Oleh: Isa Ansori
Kolumnis dan Akademisi, Tinggal di Surabaya, Dewan Penasehat Perhimpunan Bumi Putera Indonesia, Jawa Timur
Nampaknya upaya pembajakan demokrasi tak henti paska pilpres 2024. Betapa tidak istana melalui Koalisi Indonesia Maju terus berusaha menjadikan semua daerah yang melaksanakan pilkada untuk berafiliasi pada Koalisi Indonesia Maju bahkan kalau perlu plus koalisi diluar mereka dibajak untuk memenangkan agenda pembusukan Demokrasi. Potret pembajakan itu terjadi hampir disemua daerah kabupaten kota maupun propinsi, sehingga diluar agenda yang diusung merek, kalau perlu dihambat dan dihabisi.
Potret buram demokrasi Nampak sekali terjadi di Jakarta. Meski Jakarta tak lagi menjadi ibu kota Negara, tapi Jakarta masih terlihat seksi untuk menopang kehidupan demokrasi Indonesia. Tak mudah memang melupakan Jakarta, meski sudah ada IKN, sehingga melihat konstestasi pilgub Jakarta tak ubahnya melihat kontestasi pilpres 2024.
Adalah Anies Baswedan, seorang tokoh muda, intelektual dan visoner. Anies muda adalah jelmaan sang kakek yang juga Pahlawan Nasional, bercita – cita membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan. Berbeda dengan sang kakek yang melawan penjajah Belanda, Anies muda melawan penjajahan yang dilakukan oleh negara dengan kroni – kroni oligarki dan perampok uang negara. Anise adalah ancaman, sehingga Anies perlu dihambat dan bahkan kalau perlu dihabisi karier politiknya.
Upaya untuk menghabisi karie politik Anies dan demokrasi yang sehat dimulai dengan melakukan operasi memecah Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar dalam pilpres yang lalu. Koalisi yang terdiri dari Partai Nasdem, PKS dan PKB, kini tak menyisahkan sama sekali untuk agenda perubahan yang dibawah oleh Anies Baswedan. PKB dan Nasdem terlebih dahulu meninggalkan Anies, konon kabarnya karena tekanan. Sehingga pencalonan Anies sebagai calon Gubernur Jakarta yang sudah dideklarasikan, ditarik kembali untuk dipertimbangkan. Menyusul PKS yang selama ini diyakini tahan terhadap tekanan dan intimidasi, namun pada akhirnya juga kandas, karena kadernya merasa ditolak oleh Anies, dan kemudain merapat ke koalisi istana, koalisi Indonesia maju plus dengan imbalan kadernya, Suswono, dijadikan calon wakil gubernur berpasangan dengan Ridwan Kamil. Pasangan Ridwan Kamil – Suswono ( Rawon ) untuk Jakarta yang didukung oleh Sembilan partai parlemen dan hanya menyisahkan PDIP, bias diduga adalah calon istana.
Momentum perjuangan nilai yang dibawah Anies mengembalikan amanah konstitusi UUD 1945, menciptakan ketertiban, perdamaian, keadilan sosial dan menegakkan keadilan menemui jalannya di Jakarta. Perseteruan PDIP dengan Jokowi, lebih khusus antara Megawati dan Jokowi adalah jalan Tuhan membimbing Indonesia menemukan kembali demokrasi yang telah diperkosa. Nilai – nilai kerakyatan yang selama ini diklaim oleh PDIP menemukan muaranya di Anies Baswedan. Kekecewaan PDIP terhadap Jokowi, butuh saluran perlawanan. Bagi PDIP dan Anies Baswedan, Jokowi dan Koalisi Indoensia Maju Plus adalah rezim kontra reformasi. Mengapa ? karena Koalisi besar yang dibangun Jokowi adalah koalisi yang hanya melayani hasrat kotor Jokowi dan keluarganya untuk membangun politik dinasti. Hal itu jelas – jelas bertentangan dengan semangat reformasi, yaitu anti KKN.
Keputusan MK nomor 60 dan 70 yang memberi ruang semua partai politik dengan persyaratan yang ditentukan, menurunkan elementary threshold dar 20 % dan menyesuaikan dengan jumlah penduduk yang ada disetiap kabupaten kota dan propinsi, memberi harapan baru bagi hidupnya lagi demokrasi. PDIP yang awalnya sudah dikucilkan oleh istana agar tak bisa menyodorkan calon tanpa kolaisi, kini mempunyai harapan untk bisa menyodorkan calonnya tanpa harus koalisi, karena PDIP mempunyai kursi 14 % diatas ketentuan antara 6.5 % sampai 10 %. Pertemuan kepentingan nilai perjuangan menyelamatkan demokrasi dan berpihak pada rakyat, antara Anies dan PDIP menemukan jalannya. Sehingga Anies dan PDIP bergerak cepat untuk bertemu dan menyelamatkan demokrasi Indonesia. Peretmuan ini diibaratkan sebagai pertemuan Koalisi Menyelamatkan Jakarta, karena Anies meski tak berpartai, Anies didukung oleh masyarakat Jakarta. Hal ini dibuktikan dengan bebrbagai survey yang menempatkan Anies di posisi tertinggi diantara calon calon gubernur Jakarta yang lainnya.
Kontestasi pilgub Jakarta adalah kontestasi Koalisi Rakyat Jakarta yang bertujuan menyelamatkan Jakarta melawan Koalisi Kontra Reformasi, yang hanya mencoba melayani hasrat istana dan dinasti politik yang disuburkan oleh oligarki.
Kalau memang PDIP dan Anies Baswedan bisa bersama – sama berjuang di Jakarta, kita patut berterimakasih kepada Megawati dan PDIP, karena dengan begitu kita bisa melihat karakter kerakyatan yang dimiliki oleh PDIP. PDIP mungkin merasa bersalah dengan menopang kekuasaan Jokowi dan memusuhi Anies selama ini, kini pada akhirnya, Megawati dan PDIP juga dikhianati.
Pertemuan Anies dan PDIP dikantor DPW PDIP Jakarta menjadi momentum menyelamatkan demokrasi Indonesia melalui Jakarta. Selamatkan Demokrasi Indonesia , selamatkan Jakarta dari jarahan koalisi kontra reformasi.
Surabaya , 25 Agustus 2024
EDITOR: REYNA
Related Posts

Panja DPR Ambil Alih Komando Reformasi Penegak Hukum

Kedaulatan Kompor – Martabat Negara: Orkestrasi Bauran Energi Dapur Rakyat: LPG, DME, Jargas & CNGR

Sedikit Catatan Pasca Pemeriksaan di Polda Metro Jaya (PMJ) Kemarin

Operasi Garis Dalam Jokowi: Ketika Kekuasaan Tidak Rela Pensiun

Penasehat Hukum RRT: Penetapan Tersangka Klien Kami Adalah Perkara Politik Dalam Rangka Melindungi Mantan Presiden Dan Wakil Presiden Incumbent

Negeri di Bawah Bayang Ijazah: Ketika Keadilan Diperintah Dari Bayangan Kekuasaan

Novel “Imperium Tiga Samudra” (11) – Dialog Dibawah Menara Asap

Wawancara Eksklusif Dengan Kol (Purn) Sri Radjasa Chandra (3-Tamat): Korupsi Migas Sudah Darurat, Presiden Prabowo Harus Bertindak!

Wawancara Eksklusif Dengan Kol (Purn) Sri Radjasa Chandra (2): Dari Godfather ke Grand Strategi Mafia Migas

Wawancara Eksklusif dengan Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra (1): “The Gasoline Godfather” Dan Bayangan di Balik Negara



No Responses