trackback]
[…] Here you can find 59624 more Info on that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-9/ […]