Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
“Demi Keselamatan Negara Republik Indonesia, demi pengamanan pelaksanaa Pancasila dan Panca Azimat Revolusi seluruhnya, demi keselamatan Angkatan Bersenjata pada umumnya, pada waktu tengah malam hari kamis tanggal 30 september 1965 di ibukota Republik Indonesia, Jakarta, telah dilansungkan gerakan pembersihan terhadap anggota anggota apa yang menamakan Dewan Jendral yang telah merencanakan coup menjelang hari Angkatan Bersenjata 5 oktober 1965. Sejumlah jendral telah ditangkap, alat-alat komunikasi dan obyek-obyek vital lainnya di ibukota telah jatuh sepenuhnya ke dalam kekuasaan Gerakan 30 september,…”
Diatas itu adalah sepenggal kalimat dalam Dekrit no 1 poin nomor 1 Tentang Pembentukan Dewan Revolusi Indonesia tertanggal 1 oktober 1965 yang ditandatangani oleh komando Gerakan 30 september antara lain Letnan Kolonel Untung sebagai Komandan dan Brigjen Supardjo Wakil Komandan.
Itulah pengumuman resmi dari pihak Dewan Revolusi atas ditangkap dan akhirnya dibunuhnya 7 Pahlawan Revolusi antara lain almarhum Jendral Ahmad Yani dll.
Saya pada tahun itu masih sekolah di tingkat Sekolah Rakyat (SR) kelas 6, masih kecil, namun saya dan dua kakak saya yang juga masih kecil itu sempat ikut mendengarkan pengumuman resmi Dewan Revolusi itu bersama orang-orang tua di kampung saya Kapasari gang 5 Surabaya melalui siaran Radio Republik Indonesia atau RRI. Kami menyaksikan para tetangga yang menjadi anggota PKI mendengarkan pengumuman itu dengan sangat seksama. Selain dari RRI mereka juga membaca berita dari surat kabar komunis “Harian Rakyat”. Besoknya suasana di kampung Kapasari (juga dimana-mana di tanah air ini) sangat tegang terutama pada malam hari.
Suasana waktu itu diseluruh wilayah nusantara ini sangat tegang mengingat situasinya belum jelas. Namun Departemen Angkatan Darat lewat Pengumuman No. 002/PENG/PUS/1965 tanggal 1 Oktober 1965 yang ditangdatangani Pimpinan Sementara Angkatan Darat Republik Indonesia Mayor Jendral TNI Suharto telah secara tegas menyebutkan bahwa Gerakan 30 September telah melakukan kudeta atau pengambil alihan kekuasaan Negara Republik Indonesia. Pihak Angkatan Darat juga menyebutkan bahwa Partai Komunis Indonesia berada dibalik upaya Kudeta ini.
Waktu itu PKI posisinya sangat kuat karena menguasai hampir tingkatan pemerintahan seperti gubernur, bupati/walikota bahkan tingkat RW dan RT. Di Kelurahan Kapasari dimana saya tinggal waktu itu, hampir seluruh RT dari gang 1 sampai 10 adalah orang PKI. Dan yang menghadapi dominasi PKI seperti itu salah satunya adalah kekuatan organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama atau NU.
Kakak sepupu saya namanya (almarhum) Cak Abas putra tertua bibi saya, adalah ketua Ansor ranting Kapasari yang rumahnya bersebelahan dengan rumah saya yang hanya dipisah dengan dinding kayu. Di Jakarta telah terjadi penculikan dan pembunuhan jendral-jendral TNI Angkatan Darat; dan itu diikuti dengan ancaman pihak komunis untuk menculik dan membunuh warga yang anti PKI terutama masyarakat Islam dan pengikut organisasi-organisasi Islam.
Para tokoh atau pemimpin organisasi Islam rumahnya sudah di beri tanda khusus oleh PKI sebagi tanda akan diculik dan dibunuh. Kakak sepupu saya almarhum cak Abas itu termasuk rumahnya yang sudah ada tanda-nya artinya dia menjadi target yang akan dibunuh. Yang saya ingat dia diminta saudara-saudara/famili untuk bersembunyi di langgar atau musholla milik keluarga besar kami yang lokasinya persis didepan rumah dia. Saya kemudian tidak mengikuti kabar dimana selanjutnya cak Abas ini bersembunyi, namun yang jelas dia tidak ada dirumah.
Kondisi berbalik ketika Mayor Jendral Suharto bisa menggagalkan Gerakan 30 September itu dengan melakukan pengejaran dan penumpasan para pengikut Partai Komunis Indonesia diseluruh tanah air. Terjadilah pembunuhan dimana-mana terhadap para anggota PKI itu dimana jumlah yang terbunuh ada yang mencatat 500 ribu, ada pula yang mencatat lebih dari 1 juta orang. Ratusan ribu orang juga ditangkap dan asingkan di Pulau Buru.
Semoga kejadian tragis yang pernah menimpa bangsa ini tidak terulang lagi.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Runtuhnya Bangunan Al Khoziny Masuk Berita Internasional
Rektor Universitas Diponegoro, Memberikan Stadium General pada acara Pelantikan Pengurus HMI Korkom UNDip
Dugaan Mega Korupsi Rp 285 Triliun di Pertamina Perkapalan: CERI Desak Kejagung Usut Tuntas “Tiga Pintu” Pertamina
Kejahatan Hukum di Balik Solusi Dua Negara
Api Diujung Agustus (Seri 19) – Pembersihan Internal Garuda Hitam
Anton Permana: Stop Kriminalisasi Tokoh Bangsa, Dari Roy Suryo hingga Abraham Samad
Membangun Surabaya, Waqaf sebagai Alternatif Pembiayaan
Mualim Balas Bobby: 1.000 Ekskavator Sumut di Aceh Siap Dipulangkan
Wakil Ketua Komisi IX DPR Yahya Zaini Apresiasi Kinerja BLK Medan, Dorong Peningkatan SDM Siap Kerja
Yahya Zaini Bongkar Akar Masalah MBG: Jangan Kriminalisasi SPPG, Benahi Dulu Tata Kelola BGN!
No Responses