Oleh: Yoyon Suryono, Profesor Emeritus
(Pegiat Guru Nanjung Desa)
Sepanjang tahun 2023 ada tiga hal penting yang nenyebabkan terjadinya konflik, perpecahan, atau “rebutan” di kelompok elit yang berdampak ke akar rumput, antara lain karena dampak medsos, yaitu uang, jabatan, dan kekuasaan yang saling bertalian satu sama lain.
Hal itu tak terkecuali di ranah politik praktis. Muncul koalisi dan oposisi di kalangan partai politik. Partai koalisi bergandengan dan bisa jadi memang dirancang sebagai pendukung solid pemerintah yang sedang berkuasa. Sedangkan oposisi sebaliknya. Kerap ditempatkan sebagai “lawan” pemerintah. Dan dinilai berseberangan dengan pemerintah. Tidak diposisikan sebagai “partner” pemerintah. Fenomena ini terjadi mulai dari pemerintah terus sampai ke bawah, ke akar rumput.
Ada alasan ideologi dasar konflik itu. Namun tidak jarang juga karena alasan pragmatis serupa ingin dapat jatah jabatan dengan segala kemudahan finansial dan kekuasaan. Tidak salah karena pada awalnya koalisi dibetuk untuk memperkuat kedudukan posisi pemerintah melalui dukungan lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif dan bahkan institusi pemerintahan yang lain yang semestinya independen.
Ada kepiawaian dan taktik jitu di sini untuk menciptakan situasi seperti itu. Tentu bukan orang atau institusi sembarangan. Melainkan satu atau sekelompok orang yang memiliki kekuatan, terutama secara finansial luar biasa untuk piawai dan tegas mengelola itu.
Peristiwa kekinian terjadi di dua kubu itu: koalisi maupun oposisi. Partai politik tertentu berkoalisi sangat gemuk dengan ketua-ketua parpol yang hebat. Partai politik lain berkoalisi secara ramping, dan konon yang ini dianggap berseberangan dengan alasan, bisa jadi, secaca tidak eksplisit takut kelompok ini menang di pilpres 2024. Meski nyata-nyata menurut survey versi mereka, kelompok ini bukan berada di peringkat pertama.
TERKAIT :
- Refleksi Akhir Tahun 2023 Pendidikan (1): Akal sehat vs Akal Bulus
- Refleksi Akhir Tahun 2023, Pendidikan (2): Etika dan Moral
Perlu analisis khusus dilakukan secara netral untuk menilai apakah munculnya partai koalisi dan oposisi berkaitan dengan tiga hal di atas yaitu uang, jabatan, dan kekuasaan. Tidak semua partai politik punya banyak uang, pun bersikeras selalu ingin punya jabatan, dan mengejar kekuasaan dengan segala cara yang dilakukan yang penting tujuan tercapai.
Kalau meminjam ajaran dalam dunia pendidikan, tujuan pendidikan itu harus baik dan harus dicapai dengan cara-cara yang baik pula. Nampaknya ajaran itu tidak berlaku dalam konteks ini. Beda konsep, beda arena, dan beda implementasi. Karena beda kepentingan.
Dalam konteks akhir tahun 2023 dan memasuki tahun 2024, sebagai sebuah refleksi dan kontemplasi, tidak mustahil kerukunan dan kebersamaan itu atau perselisihan pilihan politik dalam format berkoalisi atau beroposisi itu diduga berhubungan erat dengan uang, jabatan, dan kekuasaan. Sejarahlah yang akan mencatatnya.
Hanya satu pertanyaan yang tersisa adalah apakah maraknya korupsi saat ini yang ditunjukkan oleh Indeks Persepsi Korupsi Indonesia yang menurun disebabkan oleh tiga hal itu?
Tentu tidak karena penyelenggaraan pemilu dari periode ke periode, juga di 2024 ini, diikrarkan dan disepakati akan dilaksananakan secara jujur, netral, adil, dan profesional. Insya Allah.*
EDITOR: REYNA
Related Posts

Kedaulatan Kompor – Martabat Negara: Orkestrasi Bauran Energi Dapur Rakyat: LPG, DME, Jargas & CNGR

Sedikit Catatan Pasca Pemeriksaan di Polda Metro Jaya (PMJ) Kemarin

Operasi Garis Dalam Jokowi: Ketika Kekuasaan Tidak Rela Pensiun

Penasehat Hukum RRT: Penetapan Tersangka Klien Kami Adalah Perkara Politik Dalam Rangka Melindungi Mantan Presiden Dan Wakil Presiden Incumbent

Negeri di Bawah Bayang Ijazah: Ketika Keadilan Diperintah Dari Bayangan Kekuasaan

Novel “Imperium Tiga Samudra” (11) – Dialog Dibawah Menara Asap

Wawancara Eksklusif Dengan Kol (Purn) Sri Radjasa Chandra (3-Tamat): Korupsi Migas Sudah Darurat, Presiden Prabowo Harus Bertindak!

Wawancara Eksklusif Dengan Kol (Purn) Sri Radjasa Chandra (2): Dari Godfather ke Grand Strategi Mafia Migas

Wawancara Eksklusif dengan Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra (1): “The Gasoline Godfather” Dan Bayangan di Balik Negara

Republik Sandiwara dan Pemimpin Pura-pura Gila



No Responses