Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-275)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-275)
Penulis, Agus Mualif Rohadi berfoto ditengah-tengah Masjid Kubah Batu dan Masjid Qibli, Yerusalem

Oleh : Agus Mualif Rohadi

IX. Nabi Muhammad

Ibnu Ishaq berkisah, Aisyah melihat mata nabi Muhammad seolah memandang tajam sesuatu, kemudian beliau berkata: “ Bersama teman teman yang paling tinggi di surga “. Aisyah kemudian berkata kepada Rasulullah: “ Engkau diperintah untuk memilih, lalu engkau telah memilih. Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran “. Aisyah kemudian merasa tubuh dan kepala nabi Muhammad semakin lama semakin berat dan perlahan lahan pegangan tangan beliau terlepas. Nabi Muhammad meninggal pada hari Senin ketika matahari naik memasuki waktu dhuha. Aisyah setelah itu berkisah: “ Rasulullah wafat di pangkuanku dan pada hari giliranku. Aku tidak pernah mendzalimi siapapun. Oleh karena kebodohanku karena masih terlalu belia bahwa Rasulullah wafat di pangkuanku, kemudian aku meletakkan kepala Rasulullah di atas bantal. Aku menepuk dadaku dan memukul wajahku bersama wanita-wanita yang lain “.

Kabar wafatnya nabi Muhammad segera menyebar ke suluruh penjuru Madinah. Penduduk Madinah sangat kaget karena mereka mengira nabi Muhammad telah sehat sehingga usai shalat subuh mereka pulang ke rumah masing masing. Namun tidak lama kemudian justru muncul kabar kematian nabi Muhammad SAW. Penduduk Madinah segera bergegas menuju masjid. Abu Bakar dirumah orang tuanya juga segera mendengar kabar tersebut dan segera berlari menuju rumah Rasulullah.

Kaum muslim kemudian mengirim orang untuk menyusul Usamah bin Zaid dan pasukannya. Saat itu pasukan muslim telah sampai di Al-Jurf dan membuka perkemahan disana. Hari berikutnya datang utusan yang memberi kabar tentang wafatnya Rasulullah. Para sahabat dan Usamah segera berunding dan memutuskan pulang terlebih dahulu ke Madinah.

Ibnu Ishaq berkisah, di halaman masjid dan jalan jalan menuju rumah nabi Muhammad telah penuh sesak dengan penduduk Madinah. Umar bin Khattab nampak berkata tanpa kendali: “ Beberapa orang munafiq menyangka bahwa Rasulullah telah wafat. Ia hanya pergi menemui Tuhannya sebagaimana nabi Musa yang pergi dari kaumnya selama empat puluh hari kemudian kembali kepada mereka setelah dikabarkan bahwa beliau telah wafat. Demi Allah, Rasulullah SAW pasti kembali sebagaimana nabi Musa, kemudian beliau pasti memotong tangan dan kaki orang-orang yang berkata bahwa Rasulullah telah wafat “.

Abu Bakar melihat Umar bin Khattab yang banyak berkata kata namun tidak dihiraukannya. Dia terus menuju bilik Aisyah, dan dilihatnya tubuh nabi Muhammad terbujur di sudut rumah dengan kepala ditutup dengan pakaian. Abu Bakar kemudian mendekat, membuka pakaian yang menutup kepala, meciumnya, kemudian berkata: “ Kematian yang telah ditetapkan Allah kepadamu kini telah engkau rasakan dan setelah itu engkau tidak akan lagi merasakan kematian selama lamanya “. Kemudian ditutupnya kembali wajah Rasulullah, lalu keluar. Abu Bakar, meskipun kaget mendengar kematian beliau, namun dirinya sudah merasa bahwa nabi Muhammad akan meninggal ketika menyampaikan kabar bahwa seorang hamba telah diberi tawaran memilih dan hamba tersebut memilih kembali ke surga dan disisi Allah. Saat itu dirinya menangis dan dihibur nabi Muhammad.

Di luar rumah, masih dilihatnya Umar terus meracau, Abu Bakar kemudian mendekatinya dan berkata, “ Berhentilah bicara wahai Umar “. Namun Umar bin Khattab menolak untuk berhenti dan terus berbicara. Kaum muslim yang melihat bahwa Abu Bakar yang keluar dari bilik Aisyah kemudian meninggalkan Umar bin Khattab dan mengerumuni Abu Bakar yang kemudian berkata memuji muji Allah dan Rasulnya, kemudian melanjutkan perkataannya: “Wahai manusia, barang siapa menyembah Muhammad, maka sesungguhnya dia telah meninggal dunia. Namun barang siapa menyembah Allah, maka ketahuilah Allah senantiasa hidup dan tidak akan pernah mati “. Kemudian Abu Bakar melanjutkan perkataannya dengan membacakan firman Allah: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad ?). Barang siapa yang berbalik kebelakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur (Qs Ali Imran 144) “.

Abu Bakar, yang dikenal sebagai orang yang berperasaan halus, mudah menangis ternyata justru sangat tegar menghadapi situasi yang sangat berat tersebut dan dapat menemukan kata – kata yang tepat untuk menghadapi situasi yang sangat mengejutkan tersebut. Banyak sahabat yang seolah lupa dengan adanya ayat tersebut, sehingga seakan akan ayat tersebut baru diturunkan dan dibacakan oleh Abu Bakar. Sangat mungkin dalam kesedihannya karena telah merasa akan ditinggall nabi Muhammad, Abu Bakar dalam perenungannya kemudian ingat pada ayat tersebut, dan siap membacakannya ketika semua orang dilanda kepanikan menghadapi kabar wafatnya Rasulullah SAW.

Umar bin Khattab setelah mendengar ayat yang dibacakan oleh Abu Bakar, kemudian tersadar. Kesadaran tersebut dikisahkan oleh Abu Hurairah dimana Umar bin Khattab berkata: “ Demi Allah, tatkala Abu Bakar membaca ayat tersebut, aku tersadar dari apa yang aku katakan hingga akupun lemas dan jatuh karena kedua kakiku tidak sanggup lagi menahan jasadku. Saat itulah aku, aku baru menyadari bahwa Rasulullah benar-benar telah tiada “.

Saat itu, negeri Islam Arabiya yang baru saja berdiri telah kehilangan orang yang dipatuhi dan diikuti, baik sebagai Rasul, pemimpin negara, panglima perang, hakim maupun peran lainnya. Kaum muslim tidak akan lagi menemukan orang dengan kualifikasi seperti nabi Muhammad untuk selama lamanya. Mungkin Allah menyegerakan wafatnya nabi Muhammad untuk menghindarkan nabi Muhammad dari kesalahan kesalahan sebagaimana raja – raja yang berkuasa dan menjadi pemimpin suatu bangsa. Sedang nabi Muhammad harus menjadi Nabi, Rasul dan pembawa risalah agama bagi semua bangsa.

Baca Juga:

Tidak ada wasiat dari nabi Muhammad tentang siapa yang berhak mewarisi dan menggantikan posisinya. Tidak adanya wasiat tersebut dapat pula dimaknakan bahwa nabi Muhammad tidak boleh terikat oleh persepsi kebangsaannya saja, karena penunjukan penggantinya akan terikat dengan batasan kebangsaannya selamanya. Penduduk Madinah, Makkah dan jazeerah Arabiya sedang dalam situasi kebingungan dan kekosongan kepemimpinan agama maupun bangsa.

Ibnu ishaq berkisah, Ali bin Abu Thalib bersama Zubayyir bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah masih berkumpul di rumah Fatimah, mungkin membicarakan bagaimana penguburan nabi Muhammad, sedang bilik Aisyah pintunya masih tertutup, dan beberapa orang menunggui jenazah nabi Muhammad yang belum diurus. Semua orang masih bingung bagaimana harus mengurus jenazah nabi Muhammad dan harus dikubur dimana. Bagaimana memutuskan penguburannya. Situasi yang rawan, rumit, emosional, sedang belum ada orang yang kata – katanya harus dipatuhi.

Abu Bakar dan Umar bin Khattab masih di masjid bersama beberapa kaum muslim. Mereka tidak tahu bahwa kaum anshar telah berinisiatif berkumpul di Saqifah (tempat pertemuan) bani Saidah untuk merundingkan siapa yang menjadi pengganti nabi Muhammad. Pembicaraan mereka mulai mengarah untuk mendukung Sa’ad bin Ubadah sebagai pengganti nabi Muhammad. Namun ada orang orang Muhajirin yang berada di shaqifah yang juga mengusulkan agar yang menjadi pengganti nabi Muhammad adalah Abu Bakar atau Umar bin Khattab atau Usaid bin Hudair. Namun mereka tidak mampu mengimbangi argumentasi orang-orang anshar.

Ada seorang yang keluar dari Saqifah kemudian menemui Abu Bakar dan Umar bin Khattab dan mengabarkan tentang pertemuan tersebut dengan menceritakan situasinya serta meminta mereka agar segera ke saqifah bani Saidah sebelum segala sesuatunya akan sulit untuk diatasi yang berakibat munculnya hal-hal yang tidak diinginkan.

Abu Bakar dan Umar bin Khattab segera bergegas pergi menuju Saqifah bani Saidah. Ketika mereka berjalan ke Saqifah, ada dua orang salih yang menghalanginya dengan dalih agar kaum muhajirin menyelesaikan urusannya sendiri. Dua orang salih itu adalah orang yang sebelumnya pernah menjadi sebab turunnya Qs At-Taubah 108: “ Di Dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang orang yang bersih “. Dua orang tersebut adalah Uwaim bin Saidah dan Ma’nu bin Adi. Dua orang yang dikenal salih ini mempunyai sikap yang berbeda dalam mensikapi meninggalnya nabi Muhammad. Uwain bin Saidah berkata: “ Demi Allah, kami ingin diwafatkan sebelum Rasulullah karena kami khawatir akan munculnya fitnah yang menimpa kami sepeninggal beliau “. Namun Ma’nu menyahutinya: “ Sedangkan aku, demi Allah, menginginkan sebaliknya. Aku tidak ingin wafat sebelum beliau, agar aku terus konsisten membenarkan beliau tatkala beliau telah tiada sebagaimana aku telah membenarkan beliau semasa hidupnya “.

Namun Abu Bakar dan Umar bin Khattab tetap pergi ke saqifah. Ketika mereka sampai di saqifah bani Saidah, pertemuan tersebut segera terdiam sejenak. Ketika mereka berdua duduk, seorang kaum anshar kemudian berbicara : “ Amma ba’du. Kami kaum Anshar dan pasukan Islam, sedang kalian, wahai kaum Muhajirin adalah bagian dari kami. Sungguh beberapa orang dari kalian berjalan pelan pelan, ternyata mereka ingin memutus kami dari asal-usul kami dan merampas perkara ini (pengganti nabi) sendirian tanpa keikut sertaan kami “.

Umar bin Khattab sudah mempersiapkan kata-kata terbaiknya untuk membalas ucapan tersebut. Umar bin Khattab sudah mempersiapkan dirinya dengan menyembunyikan sikap kerasnya sebagai bentuk hormatnya kepada Abu Bakar. Namun Umar dicegah Abu Bakar: “Tahan dirimu, wahai Umar “. Umar pun mengurungkan niatnya bicara karena tidak ingin Abu Bakar marah. Setelah itu Abu Bakar bicara dengan tenang, yang perkataan Abu Bakar sebenarnya oleh Umar diakui hampir sama dengan yang akan diucapkannya namun lebih indah dari yang telah disiapkannya.

(bersambung ……………..)

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K

3 Responses

  1. Sevink MolenDecember 4, 2024 at 9:38 am

    … [Trackback]

    […] Read More on on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-275/ […]

  2. Telegram中文December 25, 2024 at 8:40 am

    … [Trackback]

    […] Info on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-275/ […]

  3. essentials fear of godFebruary 13, 2025 at 8:09 am

    … [Trackback]

    […] Read More here on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-275/ […]

Leave a Reply