Oleh: Prof. Iswandi Syahputra
Jika kita kehilangan harta, kekuasaan dan jabatan, ini belum dapat dikatakan kehilangan apa pun. Sebab, harta bisa dicari, bahkan ditambah selama tubuh kita sehat. Apalagi cuma kalah dalam Pilpres.
Jika kita kehilangan kesehatan, kita baru kehilangan sebagian hal terpenting dalam hidup. Sebab, orang yang sakit akan berkurang kesempatannya untuk melakukan banyak hal, termasuk mencari harta, kekuasaan, dan jabatan. Bahkan harta yang kita miliki bisa saja habis untuk biaya berobat agar kita sembuh dari sakit. Orang sakit juga terhalang untuk mencalonkan diri sebagai Capres atau Cawapres sebagai bentuk kekuasaan.
Tapi jika kita kehilangan karakter, sesungguhnya kita sudah kehilangan segalanya. Kalaupun kita sehat dan memiliki banyak harta tapi tidak punya karakter, maka kesehatan, kekuasaan, dan jabatan tidak mengandung berkah. Bahkan banyak orang sehat, berkuasa, dan menjabat hanya menimbulkan masalah. Bayangkan jika Capres dan Cawares yang terpilih tidak memiliki karakter.
Masalahnya adalah: Apa itu karakter? Di mana letaknya? Bagaimana cara kerjanya?
Karakter merupakan suatu anugerah yang berasal dan bersumber dari Tuhan. Karakter sudah ada dan berada melekat dalam setiap diri manusia. Dia adalah AKHLAK yang bertumpu pada sifat-sifat kenabian Rasulullah Muhammad SAW, yaitu Sidiq, Tabligh, Amanah dan Fatonah. Secara fisik letaknya di hati, tapi secara non fisik letaknya pada ruh setiap manusia yang hidup.
Karakter Sidiq adalah sifat benar yang berasal dari sumber segala sumber kebenaran mutlak. Dalam diri manusia mewujud dalam suara hati yang tidak bisa dibohongi oleh apa pun, siapa pun, kapan pun dan di mana pun. Karena sumbernya berasal langsung dari Tuhan, segala yang benar yang benar-benar kebenaran berasal dari Tuhan. Untuk mengujinya, cobalah sesekali berbohong, pasti suara hati terasa akan menolaknya. Rasa menjadi penting, karena dia adalah radar yang bersuara mendeteksi diri dari semua bentuk kebohongan, kesalahan, dan niat kejahatan.
Karakter Tabligh adalah sifat untuk senantiasa menyampaikan apa adanya tentang kebenaran. Kebenaran (Sidiq) tidak boleh hanya berada dalam hati, tapi harus mewujud dalam tindakan, dan perilaku diri sendiri. Sampaikan kebaikan dan kebenaran untuk diri sendiri terlebih dahulu, baru menyampaikan kebaikan, dan kebenaran untuk orang lain.
Karakter Amanah adalah sifat jujur sehingga dapat dipercaya. Sidiq sebagai esensi, Tabligh sebagai eksistensi, dan Amanah sebagai implikasi dalam setiap diri manusia. Orang yang secara internal sudah bisa merasakan adanya Sidiq dalam hatinya, kemudian menjelma tersampaikan menjadi perilaku yang akan membentuk karakter yang Amanah.
Karakter Fathonah adalah sifat cerdas, kecerdasan yang berasal dari hati tempat bersemayam Sidiq (kebenaran) tadi. Orang yang Fathonah adalah orang yang memiliki kecerdasan spiritual, kecerdasan yang berasal dari suara hati yang selalu condong pada kebenaran. Sehingga kecerdasannya digunakan untuk kebaikan, bukan keburukan, kebenaran, bukan kesalahan.
Sidiq, Tabligh, Amanah, dan Fathonah adalah satu kesatuan dari empat karakter yang jika dapat dirasakan sebenarnya adalah karakter kenabian Muhammad SAW yang memancar dan terpateri dalam setiap hati manusia. Sehingga, Sidiq adalah esensi, Tabligh adalah eksistensi, Amanah adalah implikasi, dan Fathonah adalah konklusi.
Jangan sampai kita kehilangan karakter AKHLAK yang sebenarnya sudah ada, berada, dan melekat dalam setiap hati manusia. Sebab, jika karakter AKHLAK ini sudah hilang, maka hakikatnya kita akan kehilangan segalanya, bukan saja kehilangan masa depan bangsa, tetapi kehilangan masa depan di akhirat.
Karena itu dalam Pilpres nanti, perlu perHATIan, agar kita HATI-HATI, gunakan HATI tempat bersemayam AKHLAK dalam memilih…
Karakter orang akan diuji dengan kekuasaan, bukan harta, dan kesehatan.
“Semua orang bisa bertahan dengan penderitaan, tapi bila Anda ingin mengetahui karakter seseorang, berilah dia kekuasaan.” (Abraham Lincoln)
EDITOR: REYNA
Related Posts

Fakus Perjuangan Kita – Selamatkan Indonesia Dari Kehancurannya

Panja DPR Ambil Alih Komando Reformasi Penegak Hukum

Menyingkap Serangan Balik Mafia Migas dan Tambang

Tandem Pernyataan Sikap FPP-TNI Dan Forum Kebangsaan DIY

Nilai-Nilai Al-Quran Dalam Pancasila

Ummat Islam Makin Terpuruk Secara Politik

Kedaulatan Kompor – Martabat Negara: Orkestrasi Bauran Energi Dapur Rakyat: LPG, DME, Jargas & CNGR

Mengapa OTT Kepala Daerah Tak Pernah Usai?

Sedikit Catatan Pasca Pemeriksaan di Polda Metro Jaya (PMJ) Kemarin

Operasi Garis Dalam Jokowi: Ketika Kekuasaan Tidak Rela Pensiun



No Responses