Nilai-Nilai Al-Quran Dalam Pancasila

Nilai-Nilai Al-Quran Dalam Pancasila
Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag., Guru Besar Tafsir Al-Quran UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Oleh: Muhammad Chirzin

 

Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila buah penggalian nilai-nilai kehidupan penduduk Nusantara berabad-abad lamanya. Sejak Kerajaan Samudera Pasai Aceh (1292), Majapahit (1300-1600); perjuangan melawan penjajah era pra-modern: Cut Nyak Dien, Sultan Agung (1613-1645), Pangeran Diponegoro (1785-1855), Si Singa Mangaraja (1900), hingga perjuangan era modern: Budi Utomo (1908), Muhammadiyah (1912), Nahdlotul Ulama (1926), Sumpah Pemuda (1928), dan Proklamasi Kemerdekaan RI (1945). 

Pancasila dalam pidato Bung Karno 1 Juni 1945: (1) Kebangsaan Indonesia; (2) Internasionalisme atau perikemanusiaan; (3) Mufakat atau demokrasi; (4) Kesejahteraan sosial; (5) Ketuhanan yang berkebudayaan.

Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945: (1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya; (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab; (3) Persatuan Indonesia; (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan perwakilan; (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila 18 Agustus 1945: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa; 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab; 3. Persatuan Indonesia; 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan; 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila mengalami pengayaan redaksional dan semantik, hingga menjadi rumusan final pada Pembukaan UUD Negara RI 1945 yang disahkan pada 18 Agustus 1945.

Pancasila membersihkan dan menyerap serta menerima dan menumbuhkan segala budaya serta ideologi positif yang dapat berkembang berkelanjutan.

Pancasila merupakan satu kesatuan dari lima sila, jiwa seluruh rakyat Indonesia yang memberi kekuatan hidup lahir-batin yang adil dan makmur.

Pancasila menempatkan manusia pada keluhuran harkat dan martabatnya.

Kita perlu memberi ruh baru pada Pancasila untuk menggerakkan sejarah.

Pancasila menuntun sikap dan tingkah laku manusia Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; cerminan suara hati nurani manusia.

Pancasila memberi keyakinan bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai berdasarkan keselarasan dan keseimbangan kehidupan pribadi, masyarakat, dan bangsa. Amandemen UUD 1945 di era Reformasi membuktikan adanya tarikan Pancasila pada kepentingan tertentu.

Dengan sila pertama manusia Indonesia menyatakan percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah, Yang Kekal, Yang Mutlak. Di tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tak ada apa pun seperti Dia.” (QS 112:1-4).

Sila pertama menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk Indonesia untuk memeluk agama dan beridabah menurut ajaran agamanya. Manusia Indonesia saling menghormati dan bekerja sama membina kerukunan hidup sesama umat beragama.

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Al-Baqarah/2:255)

Dengan sila kedua, manusia Indonesia mengakui dan memperlakukan sesama sesuai dengan harkat dan martabatnya. Sama hak, derajat, dan kewajibannya, tanpa pembeda-bedaan suku, keturunan, agama, jenis kelamin, dan kedudukan sosialnya, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan mendorong kegiatan kemanusiaan, membela kebenaran, dan keadilan, serta mengembangkan sikap saling menghormati, dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain di dunia.  

Wahai orang yang beriman, jadilah penegak keadilan, menjadi saksi dengan adil karena Allah. Janganlah kebencian orang kepadamu membuat kamu berlaku tidak adil. Berlakulah adil. Itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah. Allah tahu apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Maidah/5:8).

Dengan sila ketiga manusia Indonesia menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan bangsa, dan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan. Persatuan dikembangkan atas dasar kebinekaan, dan kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa.

Umat manusia dari satu bangsa; kemudian mereka berselisih. Sekiranya tidak karena satu Firman yang keluar dari Tuhanmu sudah mendahului, yang diperselisihkan niscaya sudah terselesaikan antar mereka. (QS Yunus/10:19).

Dengan sila keempat manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Keputusan menyangkut kepentingan bersama dengan musyawarah dan mufakat menggunakan akal sehat, sesuai hati nurani, menjunjung tinggi harkat martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan, serta mengutamakan kepentingan bersama.

Permusyawaratan dalam demokrasi didasarkan atas asas rasionalitas dan keadilan, bukan subjektivitas ideologis dan kepentingan, didedikasikan untuk kepentingan banyak orang, berorientasi ke depan, melibatkan dan mempertimbangkan pendapat semua pihak, yang dapat menangkal dikte minoritas elit penguasa dan klaim mayoritas.

Berkat rahmat Allah jugalah maka engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau kasar dan berhati keras, niscaya mereka menjauhimu. Maka maafkanlah mereka, dan mohonkan ampun buat mereka, serta bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan. Jika engkau telah mengambil keputusan bertawakallah kepada Allah, karena  Allah mencintai orang yang tawakal. (QS Ali Imran/3:159).

Dengan sila kelima manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta menghormati hak orang lain.

Mengabdilah kepada Allah dan jangan mempersekutukan sesuatu dengan Dia; berbuat baiklah kepada ibu-bapak, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, dan orang dalam perjalanan, serta yang menjadi milik tangan kananmu. Allah tidak menyukai orang yang congkak, membanggakan diri. (QS An-Nisa`/4:36).

Sila ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan, dan keadilan sosial merupakan tema-tema pokok Al-Qur`an. Pengamalan Pancasila merupakan perjuangan utama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Manusia Indonesia niscaya bertuhan, berkemanusiaan, bepersatuan, dan berkerakyatan, serta berkeadilan sosial.

Pancasila merupakan satu kesatuan utuh yang terpadu dan tak boleh dipisah-pisah satu dari yang lain. Ketuhanan Yang Maha Esa menjiwai sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila sebagai dasar negara niscaya menjadi landasan Undang-Undang Dasar dan Undang-undangan lain serta peraturan-peraturan turunannya. Segala Undang-Undang dan peraturan yang tidak sejalan dengan Pancasila, harus ditinjau ulang, diperbaiki, atau dibatalkan.

 

EDITOR: REYNA

 

Last Day Views: 26,55 K