Oleh: Andrianto Andri
Saya, Andrianto Andri mengenal dekat almarhum Dr Rizal Ramli (RR), sosok Senior yang menjadi sosok ideal para Aktivis 98 maupun sesudahnya.
Perkenalan saat beliau jadi konsultan top ekonomi Indonesia, lulusan Univ Boston, USA. Dr Rizal Ramli mendirikan think tank ECONIT yang kritis terhadap Pemerintahan Orba. Saat saya jadi Ketua LSM Humanika di tahun 97-99 sering datang ke kantor Econit di bilangan Tebet Timur dalam Jaksel.
Saya pun kerap undang beliau. Jika diskusi yang kami galang tentang ekonomi selalu Bang RR berdebat seru dengan almarhum
Eki Syahrudin.
Saya tahu Bang RR banyak supoort gerakan Reformasi, demo-demo jelang Suharto lengser. Namun saat Habibie gantikan Suharto,
berpisah jalan. Saya dukung Habibie, karna landasan konstitusional. Bang RR tetep tidak terima karena Habibie di anggap penerus Suharto.
Saat Gus Dur kuasa, Bang RR jadi Menko Ekonomi dan Menkeu.Tapi era itu saya jarang berkomunikasi. Justru hubungan yang intens saat SBY periode 1.
Sy dan Bang RR menggalang aksi kritis terhadap kebijakam ekonomi. Sayangnya SBY tetap di garis neo lib. Puncaknya sy dan Bang RR lakukan demo terbesar era SBY yakni penolakan BBM naik di bulan Mei 2008. Saya dan Bang RR nyaris di adili.
Kemudian saya jadi timses Bang RR untuk Capres 2009. Kami keliling ke penjuru negeri dan Parpol. Karena iklim yang Neo Liberal buat Bang RR tidak cukup peroleh dukungan.
Saat saya mau jadi Komisaris BUMN di era SBY jilid 2 saya ijin dulu dengan Bang RR. Ternyata beliau mendukung sekali.
Sampailah beliau saat Era Presiden Jokowi jilid 1, Bang RR jadi Menko Maritim. Saya tidak terlalu intens, justru saat beliau di Reshuffle kemudian Bang RR mau ikut Pilgub DKI Jakarta 2017. Saya jadi timsesnya. Sekali lagi gagal dapat tiket karena sikond yang Neolib jadi penghalangnya.
Saya praktis selama 9 tahun jadi oposan rezim Jokowi sangat apresised sama Bang RR, meski peluang beliau terbuka jadi pejabat,
tapi beliau beroposisi yang kritis.
Hingar bingar Pilpres 2024 ini saat memasuki masa kampnye, saya mendengar beliau sakit. Sangat jarang beliau sakit. Namun biasanya tiap hari bertukar info kritis via WA. Saat terakhir bulan Desember setelah ultahnya 10 Desember (lahir 10 Desember 1954) beliau tidak lagi berkabaran.
Saya tahu meski beliau saat sakitpun tetap memikiran bangsa ini. Itulah yang membuat sedih di hati ini.
Semoga kepedihan Bang RR akan nasib rakyat yang selalu jadi moral hazaard perjuangannya, dapat Kami lanjutkan.Pesan beliau jaga idealisme.
Saya yakin Bang RR yang menjadi saksi pernikahan saya di masjid Sunda Kelapa adalah orang teramat baik dan teramat lurus, husnul khotimah dan berkumpul kembali dengan Istri nya Mbak Hera yang wafat 2006 di Surganya Allah Swt. Amin.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Kedaulatan Kompor – Martabat Negara: Orkestrasi Bauran Energi Dapur Rakyat: LPG, DME, Jargas & CNGR

Sedikit Catatan Pasca Pemeriksaan di Polda Metro Jaya (PMJ) Kemarin

Operasi Garis Dalam Jokowi: Ketika Kekuasaan Tidak Rela Pensiun

Penasehat Hukum RRT: Penetapan Tersangka Klien Kami Adalah Perkara Politik Dalam Rangka Melindungi Mantan Presiden Dan Wakil Presiden Incumbent

Negeri di Bawah Bayang Ijazah: Ketika Keadilan Diperintah Dari Bayangan Kekuasaan

Novel “Imperium Tiga Samudra” (11) – Dialog Dibawah Menara Asap

Wawancara Eksklusif Dengan Kol (Purn) Sri Radjasa Chandra (3-Tamat): Korupsi Migas Sudah Darurat, Presiden Prabowo Harus Bertindak!

Wawancara Eksklusif Dengan Kol (Purn) Sri Radjasa Chandra (2): Dari Godfather ke Grand Strategi Mafia Migas

Wawancara Eksklusif dengan Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra (1): “The Gasoline Godfather” Dan Bayangan di Balik Negara

Republik Sandiwara dan Pemimpin Pura-pura Gila





No Responses