Serial Wali Paidi (Bagian 2): Sejarah Wali Paidi, Episode 5: Mantra Jin

Serial Wali Paidi (Bagian 2): Sejarah Wali Paidi, Episode 5:  Mantra Jin
Ilustrasi : sepakbola api. Biasa dimainkan santri di pondok pesantren

Ditulis Ulang Oleh: Ir HM Djamil MT

Waktu itu masih tergolong Bulan Purnama tepatnya tanggal 16 bulan Hijriyah, sehabis sholat isyak sambil menunggu ngantuk biasanya Paidi kecil senang menonton permainan yang dilakukan oleh santri-santri senior.

Santri-santri yunior biasanya menghabiskan waktunya untuk diskusi atau nderes Al Qur’an. Sedangkan santri-santri senior, sambil menunggu ujian kelulusan mereka meluangkan waktu untuk bermain-main mengamalkan ilmu ekstra kurikuler.

Biasanya mereka mengamalkan ilmu-ilmu kanuragan, berlatih silat, berlatih tenaga dalam dan ada yang mengamalkan semacam ilmu sihir.

Paidi kecil sebenarnya ingin belajar silat atau bela diri lainnya tapi dia masih minder untuk bergabung dengan santri-santri yang latihan silat. Malam itu sebenarnya bukan waktu untuk latihan silat, namun santri-santri senior itu senang dan sedang latihan ilmu batin.

Kadang-kadang mereka membawa dua atau beberapa santri yunior untuk praktek ilmu pencak kontak Sayidina Ali. Santri yunior ini dihidzip dengan mantra-mantra, maka mereka bisa duel dengan silat layaknya pendekar tangguh.

Baca Kisah Sebelumnya: 

Anehnya setelah permainan berakhir tak ada seorangpun yang merasa sakit, hanya kelelahan saja, makanya santri-santri muda itu tidak ada yang enggan bila mereka diajak bermain main.

Santri-santri senior itu tahu kalau Paidi kecil sering nonton permainan mereka, entah mengapa mereka tidak pernah menjadikan Paidi sebagai Pemain yang diadu, jadi selama ini Paidi kecil hanya nonton saja.

Permainan yang lain yang disukai santri-santri senior adalah ‘Cocing’. Permainan ini semacam ramal-meramal. Selembar manila karton digaris kotak kotak dan masing-masing kotak ditulisi dengan abjad alphabet, dari a sampai z.

Kemudian ada cawan kecil yang disebut cocing dipegang dengan telunjuk tangan kiri. Setelah dibacakan mantranya, cocing ini bisa bergerak yang seakan digerakkan telunjuk untuk menelusuri huruf-huruf itu.

Yang paling sering ditanyakan oleh santri-santri itu tentang jodoh, misalnya “jodohnya si fulan orang mana?”, maka cocing itu bergerak misalnya menunjuk huruf M berhenti sebentar, kemudian A berhenti lagi sampai huruf terakhir cocing berhenti lama, maka anak-anak berteriak gaduh MADURA..

Sepak bola api juga merupakan permainan yang dipertandingkan antar grup santri yang biasanya satu group terdiri dari 5 orang, namun kadang per grup hanya 3 orang.

Bolanya dari kelapa tua yang direndam ke minyak tanah, atau bola yang dibuat dari tanah liat yang dibakar seperti batu bata. Kemudian direndam ke minyak tanah dan dinyalakan saat permainan.

Wali Paidi kurang senang dengan permainan ini, namun kalau hanya sekedar melihat, dia senang-senang saja.

Diantara permainan itu Paidi kecil ini senang menonton permainan adu tongkat. Yaitu tongkat kayu yang panjangnya masing-masing 40 cm, masing-masing tongkat ini adalah ‘gaco’ dari pemiliknya. Yang membuatnya dari kayu penjalin, ada yang dari kayu randu kadang juga jati, pokoknya dari kayu yang tak mudah patah.

Tongkat gaco itu kemudian ‘diisi’ dengan mantra mantra tertentu hingga seakan bisa bergerak-gerak sendiri seperti benda hidup. Tongkat gaco masing-masing bisa diadu yang satu dengan lainnya.

Tongkat yang kalah akan terlempar atau terkulai di tanah dan tidak bergerak lagi. Tongkat yang menang akan tetap berdiri dan kadang bisa menari nari.

Dalam permainan adu tongkat itu ada yang terkenal dan sering berjaya dan dianggap tongkat bertuah yaitu tongkat milik Kang Mukhtashor.

Tongkatnya terbuat dari kayu Penjalin. Yang bisa mengalahkan tongkat itu adalah tongkatnya Kang Harun yang konon terbuat dari kayu tongkatnya nabi Musa.

Baca Kisah Sebelumnya:

Kang Harun sudah lulus dan tongkat mainan itu tidak beliau wariskan ke adik-adik santri. Konon tongkat itu sekarang telah berubah menjadi tasbih, yang dibuat oleh pabrik tasbih di Pasuruan.

Bila para santri sedang adu tongkat, Paidi kecil hanya melihat permainan itu dari kejauhan dia tidak berani mendekat karena takut kepentung atau terkena ‘pencelatan’ tongkat yang kadang bisa menimbulkan luka.

Suatu ketika tatkala Paidi kecil sedang asyik melihat permainan itu dari kejauhan, ia dicolek oleh Gus Mursyid seraya berkata, “kamu jangan belajar ilmu itu… itu ilmu sihir tidak banyak manfaatnya.”

Paidi kecil kaget dan takut, takut kalau dilaporkan ke Abah Yai.

“Maaf Gus… saya hanya senang melihatnya saja,”… kata wali Paidi bergegas pergi tapi tangannya dipegang oleh Gus Mursyid :

“Mulai sekarang kamu panggil saya Kang saja ya… jangan Gus… seperti mereka,”… kata Gus Mursyid sambil menunjuk ke santri-santri yang membentuk kalangan itu.

“Kamu Puasa Ayyamul Bidh?”… tanya Gus Mursyid lagi.

“Iya…Gus…eh… iya kang.

“Nutuk..tiga hari ?”… tanya Gus Mursyid lagi, wali Paidi hanya mantuk saja mengiyakan.

“Kalau begitu baca-en mantra ini,”… kata Gus Mursyid sambil menyodorkan secarik kertas bertulisan arab.

“Maaf Gus… saya ndak bisa baca,”… kata Paidi mengembalikan kertas itu, yaa karena selain ditulis tanpa harokat tulisan Gus Mursyid juga kurang bagus sulit dibaca.

“Kalau gitu tirukan saya.” Kemudian Gus Mursyid melafadz pelan-pelan suatu mantra dan ditirukan oleh wali Paidi.

Baca Kisah Sebelumnya:

Luar biasa hanya menirukan satu kali, kali keduanya wali Paidi sudah hampir hafal hanya beberapa kata yang dibetulkan bacaannya oleh Gus Mursyid. Dan pada kali yang ketiga wali Paidi sudah hapal plek mantra itu.

Setelah wali Paidi melafadz sendiri mantra tadi dengan serius sambil memejamkan mata, dan ketika ia membuka mata dan mengusapnya maka byar.. tampak jin-jin yang mengerumuni kalangan santri yang sedang adu tongkat.

Dan tentu saja tongkat kang Muktashor itu menangan karena yang memainkan adalah jin yang tangan kirinya besar sekali kira-kira genggamannya sebesar kelapa hijau namun kepalanya kecil sekali kira-kira sekepal tangan Paidi kecil. Sedang jin-jin yang lain ndak ada yang tangannya sebesar jinnya kang Mukhtashor.

Jin-jin itu memainkan tongkat seperti orang bermain anggar terbalik karena yang dipegang ujung atas sedang yang diadu ujung bawah. Mereka tidak saling memukul atau saling menyakiti, hanya tongkat tongkat itu yang saling dipukul-pukulkan seperti orang yang sedang main anggar terbalik.

Bila salah satu genggamannya merucut atau lepas maka tongkat itu akan terpelanting dan manusia yang melihatnya mengatakan tongkat itu kalah. Ada yang saking kerasnya pukulan maka ada tongkat yang tepelanting keluar kalangan. Tongkat yang terpelanting inilah yang ditakuti Paidi karena kadang bisa membuat luka.

Benar, dalam permainan yang dia saksikan kali ini ada tongkat yang terpelanting sampai jauh keluar lapangan. Melihat hal itu wali Paidi lari maju ingin membantu mengambilkan tongkat yang terpelanting jauh tadi.

Namun nampaknya jin-jin itu salah paham, mereka mengira wali Paidi akan menyerang dan mengobrak abrik mereka.

Jadilah mereka para Jin itu lari tunggang langgang menjauh dari wali Paidi, dan melepas atau melemparkan tongkat-tongkat yang mereka pegang hingga dimata manusia mereka melihat tongkat-tongkat mereka berguguran dan tak bisa bergerak lagi.

Santri-santri itu menoleh kearah Paidi Kecil, mereka sebenarnya mau marah tapi karena di belakang Paidi ada Gus Mursyid, mereka tidak jadi marah, malah lari hingga suasana menjadi gaduh.

Keesokan harinya santri-santri senior ini dikumpulkan oleh Gus Mursyid. Mereka diingatkan agar tidak bermain-main lagi dengan jin. Apakah itu adu tongkat, Pencak kontak, atau Jailangkung. Mereka diarahkan untuk bermain keahlian sewajarnya saja ndak usah minta-minta bantuan jin.

Di depan Gus Mursyid mereka mantuk-mantuk. Tapi nyatanya setiap bulan purnama mereka masih juga main-main seperti itu…

Wali Paidi tahu tapi dia sudah tidak suka menontonnya lagi dan tidak pula melaporkan.

EDITOR: REYNA

 

Last Day Views: 26,55 K

3 Responses

  1. แผ่นปูทางเท้าNovember 27, 2024 at 2:17 am

    … [Trackback]

    […] Read More on that Topic: zonasatunews.com/religi/serial-wali-paidi-bagian-2-sejarah-wali-paidi-episode-4-mantra-jin/ […]

  2. Paket Honeymoon Nusa Penida BaliDecember 21, 2024 at 11:36 am

    … [Trackback]

    […] Information on that Topic: zonasatunews.com/religi/serial-wali-paidi-bagian-2-sejarah-wali-paidi-episode-4-mantra-jin/ […]

  3. my responseJanuary 4, 2025 at 10:30 pm

    … [Trackback]

    […] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/religi/serial-wali-paidi-bagian-2-sejarah-wali-paidi-episode-4-mantra-jin/ […]

Leave a Reply