ZONASATUNEWS.COM, TUBAN – Diakui atau tidak, ada kerinduan yang mengendap di batin masyarakat terhadap budaya tradisional. Terbukti ketika ada gelaran budaya tradisional, entah berupa upacara adat maupun pentas seni, animo masyarakat, tak ketinggalan generasi mudanya, cukup besar. Kerinduan itu terbukti pula dengan semakin maraknya simbol-simbol tradisional yang ditampilkan, terutama dalam wujud busana.
”Sekarang lagi tren orang pakai blangkon, udeng, baju lurik, sarung batik dan semacamnya. Menggembirakannya, kebanyakan yang pakai anak-anak muda. Ini bukti bahwa masyarakat kita, terutama generasi mudanya, merindukan nilai-nilai lokal tampil sebagai identitas,” ujar H. Mujari, ST, penggagas Rumah Budaya Kebun Kebangsaan, seperti dikutip wartakini.co.
Mujari, ST. Anggota DPRD Tuban. Alumnus Teknik Mesin ITS
Penggagas Rumah Budaya Kebun Kebangsaan Tuban.
Ditemui di padepokannya, Karang Tengah, Kecamatan Rengel, Tuban, Jatim, Minggu (7/11), anggota legislatif DPRD Tuban dari PKB ini mengatakan, tren positif seperti itu harus segera disikapi dengan baik. Sebab jika dibiarkan dan dianggap sebagai gejala yang lumrah saja, lama-kelamaan minat generasi muda pada budaya lokal bakal surut kembali dan bahkan bisa timbul frustasi kultural.
”Kalau sudah terjadi frustasi kultural, sangat sulit untuk menumbuhkan kembali kecintaan masyarakat pada nilai-nilai lokal sendiri,” tandas Mujari.
Karena itu, lanjut Mujari, dirinya memberanikan diri membangun Rumah Budaya dengan maksud agar minat generasi muda terhadap budaya tradisi yang sudah muncul itu terwadahi dan terbina sehingga benar-benar menjadi sebuah gerakan kebangkitan budaya lokal. Mujari berharap, Rumah Budaya yang dilabeli Kebun Kebangsaan tersebut bisa menjadi oase di tengah gersangnya ladang sosial lantaran nilai-nilai budaya lokalnya layu, bahkan mati terdesak derasnya arus modernism.
”Rumah Budaya ini bukan cuma untuk latihan nari. Harapan saya, benar-benar menjadi kawah candradimuka-nya generasi muda yang tangguh berjuang melepaskan bangsanya dari agresi nilai-nilai budaya modernis yang dingin, individualis dan sering malah tidak humanis,” kata Mujari.
Di Rumah Budaya itu memang bukan hanya aktivitas latihan tari tradisional yang ada. Kajian-kajian budaya juga digelar. Dalam waktu dekat ini, Tamasya Budaya ke Yogyakarta akan dilaksanakan. Rencananya, para punggawa Rumah Budaya Kebun Kebangsaan ini bakal menggeber tarian masal di komplek Candi Kalasan, dilanjut ke Parang Tritis.
”Tari Remo bakal kita demonstrasikan di sana. 20 orang semuanya, lalu disambung 30 orang Beksan Wanara,” jelas Mujari.
Upaya Mujari membangkitkan minat generasi muda terhadap budaya tradisi lewat Rumah Budayanya itu tak sia-sia. Limapuluh (50) lebih pelaku seni tradisi dan budayawan bergabung. Animo anak-anak muda juga lumayan tinggi. Mujari mengatakan, 90 % punggawa Rumah Budaya adalah anak-anak muda. Malah anak-anak usia SD pun mulai berdatangan.
”Banyak anak-anak yang ke sini pingin diajari nari. Orang tua mereka juga antusias. Ini sungguh menggembirakan,” kata Mujari.
Mujari menegaskan, Rumah Budaya itu memang terbuka untuk siapa saja. Di tempat itu, kata Mujari, tidak ada ormas, pemeluk agama apapun bisa bergabung, juga tidak melulu untuk orang-orang lokal atau etnis Jawa saja.
”Ini Kebun Kebangsaan, jadi semua orang yang merasa menjadi bagian dari Bangsa Indonesia, silahkan ke mari,” pungkasnya. (*)
Wisata Budaya
Rumah Budaya tersebut beberapa hari lalu tepatnya tanggal 11-12 Nopember 2021 mengadakan Wisaya Budaya ke Yogyakarta. Lokasi yang diikunjungi adalah Candi Kalasan, Pantai Parangtritis dan Taman Pintar.
Anak-anak muda dari Rumah Budaya Kebun Kebangsaan sedang menari di Candi Kalasan Yogyakarta saat Wisata Budaya (11-12 Nopember 2021)
Kegiatan itu sekaligus persembahan untuk Hari Jadi Kabupaten Tuban yang ke 728.
Di pelataran Candi Kalasan dan juga di Pantai Prangtritis mereka menari. Memperagakan beberapa tari tradisional yang selama ini dipelajari di Rumah Budaya.
Antusiasme anak-anak muda dari Rumah Budaya Kebun Kebangsaan sedang menari di Pantai Parangtritis Yogyakarta saat Wisata Budaya (11-12 Nopember 2021)
EDITOR : REYNA
Related Posts

Tandem Pernyataan Sikap FPP-TNI Dan Forum Kebangsaan DIY

Nilai-Nilai Al-Quran Dalam Pancasila

Ummat Islam Makin Terpuruk Secara Politik

Kedaulatan Kompor – Martabat Negara: Orkestrasi Bauran Energi Dapur Rakyat: LPG, DME, Jargas & CNGR

Mengapa OTT Kepala Daerah Tak Pernah Usai?

Sedikit Catatan Pasca Pemeriksaan di Polda Metro Jaya (PMJ) Kemarin

Operasi Garis Dalam Jokowi: Ketika Kekuasaan Tidak Rela Pensiun

Jejak Kekuatan Riza Chalid: Mengapa Tersangka “Godfather Migas” Itu Masih Sulit Ditangkap?

Penjara Bukan Tempat Para Aktifis

FTA Mengaku Kecewa Dengan Komposisi Komite Reformasi Yang Tidak Seimbang







รับออกแบบลายเซ็นJanuary 21, 2025 at 9:14 pm
… [Trackback]
[…] There you can find 76542 additional Info on that Topic: zonasatunews.com/nasional/mengenal-rumah-budaya-kebun-kebangsaan-di-tuban-mujari-saatnya-nilai-lokal-tampil-sebagai-identitas/ […]
pgslotFebruary 14, 2025 at 2:27 pm
… [Trackback]
[…] Info to that Topic: zonasatunews.com/nasional/mengenal-rumah-budaya-kebun-kebangsaan-di-tuban-mujari-saatnya-nilai-lokal-tampil-sebagai-identitas/ […]