ZONASATUNEWS.COM, MADRID – Saya ingin menegaskan di dalam forum ini bahwa dunia kita saat ini tidak sedang baik-baik saja. Paling tidak ada dua faktor besar. Mengapa saya harus mengatakan demikian, yang pertama adalah faktor alam. Apa yang disebut climate change perubahan iklim itu berdampak luas dan bisa jadi perubahan iklim ini terjadi karena berbagai faktor baik yang sudah diketahui oleh manusia ataupun yang belum diketahui. Bencana alam yang tidak terduga, perubahan musim, perubahan iklim, dan seterusnya.
Tapi ada faktor kedua sebetulnya yang lebih membahayakan yaitu faktor manusia keserakahan manusia, keinginan negara-negara tertentu mendominasi, mengangkangi, mengeksploitasi, kekayaan bumi baik dalam bentuk minyak gas atau berbagai mineral yang berada di berbagai negara.
Hal ini disampaikan oleh Duta Besat RI Untuk Spanyol dan UNWTO, Dr Muhammad Najib saat memberikan sambutan didepan forum Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Spanyol dan Eropa yang berkunjung ke KBRI Madrid.
Apa yang kemudian kita lakukan, apa yang kemudian kita lihat, apa yang kemudian kita sikapi, sampai sekarang karena pemahaman kita terhadap berbagai atau perubahan peta politik dunia tidak sepenuhnya kita mengerti, menyebabkan seringk kita terperangkap hanya bereaksi secara sporadis, hanya menyikapi hal-hal yang periferal bukan persoalan yang substansial,
“Barangkali sedikit saya ingin menyinggung perubahan peta di tingkat global kalau semula dunia kita ini dikenal dengan istilah bipolar karena ada kekuatan besar. Yang pertama Rusia dengan Uni sovietnya kemudian Amerika dengan NATO nya atau dengan sekutunya,” kata Dubes Najib dalam channel Youtube Wisma Duta RI Madrid yang dikirimkan ke redaksi, Senin (25/12/2023)
Selanjutnya Dubes Najib menguraikan bahwa persaingan di antara kedua kelompok ini berakhir ketika Rusia harus cabut dari Afghanistan dan itu melahirkan apa yang disebut dengan dunia yang monopolar, dunia yang sepenuhnya dikendalikan oleh Amerika dan sekutunya. Inilah yang disebut oleh Fukuyama dalam bukunya The End of History, artinya dunia hanya dikuasai atau dimenangkan oleh Amerika dan sekutunya.
Ternyata belakangan kemajuan sains dan teknologi dan itu membuat negara-negara baru secara ekonomi memiliki kekuatan yang luar biasa berimplikasi terhadap kekuatan politik dan kemudian kekuatan militer menyebabkan kita ini sekarang, apa yang disebut dengan multipolar.
Sebutlah China kemudian India, Jepang, Korea Selatan, adalah negara-negara baru yang ikut mewarnai perubahan peta politik di tingkat Global. Seringk kita melihat perubahan peta ini seperti Perang Dunia Pertama atau Perang Dunia kedua itu melahirkan letupan-letupan yang luar biasa menggoncang dunia saat ini.
“Dua letupan pertama sudah kita lihat secara nyata beserta dampaknya yang pertama perang Ukraina, yang kedua perang Gaza. Kita tidak tahu titik api yang lain yang mana yang akan meletup kemudian. Apakah di Selat Taiwan atau di Laut Cina Selatan atau mungkin ada titik api baru yang tiba-tiba muncul kita juga tidak tahu,” urai Dubes Najib.
Indikasinya kita bisa lihat betapa perang di Gaza sekarang itu menyebabkan lembaga dunia yang paling kokoh yang paling kuat (PBB) menjadi lumpuh, karena itu aktor-aktor negara jangan biarkan berjuang sendiri. Organisasi seperti Muhammadiyah harus ikut terjun karena dalam dunia seperti sekarang ini aktor-aktor negara saja tidak cukup, diperlukan apa yang disebut dengan Civil Society, para cendekiawan, media massa harus ikut serta memberikan tekanan-tekanan politik kepada lembaga-lembaga yang ingin mendominasi institusi-institusi multilateral seperti PBB dan sebagainya.
“Nah di sinilah panggilan untuk Muhammadiyah, panggilan kemanusiaan, panggilan untuk menyelamatkan bumi kita jangan biarkan hanya orang barat saja yang memikirkan. Bagaimana menyelamatkan bumi kita Muhammadiyah juga harus ikut terjun. Bagaimana dunia kita menjadi aman, bagaimana dunia kita ini bisa menjadi adil, begitu juga bagaimana dunia kita menjadi makmur tidak peduli apa bangsa dan negaranya, semua umat manusia di dunia ini berhak untuk menikmati kemakmuran,” kata Dubes Muhammad Najib.
Karena itu, lanjut Dubes Najib, saya ingin menghibau mengajak serta bagaimana kader-kader Muhammadiyah baik yang ada di tanah air maupun yang berada di luar negeri untuk mencoba mengkapitalisasi pengalaman Muhammadiyah di tingkat nasional. Cobalah Kita Renungkan betapa sekolah-sekolah Muhammadiyah mulai TK sampai Universitas sudah memberikan kontribusi sangat besar pada bangsa dan negara. Sekolah-sekolah Muhammadiyah tidak pernah membuat kriteria hanya orang Islam yang boleh masuk.
“Muhammadiyah hanya orang Muhammadiyah yang boleh masuk sekolah Muhammadiyah, tidak. Ya Apun agamanya nya apapun etnisnya semuanya diterima di sekolah Muhammadiyah. Begitu juga Rumah Sakit Muhammadiyah, kalau ada orang sakit tidak ditanya agamanya, semuanya diobati dan semuanya mendapatkan perlakuan yang sama. Nah cobalah pengalaman ini kita tingkatkan di tingkat Global,” tutur Dubes Najib.
Dubes Najib beralasan, karena sekarang dunia membutuhkan peran Muhammadiyah. Bapak-bapak dan ibu sekalian khususnya adik-adik yang berada di ruangan ini mungkin sebagian pimpinan Muhammadiyah di tanah air masih inward looking karena berpikir PR besar di tanah air belum selesai.
Tapi saya ingin mengingatkan, ungkap Dubes Najib, bahwa kalau kita terjun ke gelanggang dunia itu bukan berarti mengurangi energi dan tenaga kita di tanah air, itu justru bisa mempercepat karena apa? Ada potensi-potensi di tingkat Global yang bisa kita kapitalisasi untuk mengakselerasi peningkatan kualitas amal usaha kita di tanah air.
“Misalnya pusat-pusat riset di dunia, pusat-pusat keunggulan sains dan teknologi di dunia, begitu juga sumber-sumber dana banyak sekali. Saya melihat sumber-sumber dana di tingkat Global ini yang bisa dimanfaatkan. Karena itu, hal ini akan memberikan mobilisasi gerakan Muhammadiyah di tingkat nasional, Memang adik-adik perlu saya ingatkan ya bahwa terjun di pentas Global tidak cukup hanya bermodalkan sekolah S1 S2 saja ya, tapi tangki pemikiran kita harus diperluas, kapasitas intelektual kita harus diasah dengan cara banyak membaca buku dengan banyak berinteraksi dengan orang lain. Banyak berinteraksi dengan organisasi-organisasi di mana orang-orang asing atau dari negara lain terlibat,” jelasnya.
Karena itu saya mendorong kepada adik-adik khususnya yang berada di Spanyol ini tidak cukup hanya rajin kuliah, tidak cukup hanya rajin membaca buku, tidak cukup hanya membawa pulang ijazah S1 dan S2 tapi cobalah terjun ke organisasi-organisasi multilateral di sini sehingga mengasah keterampilan kita berbahasa. Tapi juga mengasah kemampuan kita untuk berargumentasi.
Dubes Najib mengingatkan, karena itu saya berharap adik-adik yang berada di Spanyol ini khususnya yang dibiayai oleh perguruan tinggi Muhammadiyah cobalah membalas kebaikan yang diberikan persyarikatan Muhammadiyah dengan berjuang, dengan bekererja keras untuk bagaimana memajukan persyarikatan. Begitu juga bagaimana kita mengabdi pada bangsa dan negara dan rakyat Indonesia secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan apa etnisnya, apa sukunya, dan apa agamanya.
Perguruan tinggi Muhammadiyah lebih dari siap untuk melakukan itu, kata Dubes Najib dengan yakin. Karena dia punya modal institusional, punya modal sumber daya manusia dan saudara-saudara yang sempat mengenyam pendidikan di luar negeri ini harus menjadi ujung tombaknya.
Sebelum mengakhiri sambutannya Dubes Najib menyampaikan dukungan penuh pada pimpinan cabang istimewa Muhammadiyah di Spanyol, yang akan mengadakan leadership training dan upgrading pengurus di wilayah Eropa dan Mediterania pada tanggal 11 sampai 12 Mei tahun 2024.
Dia berharap PP Muhammadiyah juga segenap perguruan tinggi Muhammadiyah di tanah air bisa memberikan dukungan, karena diharapkan ini akan menjadi terobosan, bagaimana diaspora Indonesia di luar negeri ini bergerak. Karena kalau kita membandingkan dengan China atau India jauh mereka, sudah sangat maju. Mereka terlibat bukan saja di lembaga-lembaga multilateral tetapi juga membangun pusat-pusat pendidikan di Eropa.
Lebih dari itu mereka juga sudah menguasai berbagai sektor bisnis di Eropa, karena itu Indonesia yang memiliki potensi besar tidak boleh ketinggalan. Kalau kita berbicara dunia islam baru, Turki yang sangat maju khususnya kalau kita berbicara di Jerman dan Belanda mereka bukan saja memiliki ratusan Masjid, tapi membangun pusat-pusat pendidikan dan juga sentra-sentra ekonomi.
“Karena itu menurut hemat saya kalau dibanding Turki, Indonesia memiliki potensi jauh lebih besar begitu juga Indonesia memiliki pengalaman jauh lebih kaya, karena itu saya berharap ini bisa menjadi momentum baru bagi PCIM di seluruh dunia. Begitu juga bagi PTM maupun PTA di tanah air dan Saya berharap ini juga bisa menjadi gerakan baru bagi pimpinan pusat Muhammadiyah,” pungkasnya.
Video selengkapnya bisa disaksikan dibawah ini :
EDITOR: REYNA
Related Posts

Perubahan iklim akan berdampak parah pada ekonomi dan keamanan Belgia

Kemenangan Zohran Mamdani Bukan Simbolis Tapi Transformasional

Laporan rahasia AS menemukan ‘ratusan’ potensi pelanggaran hak asasi manusia Israel di Gaza

Prancis dan Spanyol menuntut pembatasan hak veto PBB untuk memastikan keadilan di Gaza

Mesir sepakat dengan Iran, AS, dan IAEA untuk melanjutkan perundingan guna menemukan solusi bagi isu nuklir Iran

Kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mencalonkan diri sebagai Sekretaris Jenderal PBB

Laporan PBB: Sebagian besar negara gagal dalam rencana iklim yang diperbarui

Rencana Tersembunyi Merobohkan Masjidil Aqsa, Klaim Zionis Menggali Kuil Sulaiman, Bohong!

Umat Islam Jangan Diam, Israel Mulai Menjalankan Rencana Jahatnya: Merobohkan Masjid Al Aqsa

Wakil Ketua Komisi I DPR Sukamta : Mr Trump, Tidak Adil jika Pejuang Palestina Dilucuti Senjatanya Sementara Israel Dibiarkan Menembaki Gaza








No Responses