Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-274)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-274)
Penulis, Agus Mualif Rohadi berfoto ditengah-tengah Masjid Kubah Batu dan Masjid Qibli, Yerusalem

Oleh : Agus Mualif Rohadi

IX. Nabi Muhammad

Setelah itu Rasulullah kembali ke mimbar kemudian melanjutkan sabdanya: “Wahai seluruh kaum muhajirin, tetaplah kalian berbuat baik kepada kaum anshar, karena jumlah kalian terus bertambah, sedang (kaum anshar) tidaklah bertambah kecuali sebagaimana keadaan mereka hari ini. Sesungguhnya kaum Anshar adalah pembelaku dan tempat menjaga rahasiaku yang aku berlindung kepadanya,. Maka berbuat baiklah kepada siapa saja diantara mereka yang berbuat baik dan maafkan siapa saja diantara mereka yang melakukan kesalahan “.

Setelah usai menyampaikan sabdanya, nabi Muhammad turun mimbar dan kembali ke bilik Aisyah untuk beristirahat lagi. Berita tentang telah semakin sehatnya nabi Muhammad kemudian langsung menjalar ke seluruh kota. Ketika tidak terdengar lagi berita sakitnya nabi Muhammad, kaum muslim kemudian mempersiapkan lagi keberangkatan misi ke al-Balqa’. Namun kemudian mereka mempersoalkan Usamah yang masih terlampau muda dan belum berpengalaman dalam mengatur perang, sedang sahabat-sahabat utama baik dari kaum anshar maupun muhajirin masih banyak.

Ketika nabi Muhammad mendengar pergunjingan tersebut, kemudian kaum muslim diminta berkumpul di masjid. Setelah masjid dipenuhi para sahabat, nabi Muhammad keluar dari bilik Aisyah dan langsung duduk di mimbar, kemudian bersabda : “ Wahai manusia, jangan kalian menghalang halangi pengiriman pasukan Usamah bin Zaid. Aku bersumpah, jika kalian mempersoalkan jabatan komandan perang Usamah, berarti kalian juga mempersoalkan jabatan ayahnya sebelum itu sebagai komandan. Sungguh Usamah sangat pantas mengemban Amanah tersebut sebagaimana ayahnya pantas menerimanya “. Kemudian nabi Muhammad turun dari mimbar kembali ke bilik Aisyah, dan kaum muslim tidak lagi mempersoalkannya

Kaum muslimpun segera berangkat ke al-Balqa’ dengan dipimpin Usamah bin Zaid. Mereka tidak mengetahui bahwa ketika nabi Muhammad kembali kebilik Aisyah, ternyata sakit kepala tersebut menyerang kembali. Saat itu, Abdulah bin Zama’ah bin Al-Aswad bin Al-Muthalib bin Asad bersama beberapa orang muslim berada di bilik Aisyah. Nabi Muhammad masih sempat memberi perintah : “ Beritahukan orang-orang untuk segera mengangkat Abu Bakar sebagai imam shalat bagi kaum muslimin “. Kemudian Aisyah berkata : “ Wahai nabi Allah, sesungguhnya Abu bakar adalah sosok melankolis, bersuara rendah, dan sering menangis apabila sedang membaca Al-Qur’an “. Rasulullah tetap bersabda agar segera Abu Bakar diangkat sebagai imam shalat. Aisyah masih memberi masukan seperti sebelumnya, sehingga nabi Muhammad menjawab : “ Kalian hampir sama dengan sahabat sahabat Yusuf. Segera perintahkan Abu Bakar menjadi imam shalat “.

Orang-orang kemudian mencari Abu Bakar. Tidak lama kemudian Bilal mengumandangkan adzan. Mendengar suara tersebut nabi Muhammad kemudian bersabda : “ Perintahkan seseorang mengimami orang orang shalat “. Abdullah bin Zam’ah kemudian keluar, ternyata Umar bin Khattab telah berada di tengah tengah kaum muslim di masjid. Abdullah bin Zam’ah kemudian berkata : “ wahai Umar, berdirilah dan imamilah orang-orang untuk shalat. Umar kemudian berdiri dan bersiap menjadi imam. Tatkala dia mengucapkan takbir, nabi Muhammad mendengarnya dan kemudian berkata : “ Dimana Abu Bakar? Allah dan kaum muslimin tidak menginginkan ini semua. Allah dan kaum muslimin tidak menginginkan ini  semua “. Nabi Muhammad sampai mengulang perkataannya.

Tidak ada informasi apakah shalat yang diimami Umar dibatalkan atau shalat berjama’ah diulangi lagi. Namun pergantian imam shalat tersebut adalah perintah nabi Muhammad. Seperti halnya jika nabi Muhammad bepergian, maka akan diangkat imam shalat sementara pengganti nabi Muhammad. Dengan demikian, imam shalat sementara kemudian dilakukan oleh Abu Bakar. Umar bin Khattab usai shalat kemudian menegur Abu Zam’ah: “ Sial wahai anak Zam’ah, apa sebenarnya yang sedang terjadi ?. Demi Allah, tatkala engkau menyuruhku untuk menjadi imam kaum muslimin, aku pikir Rasulullah memerintahkan itu padamu. Andaikan aku tahu Rasulullah tidak menyuruhmu seperti itu, aku tidak akan mau menjadi imam kaum muslimin “. Abu Zam’ah kemudian menjawab: “ Demi Allah, Rasulullah tidak menyuruhku seperti itu. Hanya saja tatkala aku tidak mendapatkan Abu Bakar, maka aku memandangmu sebagai orang yang pantas menjadi imam bagi kaum muslimin “.

Baca Juga:

Ibnu Ishaq berkisah, dari Az-Zuhri yang berkata dari Anas bin Malik dan dari Abu Bakar bin Abdullah bin Abu Mulaikah, pada hari Senin, menjelang subuh, kaum muslim telah berada di dalam masjid. Dari bilik Aisyah, tiba tiba muncul nabi Muhammad dalam keadaan segar. Nabi Muhammad berdiri di pintu dan terlihat tersenyum bahagia yang kaum muslim memandang dengan terpesona melihat keindahan didepan matanya. Kaum muslim segera menyibak untuk memberikan jalan kepada nabi Muhammad yang langsung kedepan duduk di sebelah Abu Bakar as-Sidiq. Ketika datang waktu shalat, Abu Bakar mempersilahkan Nabi Muhammad untuk menjadi imam shalat, namun Rasulullah mendorong tubuh Abu Bakar agar mengimami shalat. Abu Bakar kemudian berdiri dan nabi Muhammad shalat dalam keadaan tetap duduk di sebelah abu Bakar.

Usai shalat, nabi Muhammad bersabda : “ Wahai manusia, neraka telah dinyalakan dan terus berkobar kobar dan beragam ujian telah datang bagaikan serpihan malam yang gelap gulita. Demi Allah, kalian tidak bisa meletakkan tugas kewajibanku. Sungguh aku tidak menghalalkan apapun kecuali yang dihalalkan Al-Qur’an dan tidak mengharamkan apapun kecuali yang diharamkan Al-Qur’an “. Usai nabi Muhammad bersabda, Abu Bakar berkata kepadanya : “ Wahai nabi Allah, pada pagi ini engkau sungguh terlihat berada dalam nikmat Allah dan keutamaan-Nya sebagaimana yang kami harapkan. Hari ini adalah hari Bintu Kharijah, bolehkah aku datang menemuinya?. Rasulullah kemudia menjawab: “ Ya“. Kemudian Abu Bakarpun pun pulang ke rumahnya di kebun Sunh untuk menengok ayahnya yang sudah semakin tua. Kaum muslim pun pulang dengan gembira. Berita tentang nabi Muhammad yang mulai sehat kembali segera menebar ke seluruh penjuru kota.

Ibnu ishaq berkisah dari Az-Zuhri dari Abdullah bin Ka’ab bin Malik dari Abdullah bin Abbas r.a, usai shalat subuh, Ali bin Abu Thalib dan Al-Abas bin Muthalib mengikuti nabi Muhammad masuk ke dalam bilik Aisyah. Beberapa saat kemudian mereka berdua keluar dari kamar. AlAbas menggandeng tangan Ali. Kaum muslim yang ada di luar bilik kemudian bertanya: “ Wahai Abu Hasan, bagaimana kondisi Rasulullah pada pagi ini? “. Ali kemudian menjawab:“ Alhamdulillah, pagi ini beliau sehat bugar “. Kaum muslim senang mendengarnya dan kemudian bubar.

Namun Al-Abas kemudian berkata pada Ali: “ Wahai Ali, setelah tiga hari engkau akan menjadi budak. Aku bersumpah dengan nama Allah, sungguh aku melihat rona kematian di wajah Rasulullah sebagaimana pernah aku lihat pada wajah-wajah bani Al-Muthalib. Mari kita masuk ke tempat Rasulullah. Jika perkara siapa penerus beliau berada di tangan kita maka kita akan mengetahuinya, namun apabila perkara ini diberikan kepada orang selain kita  maka kita minta beliau berwasiat untuk kita pada manusia “. Ali bin Abu Thalib kemudian menjawab : “ Demi Allah, aku tidak mau melakukannya. Demi Allah, jika perkara ini tidak diserahkan kepada kita, maka ia tidak akan diberikan kepada siapapun sepeninggal beliau “.Al-Abas dan Ali kemudian masuk ke bilik Aisyah untuk menunggui nabi Muhammad yang terbaring semakin lemah.

Al-Abas menceritakan pengalamannya melihat orang-orang tua bani Al-Muthalib ketika akan meninggal kepada Ali dan berbekal pengalamannya itu, dia yakin bahwa nabi Muhammad tidak lama lagi akan meninggal. Oleh karena itu, sesuai kebiasaan orang arab ketika ada orang akan meninggal, mereka akan bertanya tentang wasiat yang akan disampaikan, Al-Abas mengajak Ali agar Ali mau menanyakan wasiat nabi Muhammad tentang perkara kaum muslim sepeninggalnya. Maksud perkara tersebut adalah siapa yang akan ditunjuk nabi Muhammad untuk memimpin kaum muslim setelah Rasulullah meninggal. Namun Ali bin Abu Thalib, sebagai laki-laki yang paling dekat hubungannya dengan nabi Muhammad, sebagai saudara, sebagai anak angkat maupun sebagai menantu sekaligus ayah dari cucucucu nabi Muhammad, menolak ajakan Al-Abas mempertanyakan hal tersebut. Tidak ada orang yang sedekat Ali bin Abu Thalib dalam hubungan keluarga dengan nabi Muhammad. Al-Abas hanya mempunyai hubungan saudara, sedang Utsman bin Affan adalah saudara jauh dan menantu. Abu Al-Ash bin Ar-Rabi’ bin Abdun bin Al-Uzza bin Abdu Syams juga menantu dan ayah dari cucu perempuan nabi Muhammad sekaligus keponakan Khadijah, tetapi Abu Al-Ash hampir tidak pernah terlihat keterlibatannya dengan urusan kaum muslim.

Saat Ali dan Al-Abas masuk bilik diikuti seseorang dari keluarga Abu Bakar, dan dilihatnya kepala nabi Muhammad telah berada di pangkuan Aisyah. Nabi Muhammad melihat siwak hijau yang dibawa sahabat dari keluarga Abu Bakar tersebut. Sahabat tersebut kemudian menawarkan siwak tersebut kepada nabi Muhammad dan Rasulullah menerimanya. Kemudian di kunyahnya siwak tersebut setelah itu digunakan menggosok giginya hingga bersih. Di ruang tersebut juga telah berkumpul para istri nabi Muhammad dan Fatimah binti Rasulullah SAW.

(bersambung ………………..)

Last Day Views: 26,55 K